16. Something Different

3.5K 452 121
                                    

"Kamar lo di sebelah sana."

Jerome menunjuk sebuah kamar untuk Chelsea.

"Oke."

Hari ini sepasang pengantin baru itu telah pindah ke sebuah apartemen mewah milik Jerome. Apartemen dua lantai yang sudah lama dimiliki Jerome itu akhirnya menjadi pilihan terbaik mereka. Daripada harus tinggal di rumah Jerome, mereka setiap waktu harus berakting mesra di depan orang-orang.

Apartemen mewah yang sering ditempati Jerome sebelum menikah ini hanya digunakan saat ia kelelahan bekerja atau pulang terlalu larut. Jarak apartemen ini lebih dekat dibanding rumahnya. Makanya ia sering tidur di sini daripada rumahnya sendiri.

Jerome mulai beranjak menaiki tangga menuju ke kamarnya, sementara Chelsea mengikutinya di belakang. Baru setengah anak tangga ia naiki, Jerome menghentikan kakinya. Demi sisi kemanusiaan dan juga demi calon bayinya, ia berbalik turun lagi dan merebut koper besar milik Chelsea.

Tanpa mengatakan satu patah kata pun, Jerome membawa koper besar itu ke lantai atas dan meletakkannya di depan kamar Chelsea.

"Sama-sama." Belum juga Chelsea berterima kasih, tapi Jerome sudah mengatakannya duluan.

"Thanks, suami gue." Ujar Chelsea setelahnya dengan nada bercanda.

Tak pelak hal itu membuat Jerome bergidik ngeri mendengarnya. Sebelum ia merinding lagi, lelaki itu segera melesat pergi menuju kamarnya.

Jerome langsung menghempaskan tubuhnya di ranjang besar nan nyaman itu. Sesaat ia hanya terdiam sambil menatap langit-langit kamar berwarna putih dengan lamunan.

Dulu, ia memang membeli apartemen ini dengan tujuan untuk ia tinggali bersama anak dan istrinya kelak. Tapi, tak disangka secepat ini ia membawa seorang istri tinggal di sini. Dan beberapa bulan lagi, akan ada penghuni baru apartemen ini. Anaknya akan segera lahir.

Jerome kini mulai memejamkan matanya. Semua hal yang dialaminya selama sebulan terakhir ini seperti mimpi. Tuhan benar-benar menyiapkan kejutan di luar dugaannya.

Hari-harinya tentu akan berbeda dari sebelumnya. Jerome harus membiasakan diri untuk tinggal bersama Chelsea. Tinggal berdua dengan seseorang, tentu ia tidak bisa sebebas dulu saat masih sendiri.

Baru saja Jerome hampir terlelap tidur, suara ketukan pintu kamar mengagetkannya. Chelsea sedikit membuka pintu kamarnya dan mengintip.

"Jer, tidur?"

"Hampir." Jerome mendudukkan diri, lalu Chelsea akhirnya membuka lebar pintu dan menampakkan diri dengan mengenakan kaos oversize dan celana panjang.

"Gue laper. Tapi di kulkas gak ada makanan yang bisa gue masak sama sekali. Cuma ada kecap dan saos aja."

Jerome menghela napasnya panjang. Ia memang tidak pernah mengisi kulkas dengan makanan. Jika lapar, ia hanya akan memesan makanan cepat saji yang siap antar.

"Emang gak ada. Gue gak pernah belanja makanan. Ribet." 

Chelsea terdiam sejenak, lalu tiba-tiba berlari kecil ke arah Jerome dan menarik tangan suaminya itu.

"Oke, kita harus belanja sekarang."

"Enggak. Males gue capek pengen tidur."

"Ayo cepet!"

"Enggak."

Sempat menolak beberapa kali dengan berbagai alasan, akhirnya Jerome terpaksa menuruti Chelsea untuk pergi belanja ke supermarket. Daripada kaosnya sobek gara-gara istrinya itu menariknya terus menerus.

Dan di sinilah Jerome sekarang. Di sebuah supermarket dekat dengan apartemennya, mendorong troli belanjaan, mengikuti Chelsea yang sibuk memilih belanjaan.

Perfect Strangers (✔)Where stories live. Discover now