27| Aldebaran yang hilang

2.8K 474 60
                                    

Mau buru-buru aku kelarin FF satu ini.
Siap-siap ya komen dan vote-nya! Kkkk

______

"Jangan melemparnya seperti ituuu!!!" teriak Aeri ketika Taehyung melempar bulatan-bulatan serupa karet agar masuk ke dalam botol-botol yang terpampang di depan. Mereka tengah ada di sebuah festival tahun baru di Jeju, mencoba bermain lotre untuk mendapatkan boneka beruang besar yang Aeri inginkan ketika mereka bahkan bisa membeli sepuluh lusin benda itu di toko boneka.

Telinga Taehyung sampai berkedut, jeritan Aeri yang terus melengking membuatnya tidak bisa memenangkan satu pun ketika ia sudah berada di lemparan ke dua puluh dua.

Taehyung, kau terlalu ke kiri!

Taehyuuung kau hampir berhasil!

Ayo, Taengiii!

Taehyung bahkan sedikit membatin tentang, adakah baju kotor untuk menyumpal mulut Aeri? Ia terlihat lebih heboh dari seorang anak berusia lima tahu yang sedari tadi melihat Taehyung yang masih terus bermain. Sampai anak itu bosan dan terlihat menarik baju sang ibu yang kemudian berkata dengan keras, "Ibu, Paman itu payah sekali mainnya! Ayo pergi saja."

Aeri yang mendengar sua seorang anak kecil tanpa dosa itu langsung terbahak tak tertahan, bukankah menertawakan kekurangan orang lain selalu lebih menyenangkan? Sedangkan Taehyung hanya mengerlingkan bola matanya, berusaha untuk tidak putus asa dengan permainan satu ini. Walaupun sesungguhnya martabat dan harga dirinya telah diinjak pria yang sekiranya lima tahunan beberapa detik yang lalu.

Taehyung hanya menghela napas panjang, kemudian mengarahkan bulatan-bulatan plastik itu agar masuk pada salah satu botol kaca yang ia incar sejak awal. Sungguh, bagi Taehyung ini serasa mempertaruhkan harga diri dan ketampanannya-terdengar konyol, memang. Tetapi bukankah hidup memang selalu mamaksakan lelucon gila pada skenarionya terhadap penduduk bumi agar mereka seolah-olah tak terbebani? Bahkan ketika bahu ringkih yang mereka punya hampir runtuh, retak-retak tak kasat mata yang disebut seni semesta, yang tercipta karena menahan beban dan dipaksa sanggup dengan bualan, semesta tidak akan memberi bebannya sebanyak itu kalau kita tidak kuat. Persetan! Itu bualan konyol. Toh manusia berhak menyerah, manusia berhak menentukan, manusia bahkan berhak mati dengan bebas, tidak mengikuti aturan.

Kemudian ketika Taehyung melemparkan dengan penuh perhitungan dan belajar dari puluhan kegagalan untuk memenangkan sebuah permainan yang kekanak-kanakkan itu, ia menekuk sikunya dan membuat telapak tangan yang memegang ring itu di depan dada, kakinya tertekuk sedikit untuk menyesuaikan tinggi, kamudian ia melepasnya dengan yakin tetapi, hasilnya tetap gagal.

Susah memang membuat planning yang tidak direstui sang Esa.

Pria itu berkacak pinggang, kemudian berpaling dan menghadap Aeri, menatap netra milik wanita itu dengan lekat-lekat dan berucap, "Aku menyerah. Ada hal lain yang kau mau?"

Sebenarnya ada raut kecewa di wajah kecil milik Aeri, tetapi ia buru-buru mengalihkan ekspresinya dengan mencari hal lain di sekelilingnya. Ketika netranya menjelajahi ramai festival malam itu, kemudian angin di musim dingin menerpa wajah dan surai panjang kecokelatan miliknya, membuat beberapa helai rambut menutupi wajah elok itu, sesekali memejamkan mata sebab helaian itu juga menyelinap ke mata sehitam jelaga itu.

Aeri hendak mengusap matanya tetapi, Taehyung yang melihat langsung menepisnya. Taehyung merapikan helaian-helaian nakal yang tak seharusnya berada di sana, menyelipkannya di belakang telinga dengan rapih, dan netra mereka bertatap dalam jarak yang cukup dekat.

Tunggu sebentar!

Kapan terakhir kali Aeri mendengar bunyi detak jantungnya sendiri berdentum begitu cepat? Kapan terakhir kali ia menatap dalam mata seseorang seperti saat ini?

Pertanyaan-pertanyaa konyol terus berputar dalam kepala. Sampai Taehyung menarik mundur dirinya sembari merangkai senyumnya, sedangkan Aeri masih terpaku di sana. Tiba-tiba dia mengingat suatu hal, tentang bagaimana dongeng tentang *Aldebaran yang menghilang dalam rasi Taurus. Taehyung persis seperti Aldebaran dalam sepersekian detik yang lalu, Aldebaran yang malu menunjukan diri sebab ia begitu gemintang diantara Taurus lainnya.

"Ri? Kenapa diam? Kau lebih menakutkan kalau diam begitu, tau. Hih!" Taehyung pura-pura bergidik ngeri.

Mendengarnya, wanita itu kemudian hanya terkekeh kecil, memutuskan untuk berjalan menuju pintu keluar festival. Memandangi eloknya langit malam dengan udara yang menusuk tulang. Bulu-bulu halus pada mantel yang ia kenakan menari-nari, seolah mengisyaratkan isi hati sang empu yang sedari tadi memikirkan hal-hal tak masuk akal.

"Dulu nenekku pernah mendongengkan ku tentang Aldebaran yang hilang," ucapnya seraya menghentikan langkah di bawah batang pohon sakura yang tak berbunga-telah ditutupi salju-salju putih yang manis.

"Bukankah Aldebaran ada pada rasi Taurus?"

"Yeah."

"Kenapa hilang?"

"Dia tidak mau terlihat menonjol, ia bosan dianggap paling terang. Ia tidak segan untuk disegani. Maka dari itu ia bersembunyi, ia memilih bersanding dengan Sirius, sebab ia ingin merasakan apa yang saudara-saudaranya rasakan dalam Taurus. Ia ingin menjadi biasa saja."

"Lalu?"

"Aldebaran itu mirip denganmu. Kau Bersembunyi."

Taehyung justru terkekeh, dengan reflek melontarkan jawaban, "Kita, Ri."

"Maksudmu?"

"Kau juga sedang bersembunyi, 'kan? Pada dasarnya, bukankah semua orang selalu saja ingin bersembunyi dari suatu hal? Ada yang ingin bersembunyi dari ketakutan sebab itu menyiksa, ada yang ingin bersembunyi dari kebahagiaan sebab itu terlalu bising, ada yang ingin bersembunyi dari kemiskinan sebab tuntutan sosial, bahkan ada yang ingin bersembunyi dari bumi, mati dengan bebas tanpa tuntutan takdir. Semua orang berhak bersembunyi."

Benar, Aeri tak menyalahkan apa yang diucapkan Taehyung secara bertubi-tubi, walaupun sedikit membuat otaknya terpaksa diputar dan menghasilkan beberapa kontradiktif yang nyata.

Namun pikirannya sudah bukan lagi miliknya, Aeri menghadapkan dirinya dengan Taehyung lebih dekat, mencari tahu pada hazel milik pria itu yang terlihat lebih gelap dari sebelumnya. Menerka-nerka apa yang sebenarnya pria itu rasakan, apa yang sebenarnya pria itu inginkan. Bisakah Aeri memenuhi adalah satu dari daftar tujuan Taehyung menjalani hidup di bumi?

Aeri tidak suka ketika ia harus mencoba memahami isi kepala Taehyung tanpa kepastian, tanpa pengakuan sekali pun. Ia kesal ketika hanya dirinya saja yang menjatuhkan harapan. Itu terlalu menyakitkan, walaupun Aeri telah sadar bahwa apa pun yang dijatuhkan pasti akan retak.

Wanita itu mendekatkan wajahnya pada wajah milik Taehyung, meyakinkan diri untuk memastikan sesuatu yang selama.ini terus menggerogoti akal dan hatinya. Itu hanya berjarak beberapa inci-bibir ranum mereka yang kemerahan.

Sampai tiba-tiba Taehyung mengerjapkan mata dan ketika menyadari suatu hal, ia bergegas memeluk Aeri. Hanya memeluk tanpa sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya.

Aeri tidak bodoh, bukankah pelukan ini alibi?

Tanpa disadari, pelupuk mata wanita itu terendam genangan tak elok. Mencoba untuk tak menumpah ruahkan mereka di sana dengan cara menahan napas, menahan debaran jantung yang bekerja tiga kali lebih cepat.

Taehyung tahu ia bukan pria baik-baik saja, ia tahu bahwa ia hanya manusia dengan dosa yang tak terhitung, bahkan sang Esa pun mungkin telah enggan mendengar taubatnya.

Namun Taehyung tak pernah mendapati dirinya seberengsek malam ini, pengecut di tengah musim dingin yang membekukan.

Taehyung melukai harga diri seorang wanita, dan itu bukan sesuatu yang bisa dirinya sendiri maafkan.

[]

ElaborateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang