Strange Overtones: V

6.2K 893 42
                                    

Waktu sudah menunjukkan pukul 17:30 sore. Pada sebuah kawasan perkantoran para budak korporasi berlomba-lomba menampilkan wajah-wajah sumringah mereka menyambut kebebasan, tak terkecuali di sebuah kantor berita ternama. Beberapa staff masih mengobrol di sela-sela kesempatan mereka membenahi perkakas kantor sebelum pulang, beberapa pula masih berkutat di depan layar komputer sambil bergumam kesal karena harus menjalankan overtime. Di sebuah ruangan bercat putih beraksen futuristik yang dipenuhi kubikel-kubikel silver dan layar-layar besar, Mark malah mondar-mandir tak karuan. Pekerjaannya sudah selesai, artikel yang ia muat sudah naik cetak dan semua deadline sudah dieksekusi dengan sempurna, namun ada satu hal yang terus-terusan mengganjal hatinya untuk tak ingin segera pulang.

"Mark kau kenapa?" tanya Renjun yang tiba-tiba saja menghampiri Mark setelah ia bersiap-siap untuk berperang melawan kemacetan ibu kota.

"Ah kemari aku ingin mengajukan pertanyaan yang super penting." Jawab Mark sambil masih saja wara-wiri dan mengatupkan bibirnya dengan kepalan tangan. Lalu ia mendudukan Renjun di salah satu kursi.

"Kau ada masalah apalagi? Ah jangan bilang kau membuat ulah lagi ya Mark aku sudah cukup pusing beberapa minggu terakhir ini." dengus Renjun mewanti-wanti Mark.

"Bagaimana perasaanmu ketika kau makan berdua dengan seorang pria?" Tanya Mark tiba-tiba.

"Hah apa maksudmu? Aku biasa saja dan hei bukannya kita sering makan siang berdua? Ada apa sih?"

"Bukan-bukan maksudku hmmm bagaimana ya mengatakannya, well ya makan berdua saja." Mark kebingungan dan menggaruk kepalanya sembarangan.

"Maksudmu berkencan? Dengan seorang pria? Kau mau menyindir aku dan Hendery. Wah tidak bisa dipercaya Mark Lee." Jawab Renjun ceplas-ceplos sambil menggelengkan kepala karena pertanyaan Mark terlalu memusingkan dan jujur saja Renjun kebingungan.

"Tidak-tidak bukan begitu maksudku aaaah maafkan aku." Mark terjebak dengan pertanyaan yang ia ajukan sendiri dan mengacak-acak rambutnya berharap ia bisa cukup waras mentransferkan apa yang ia maksud ke dalam kata-kata sampai dering telepon genggamnya memekik kencang. "sebentar Jun sebentar."  Ulangnya kepada Renjun. Mark mengangkat teleponnya dan mencoba mengatur nafasnya senormal mungkin. "Hallo...."

"Aku sudah di Sushi Town, kau dimana?"

"Um sebentar lagi aku kesana, ada sedikit pekerjaan yang sedang ku periksa. Kau pesan saja dulu ya." Jawab Mark hampir menangis gelisah. Renjun yang menjadi pendengar utama percakapan tersebut terkekeh dalam diam dan menampilkan raut menghina kepada Mark.

"Ya ampun aku harus menunggu berapa lama hmm ya sudah aku tunggu." Keluh Haechan dari seberang sana.

"Kau cepat sekali sampainya. Apa kau naik jet pribadi milik keluarga kaya mu?"  Mark mengeluarkan suara melengkingnya. Ia rasanya tidak pernah bosan mengatai tetangganya tersebut meski dalam keadaan tersudut sekalipun.

"Hei kau bilang apa? Kau ingin mati ya? Jangan banyak omong dan segera ke sini." Tutup Haechan ketus.

Mark hanya berekspresi datar usai Haechan menutup teleponnya. Ia merosot dan berjongkok menutup kepalanya. Ia kelimpungan sendiri, harusnya ia bersikap biasa saja namun perihal "quick-peck on his cheek" semalam membuat ia keringat dingin.

"Mark jadi kau ingin berkencan ya hahaha?" tawa renjun memenuhi ruangan yang memang sudah sepi tersebut karena hampir semua staff sudah pulang.

"Bukan, dia cuma tetanggaku. Jangan bicara aneh-aneh Jun i dont buy it."

"So what's your problem Mark? Temui saja, makan bersama, pulang ke flatmu, tidur dan hari-hari membosankanmu itu kembali seperti semula. Betul-betul seperti lingkaran setan." Jawab Renjun sambil bergidik ngeri.

Strange Overtones (Completed)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz