Strange Overtones: II

10.5K 1.1K 139
                                    




Mark membelalakan mata tiba-tiba, ia mendengar suara ketukan dari pintu flatnya. Ia menghela nafas. Baru saja hendak tidur-tidur sore mengentaskan rasa kantuknya setelah membaca beberapa buku tebal, kini ia harus menerima tamu. Pada ketukan ketiga ia beranjak. Dengan rambut berantakan dan mata sayu ia membuka pintu depan flat. Ia menganga dalam diam sampai sang tamu menyapa memecah keheningan.

"Hai Mark, oh sorry apa kamu sedang tidur? Aku mengganggu ya?" tanya pria elegan itu.

"ah ya, ah maksudnya tidak um... bagaimana ya ah maksudnya kedatanganmu sama sekali tidak mengganggu... ya maksudku begitu." Jawab Mark gelagapan.

Haechan terkekeh geli melihat tingkah Mark yang mulai menggaruk-garuk tengkuknya dengan senyuman yang nampak dibuka paksa selebar mungkin. "Mark bagaimana kalau kau ke flatku?" tanyanya tanpa basa-basi. "aku membuka sebotol anggur tadi, ya kau tau minum-minum sendirian bukan gayaku jadi anggap saja ini salam perkenalan dan persahabatan bagaimana?" tanya Haechan lagi.

Mark sejujurnya bingung, ia baru mengenal pria ini sekitar 3 jam yang lalu. Mark bukan pria yang mudah menjalin pertemanan dan menjalani basa-basi persahabatan semacamnya. Sepanjang hidupnya ia hanya berteman baik dengan Renjun yang juga rekan kerjanya di kantor dan Hendery yang merupakan tunangan Renjun yang juga rekan sesama profesi namun berbeda kantor berita. Sisanya hanya kenalan biasa yang tidak muluk-muluk. Mark sebenarnya mudah bergaul, cepat beradaptasi dan bisa dibilang cukup easy going membangun komunikasi namun tentu saja untuk urusan profesional kerja tapi tidak untuk tetek bengek semacam persahabatan yang bersifat privat.

"Mark?" sela Haechan memecah lamunan Mark. "Kalau kau tidak bisa ya tidak apa-apa okay lain waktu saat kau senggang mungkin kita bisa duduk-duduk bersantai.... ya kau tau disini cukup membosankan." Tanya Haechan dengan hati-hati.

"Ah tidak ayo kita ke flatmu." Jawab Mark. Mark membuat sebuah excuse hari ini dan demi segala pressurenya seminggu kemarin ia rela sedikit bersosialisasi. Anggap saja minum-minum sore ini merupakan bonus hari terakhir cutinya.

"Baiklah!! Mari." Ajak Haechan seolah menggiring Mark menuju pintu flatnya yang tak jauh dari pintu flat Mark dan memang ia biarkan masih menganga.

Mark menutup pintu flat miliknya dan lantas mengikuti Haechan dari belakang. Ia memasuki flat milik Haechan yang memang belum sepenuhnya rapi. Masih banyak perkakas yang terbungkus koran seperti beberapa vas bunga dan pajangan-pajangan. Serta ada beberapa lukisan yang belum Haechan gantung. Mark menebak Haechan adalah pria yang betul-betul punya taste. Bukan tipikal pria plain yang segala sesuatunya asal saja. Pria yang menarik batin Mark.

"Maaf Mark flatku masih kacau. Kau bisa duduk di sofa sebelah sana. Biar aku siapkan gelas dan anggurnya." Tawar Haechan.

Mark mengangguk saja. Ia mendudukan dirinya di sebuah sofa bergaya bridgewater yang empuk. Ruang TV Haechan bisa dibilang cukup nyaman dan hangat. satu set sofa, meja kecil yang bergaya minimalis dan rak tv yang juga tak kalah bergaya. Jangan lupakan beberapa lampu hias yang up-to-date dan karpet bulu warna hitam yang menambah kesan eklektik namun misterius. Sepertinya Haechan menyewa seorang ahli desain interior untuk mengubah ruang suram ini menjadi aestetik. Mark mulai menerka-nerka orang seperti apa tetangga barunya ini.

"Nah mari bersulang." Ujar Haechan sambil memberikan Mark segelas anggur. Tanpa babibu Mark menerimanya lalu kemudian Haechan pun berseru "Cheers!" mereka menabrakan kedua gelas kristal itu dan menenggak segera segelas anggur dengan cepat dan mantap.

"terima kasih ya." Sela Mark usai menelan luruh anggur ke dalam kerongkongannya.

"Ah biasa sajalah hahaha." Tawa Haechan meledak melihat Mark yang lagi-lagi terlihat cranky. Ia memajukan tangannya ke hadapan Mark. "Kita belum berjabat tangan kan?" tanya Haechan.

Strange Overtones (Completed)Onde histórias criam vida. Descubra agora