Arnold tersenyum dan tertawa berulang kali saat Carine menceritakan masa mudanya hingga bertemu dengan ayahnya Ivanna. Ivanna memandang Arnold dengan heran dan terkagum. Heran karena Arnold sangat jarang menebar senyum manis dan tawanya. Kagum karena Arnold tampak sangat manis dan semakin tampan.

Andaikan kau begitu setiap hari, menjadi sosok Arnold yang hangat. Beruntung sekali wanita yang pernah menaklukkan hatimu, batin Ivanna.

Ia tersenyum melihat Arnold yang terlihat nyaman berbicara dengan ibunya. Sesekali ibunya juga membawa nama Ivanna di percakapan mereka. Ivanna hanya menjawab sesekali, ia hanya asik melihat Arnold dan sambil melanjutkan makannya.

"Begitulah awal mula aku bertemu dengan papanya Ivanna.. Saat itu dia terlihat sangat menggemaskan." Papar Carine seraya tertawa dan mengenang kembali suaminya saat masih muda. Ia persis seperti Arnold, tampan dan juga dingin.

Arnold meneguk air putih di gelas yang ada dihadapannya hingga tandas. Ia membersihkan mulutnya dengan tissue yang ada di meja makan. Ia menatap Ivanna yang juga sudah menyelesaikan sarapan paginya.

--------------------------

Drrrttttt.... Drrrttttt... Drrrttttt...

Ivanna segera keluar dari kamar mandi dan mengambil teleponnya yang ada di atas nakas.

Alexa calling...

Alexa menelpon Ivanna karena sudah empat hari ia tidak mendengar kabar darinya. Ia tau dari atasannya-Kevin, kalau Ivanna sedang izin untuk menjenguk ibunya yang sedang sakit. Tapi Ivanna tidak memberitahu berapa lama ia izin untuk kerja. Kevin juga tampak tidak mempermasalahkannya, ia merasa saat ini Ivanna perlu waktu untuk berdua dengan ibunya.

Ivanna mengangkat telpon dari Alexa. Belum sempat ia mengeluarkan sepatah kata pun, Alexa sudah mengomel duluan dari sebrang sana.

"Ivanna! Kenapa kau tidak mengatakan padaku kalau kau pergi menjenguk ibumu!" Pekik Alexa kesal.

Ivanna memutar bola matanya kesal, "Alexa, jangan berteriak! Pendengaranku bisa rusak karena teriakanmu."

"Biarkan saja! Kau yang selalu membuatku berteriak karena sangking kesalnya," ucap Alexa dengan nada bicara yang sedikit meninggi.

Ivanna duduk dipinggir ranjangnya, "Iya aku tau.. Nanti setelah aku pulang, aku akan jelaskan semuanya padamu. Lagipula aku sudah meminta izin pada Kevin." tutur Ivanna, berusaha menenangkan Alexa. Sahabatnya itu.

"Aku tunggu kepulangan dan penjelasanmu. Sampaikan salam ku pada ibumu."

"Iya, tenanglah.. Pasti akan ku sampaikan."

"Jaga dirimu baik-baik Ivanna. Dan beritahu padaku jika seseorang mengganggumu, oke?" ucap Alexa.

Ivanna menarik napasnya panjang. Alexa selalu menganggap nya seperti anak kecil. Walaupun Ivanna tau itu semuanya baik, tetap saja ia tidak suka. Seolah Ivanna tidak bisa menjaga dirinya sendiri.

"Tenanglah, Alexa. Aku pasti bisa menjaga diriku dengan baik. Kau tidak perlu khawatir." Jelas Ivanna.

"Baiklah.. Kalau begitu, aku lanjut pekerjaanku. Jangan lupa untuk menyampaikan salam ku pada ibumu!" Alexa langsung mematikan sambungan telepon mereka dan melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda.

Ivanna memijat pelipisnya. Apa ia harus jujur pada Alexa kalau ia pergi tidak sendiri? Melainkan bersama Arnold. Padahal Alexa tidak tau kedekatan Arnold dan Ivanna sama sekali. Kalau Ivanna menceritakan semuanya pada Alexa, bisa-bisa ia akan memaki dan mengomeli Ivanna habis-habisan.

Semuanya terasa begitu sulit untuk Ivanna. Ia bingung akan memulai bagaimana penjelasannya pada Alexa namun, ia juga bingung bagaimana ia dengan Arnold saat ini. Mereka tinggal satu tempat untuk waktu yang akan lama? Tapi untuk apa Arnold menahannya? Tapi, bagaimana juga ia akan melunasi semua hutangnya pada Arnold? Semua pertanyaan itu melintas di benak Ivanna. Ia bingung sangat bingung.

Tanpa Ivanna sadari, pria bertubuh kekar dan berwajah tampan dan dingin itu sudah berdiri di depan pintu kamarnya. Berdiri sejak Ivanna memulai percakapannya dengan Alexa. Ya, ia hanya berdiri dan berusaha menyimak. Arnold terus memperhatikan Ivanna yang belum menyadari keberadaannya.

Ivanna berjalan ke arah lemari pakaiannya, mengambil pakaian yang akan ia kenakan hari ini. Ia lupa bahwa dari kamar mandi ia hanya memakai handuk dan langsung mengangkat telpon dari Alexa.

Arnold menutup pintu kamar Ivanna dan menguncinya dari dalam. Ia berjalan mendekati Ivanna. Memeluk Ivanna dari belakang. Dan mencium leher jenjangnya yang terekspos karena tubuhnya hanya berbalut handuk.

Ivanna terlonjak kaget dan langsung membalikkan badannya. Ia membelalakkan matanya dan langsung menggenggam erat handuk yang menjadi penutup tubuhnya.

"Kauuuuu!" Ivanna berjalan mundur dan berusaha menjauhi Arnold.

"Bagaimana kau bisa masuk...kan...kan..aku.. sudah  mengunci pintu kamarku." Ucapnya terbata sambil menunjuk pintu kamarnya yang saat ini sudah tertutup rapat.

Arnold menaikkan sebelah alisnya, "Mungkin kau lupa. Pintu kamarmu begitu jelas terbuka lebar." Ucap Arnold menyeringai nakal.

Ivanna melihat tanda bahaya saat ini. Iya bahaya. Bahaya melihat Arnold yang sepertinya sudah kalut akan gairah. Bodohnya Ivanna yang lupa mengunci pintu kamar dan lihatlah, sekarang ia hanya memakai handuk!

Ivanna menggerutu dalam hati seraya memohon doa agar Arnold tidak melakukan hal yang tidak diinginkannya.

Arnold mendekati Ivanna dengan senyuman nakalnya. Matanya tertuju pada tubuh indah Ivanna. Begitu indah. Begitu menggoda... Dan.. menggairahkan...
Batin Arnold bergejolak.

Ivanna bergidik ngeri saat Arnold menatapnya intens. Ia memejamkan matanya, berharap agar Arnold segera hilang dari hadapannya.

"Ivanna! Kalau kau sudah selesai, jangan lupa panggil Arnold segera. Makan siang sudah siap di meja makan." Carine berbicara dari balik pintu kamar Ivanna.

Ivanna berusaha mengatur napasnya agar Carine tidak curiga. "Aa--ya...Bu. Setelah selesai aku akan panggilkan Arnold juga."

Syukurlah, kau memang benar-benar menjadi penolong saat aku merasa sulit Bu. Ucap Ivanna dalam hati. Ia merasa sangat tertolong karena teriakan ibunya dari depan pintu--tepat waktu.

Arnold merapatkan tubuhnya dengan Ivanna dan mencium pipi Ivanna lembut. "Nanti kita lanjutkan setelah pulang dari sini. Aku pastikan di mansion ku tidak akan ada gangguan." Arnold berseringai nakal. Ingin sekali rasanya menggoda Ivanna lagi dan lagi.

Arnold sangat gemas dan tak kuasa melihat semburat merah yang menghiasi pipi Ivanna--ketika Arnold menggodanya.

Ivanna diam dan tidak memberikan jawaban apapun lagi pada Arnold.

Arnold melenggang pergi meninggalkan Ivanna yang masih mencerna ucapan dari Arnold.

-----------------

Setelah sekian lama kita tidak berjumpa, akhirnya sekarang di pertemukan lagi wkwkw :D there are so many reasons that I can't explain guys. Jadi ya support aku terus ya supaya mulai sekarang ngeseriusin MDB ini :) soalnya ini lapak udah lama bener di tinggal :v wkwkw


Tbc.

The Dangerous Billionaire [#1 McClain Series]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن