39

13.2K 554 27
                                    

Setelah mengucapkan terimakasih Syadza pun turun dari mobil Kian dengan setengah berlari. Syadza bahkan mengabaikan sapaan banyak orang. Tujuan hanya satu saat ini yaitu menemui Steve.
Ia naik ke lantai Atas dan berjalan menuju ruangan Steve.

"Pak Steve dimana?" Tanya Syadza pada seketaris dua Steve.

"Sedang rapat bu.."

Syadza tak bertanya lagi, Ia berjalan menuju ruang rapat dan bahkan tanpa mengetuk Ia masuk begitu saja. Membuat semua orang menoleh ke arahnya.

Steve dan Basuki tentu saja langsung berdiri dari kursi mereka saat menyadari siapa yang datang.

Syadza terdiam di tempatnya, matanya berkaca-kaca menatap pria super tampan yang nampak panik di hadapannya itu. Ia sungguh mencintai Steve, sangat. Ia sudah tau apa itu bahagia. Bahkan jika Ia harus pergi sekarang Ia akan pergi dengan sangat Ikhlas, sebab Ia sudah tau apa itu bahagia.

Steve akan berjalan mendekat kepada Syadza kalau saja Syadza tak lebih dulu berlari dan memeluk Steve. Tak hanya memeluk Syadza bahkan menangis di sana. Membuat Steve juga Basuki menjadi panik.

"Sayang? Kamu kenapa? Ada yang sakit?" Tanya Steve. Syadza menggeleng meskipun terus menangis.

"Ada apa Syadza?" Tanya Steve yang mencoba melepaskan pelukan Syadza untuk memeriksa Syadza. Namun Syadza justru mengeratkan pelukannya.

Steve menoleh tak enak kepada Basuki dan peserta rapat lainnya. Bukannya marah Basuki, justru tersenyum melihat keduanya. Baginya tidak ada yang lebih penting dari anak dan menantunya itu.

"Tenangkan dulu istri mu. Papah yang akan melanjutkan rapat"

Steve yang mengerti pun mengambil ponselnya lalu keluar dari ruang rapat, masih dengan di peluk Syadza. Tentu saja mereka menjadu perhatian banyak orang.

"Kalau ada yang cari saya bilang saya ada tamu ya" ucap steve dan masuk ke dalam ruangannya.

Syadza masih tak mau melepaskan pelukannya.

"Hei.. kamu kenapa?"

Syadza menggeleng lagi,

"Sini coba lepas.. aku mau lihat muka istri ku"

Pelan-pelan Syadza pun melepas pelukannya. Namun belum menatap Steve hingga steve mengangkat dagu Syadza. Dengan lembut ia menghapus air mata Syadza.

"Ada apa sayang?" Tanyanya

"Aku kangen kamu.."

Steve tersenyum manis. "Bukannya kamu sudah ketemu kakak-kakak mu? Masih tetap kangen aku?"

Syadza mengangguk. "Mereka tidak setampan kamu.."

Senyuman Steve semakin melebar saja. "Dan kamu nangis karna rindu?"

Syadza mengangguk lagi.

"Jangan seperti tadi lagi ya.. aku kaget. Aku pikir ada sesuatu dengan mu. Aku hampir saja di pecat papah mu sebagai menantu karna membuat mu menangis.."

"Maaf.." ucap Syadza. Steve menggeleng

"Jangan minya maaf.. "

"Mas.."

"Hmm?"

"Aku mau kuliah lagi.." ucap Syadza.

"Sure.. kenapa tidak?"

Syadza menatap Steve dalam, Ia ingin menghenyakan semua ragunya.

"Kamu akan membantu ku?"

Steve mengangguk, "sudah menjadi kewajiban ku.."

Purple Land (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang