20

7.5K 587 31
                                    

Syadza terus mengetuk pintu kamar Steve. Hingga pada akhirnya pintu kamar itupun terbuka.

"Apa? Kamu kan tau aku susah jalan. Biasanya kamu juga langsung masuk" ucap Steve. Bahkan saat baru bangun tidur pun Steve sudah kelihatan begitu tampan. O

"Emmm... Aku takut kamu masih marah"

"Aku tidak marah" jawab Steve. Ya dia memang tak marah hanya merajuk.

Syadza menyodorkan semangkuk puding mangga kesukaan Steve.

"Meyoggok ku?"

Syadza mengangguk dengan polosnya, membuat pria sedingin Steve berusaha mengulum senyumnya.

"Kamu tidak berusaha menutupi penyogokan mu ini?"

Syadza menggeleng. Entah sejak kapan Syadza mulai tampak lucu di mata Steve.

Steve tak mengambil pudingnya, ia mendorong kursinya menuju ruang tengah.

"Kemarin kamu keliatan hebat banget tuh ngelawan aku"

"Aku ngga maksud gitu.. aku cuma bingung aja kenapa kamu kaya gitu sama teman-teman kamu. Mereka kan cuma mau main. Nemenin kamu.."

Steve menghentikan kursi rodanya dan menoleh kearah Syadza. "Jadi masih mau menyalahkan ku?"

Syadza menggeleng cepat.."aku kan belum selesai bilangnya.. aku kesel karna aku pikir kamu selalu marah-marah ngga jelas. Aku pikir kamu jadi marah ke temen kamu karna kamu ngga suka dengan apapun yang aku lakuin. Tapi ternyata memang aku yang selalu salah dan bikin kesal. Kamu lagi sakit aku malah sibuk main games. Aku minta maaf" ucap Syadza dan di akhiri dengan mengulurkan kembali pudingnya.

Steve sungguh tak lagi marah, hanya entah mengapa Ia suka meledek Syadza.

"Apa aku hanya seharga puding? Kenapa kamu tidak membelikan ku, pesawat pribadi, kapal pesiar atau apa gitu yang bisa untukku investasi"

Raut wajah Syadza berubah, Ia merasa sangat bodoh. Steve benar mengapa Ia justru memberikan puding buatannya itu. Syadza menurunkan tangannya.

"Maaf ya.. aku tidak berfikir kesana. Kamu benar otak ku benar-benar tidak bisa di pakai. Kamu mau apa? Aku akan belikan" ucap Syadza

"Ehmm.. mobil terbaru mungkin? Mobil ku kan rusak parah. Oh engga aku sedikit trauma, bagaimana kalau pesawat pribadi? Tapi sepertinya lebih asik kalau punya kapal pesiar plus pulau pribadi"

Syadza nampak ragu, Ia sungguh tak tau bahwa Ia hanya sedang di permainkan Steve.

"Tapi kamu ngga akan marah lagi kan?"

"Ya bisa ku pikirkan" ucap Steve

Syadza menatap Steve sesaat kemudian mengangguk. Ia sudah akan pergi namun tangannya di tahan oleh Steve.

"Mau kemana?"

"Mau minta belikan itu.." ucap Syadza polos.

Steve tersenyum kecil. Ia sungguh sudah berusaha untuk tak tersenyum. Ia mengambil puding dari tangan Syadza.

"Nanti saja.. setelah aku sembuh.. aku lebih butuh ini sekarang karna aku lapar. " Ucap Steve

Syadza menatap Steve bingung. Steve pun mulai memakan puding Syadza dan rasanya sungguh enak, manisnya cukup serta rasa segar dari mangga asli sangat menaikan moodnya di pagi hari.

"Kenapa di situ aja? Dorong aku ke ruang tengah. Setelah itu ambil laptop ku. Aku mau cek kerjaan ku" ucap Steve

Syadza pun menuruti perintah Steve.
..
..
..

Purple Land (Complete)Where stories live. Discover now