13

5.5K 467 15
                                    

Diantar oleh supirnya membuat Syadza harus kembali ke rumahnya sendiri bukan ke kos nya.

Syadza masuk ke dalam rumahnya yang nampak cukup berantakan Sepertinya belum ada yang merapikannya sejak Ia pergi. Ia meletakan tasnya di atas Sofa ruang tengah dan akan memulai membereskan rumahnya kalau saja Ia tak mendengar sebuah suara yang berasal dari kolam renang.

Rasa penasaran membuat Syadza mendekat ke arah sumber suara. Ia melihat Tamara yang sedang berjalan-jalan di dekat kolam dengan menelfon seseorang. Syadza sudah akan menghampiri kalau saja Ia tak mendengar percakapan Tamara Via telfon itu.

"Ya gua sih mau aja nikah sama steve toh dia tampan dan cerdas juga. Tapi berurusan sama istrinya kayaknya engga deh// lagi juga tuh lebih enak sekarang, gua bisa deket sama cowok manapun sekaligus dapetin benefit tambahan // ya gimana ya.. Steve nya aja yang bodoh, by the way sejauh ini gua udah vila,mobil dan banyak tas branded. Gua mulai suka sama rumah ini sih liat aja sebentar lagi ini pasti akan jadi rumah gua//" ucap Tamara dan terus berbicara bahkan Ia tak sadar bahwa kini Syadza sudah berada di depannya dengan tatapan penuh Amarah.

Tamara terkejut mengetahui Syadza yang berada di hadapannya, namun hanya sebentar saja. Karna berikutnya Tamara tak merasa sedikit pun terancam oleh keberadaan Syadza.

"Ran.. gua tutup dulu ya.. ada si gendut nih byee." Ucap Tamara dan mengakhiri telfonnya.
Ia melipat tangannya dengan angkuh.

"Apa? Ingin mengadukan ku pada Steve?" Tanya Tamara sinis

Syadza tak mengatakan apapun, Ia mengepalkan kuat-kuat tangannya menahan diri untuk tak segera menarik rambut Tamara.

"Harusnya aku tau sejak awal kamu hanya seorang pencuri" ucap Syadza dingin.

Tamara tersenyum mengejek. "Lalu? Kenapa? Wanita cantik seperti ku berhak melakukan apapun.."

"Tinggalkan Steve dan silahkan bawa pergi yang sudah kamu dapatkan" ucap Syadza

"Pergi? Aku sih mau aja.. tapi steve tuh yang ngga mau aku pergi. Buktinya mendengar ancaman ku saja dia bisa menyingkirkan mu" ucap Tamara

"Kau benar-benar wanita jalang"

"Kamu menyebut ku apa?" Tanya Tamara marah.

"Jalang, wanita murahan, pengemis!" Ucap Syadza penuh penekanan.

"Heh Gendut! Tutup mulut mu.."

"Pengemis bahkan masih jauh lebih mulia dari mu." Ucap Syadza

"Kau!" Bentak Tamara yang akan menampar Syadza namun Syadza menangkap tangannya.

Syadza menatap Tamara semakin marah, Ia meremas kuat tangan Tamara hingga Tamara merasa kesakitan.

"Menampar ku? Kamu pikir kamu siapa hah? Kamu pikir kamu berada di derajat yang sama dengan ku sehingga berani untuk menyentuh ku?"

Tamara mencoba menarik tangannya namun genggaman Syadza semakin menguat.

"Steve mencintai mu dan kamu hanya mempermainkannya?" Bentak Syadza

"Itu bukan urusan mu!"

"Ini urusan ku!" Jawab Syadza tak kalah galak. Semua rasa kesal, marah dan lelah yang Ia rasakan akhir-akhir ini seakan meledak menjadi satu di saat ini

"Itu urusan ku karna yang sedang lagi kamu permainkan adalah pria yang mati-matian aku cintai! Itu urusan ku karna kebahagiaan Steve menjadi tanggung jawab ku!"

Mata Syadza sudah memerah, perasaan marah dan terluka menjadi satu dalam diri Syadza. Bagaimana mungkin seseorang bisa mempermainkan hati Steve di saat Ia harus terluka parah hanya untuk membahagiakan Steve.

Purple Land (Complete)Where stories live. Discover now