35

6.8K 533 24
                                    

Ponsel Syadza bergetar, Ia yang sedang melakukan kontrol rutin mendapatkan pesan dari Steve.

_ Masih di rumah sakit?_

*Masih steve, kenapa?*

_Makan siang bareng ya, tunggu aku di cafe paling dekat dari rumah sakit. Kirim aku alamatnya_

*Tengah-tengah aja gimana?*

_Jangan, yang dekat dari rumah sakit aja_

*Oke, nanti aku kirim lokasinya ya*

_see you_

*🥰🥰🥰,*

Steve tak membalas lagi, Syadza menyetujui ajakan Steve makan bersama. Ia pun mengirimkan lokasi cafe yang ingin Ia tuju. Ya tentu saja cafe favoritnya.

Syadza sampai lebih dulu, Ia menunggu steve dengan terus memandang keluar. Sudah lama sekali Ia tidak kesana, Ia banyak sekali menghabiskan waktu di sana, kenangan tentang Januar pun terlintas begitu saja. Ia tau Ia tak boleh seperti ini, tapi jujur saja Ia masih tak terima melepas kepergian Januar seperti ini. Banyak pertanyaan dalam kepalanya saat ini, apakah Januar baik-baik saja? Kemana januar akan pergi? Kenapa januar pergi? Sudahkah januar pergi? Dan masih banyak lagi pertanyaan yang ingin dia sampaikan.

"Syadza"

Dengan cepat Syadza menoleh ke arah yang berlawanan. Suara yang Ia kenal itu,suara dari pria yang baru saja Ia pikirkan.

"Januar?"

"Steve, mana?"

"Ah..?" Ucap Syadza bingung, Ia tidak tau harus mengatakan apa. Ia ingin sekali menemui Januar dan cukup terkejut mendapati januar di sini.

"Steve mengajak ku makan siang"

Syadza mengangguk, "oh iya dia juga mengajak ku. Duduklah, dia bilang sudah di jalan" ucap Syadza canggung.

Januar menyetujui untuk duduk di sana. Keduanya saling menunggu dalam diam. Terlalu canggung untuk bicara. Baik Syadza ataupun Januar terus menghubungi Steve.

"Bagaimana keadaan mu?" Tanya Januar.

Syadza mengangkat kepalanya dan menatap Januar.

"Ehmm..hari ini cukup baik. Paling tidak aku bisa bangun" ucap Syadza

Januar mengangguk,Ia tentu tau apa-apa saja yang di alami penderita autoimun.

"Tapi dada ku nyeri," lanjut Syadza

Januar kembali menatap Syadza, "kamu mau kerumah sakit? Obat mu di bawa?"

"Tidak, aku pikir itu karna kamu mendadak ingin berhenti dan pergi tiba-tiba" ucap Syadza

Januar terdiam, Ia tidak tau harus mengatakan apa.

"Kenapa?" Tanya Syadza lagi

"Kamu tau dari mana?"

"Apa pertanyaan itu penting? Apa penting aku tau dari mana? Bukannya lebih penting untuk menjelaskan?"

Januar menghela napasnya, Ia meminum minuman yang tadi Ia pesan.

"Januar"

"Aku harus jawab apa?"tanya Januar

"Ya jawab aja.. kenapa tiba-tiba begini?"

"Tidak tiba-tiba.." jawab Januar

"Ya lalu kenapa kamu berhenti di saat karir kamu sedang sangat tinggi?"

Januar tersenyum miris, "bagus? Euhmm.. senang ya kalau punya profesi yang hanya tentang tinggi atau tidak"

"Aku gak ngerti..maksud kamu"

Purple Land (Complete)Where stories live. Discover now