14

5.4K 498 19
                                    

Dua hari pasca kecelakaan Steve masih belum juga bangun. Hal itu tentu saja membuat Syadza menjadi cemas. Ia bahkan tak mengizinkan siapapun menggantikannya menjaga Steve. Syadza sudah mencoba menghubungi Tamara, meskipun Ia membenci Tamara namun Syadza pikir Steve akan bangun jika Tamara datang karna Ia sangat mencinta Tamara. Sayang sekali Tamara tampak sama sekali tak peduli. Karna hingga detik ini pun Tamara tak jua datang.

Syadza memang tak berharap dicintai oleh Steve. Tapi mengapa diantara banyaknya wanita di dunia ini harus Tamara yang Steve cinta. Wanita yang tidak mencintai Steve.
.
.
Tangan Syadza mengenggam tangan Steve, Saat Seperti ini Syadza merasa menjadi orang paling jahat. Bagaimana tidak, jika muncul sedikit harapan dilubuk hati terdalam Syadza agar Steve tertidur sedikit lebih lama sehingga Ia bisa menggenggam tangan steve Seperti ini hal yang tak akan bisa Ia lakukan saat Steve sadar.

Ia mengusap tangan Steve, terdapat beberapa luka di sana yang nampak mulai mengering.

Meski memulai dengan rasa balas budi namun  Syadza selalu jatuh hati pada Steve dan semakin dalam setiap harinya.

Dulu Steve sungguh tak seperti ini,Steve baik padanya atau mungkin hanya sikap Sopan. Ketika menjadi kekasih meskipun dingin Steve tak pernah sedikitpun menyakitinya.

"Steve.. bangunlah.. aku tak apa kalau kamu ingin memukul ku. Tapi bangunlah" ucap Syadza

Syadza mengenggam tangan Steve dengan kedua tangannya. Ia berusaha untuk tak menangis.

"Aku memang ingin terus menggenggam mu seperti ini terus. Tapi kamu tidak bisa terus begini. Banyak yang harus kamu lakukan dan selamatkan Steve"

"Steve.. aku akan melakukan apapun untuk mu.. asal jangan kembali pada Tamara. Dia tidak mencintai mu Steve..aku tidak ingin kamu terluka hanya itu. Apapun akan lakukan, bahkan jika kamu ingin aku menghilang aku akan melakukannya. "

Air mata Syadza lolos begitu saja membasahi tangan Steve. Ia tak mampu lagi menahannya hingga isakannya pun pecah. Tangis yang sudah Ia coba tahan dua hari ini.

"Steve bangun.. aku sangat takut sekarang.."

"Steve bangun.. aku mencintaimu. "

"Steve..."

Tanpa Syadza sadari Regi sahabat Steve sudah berada di dalam ruangan dan menyaksikan segalanya. Ia tentu tau bahwa Steve tak mencintai Syadza. Ia sempat membenci Syadza dari apa yang diceritakan Steve. Tapi melihat betapa hancurnya Syadza saat ini perasaan Regi berubah. Tamara yang Steve katakan baik bahkan tak mau datang meskipun Ia sudah memohonnya. Bagaimana bisa Steve menutup matanya, mengabaikan istri yang mencintainya demi wanita yang sama sekali tak peduli padanya?

Regi tak ingin menganggu Syadza, Ia pun memilih meninggalkan ruangan itu dan membiarkan Syadza untuk menghabiskan waktu lebih lama dengan Steve. Mungkin saja saat sadar nanti Steve akan mengerti apa yang Syadza rasakan.

..
..

Syadza masih menggenggam tangan Steve. Ia sudah tidak lagi menangis. Ia sedang membacakan buku untuk Steve. Tentu saja buku yang Ia baca adalah karangannya sendiri. Syadza berhenti saat merasakan pergerakan pada tangannya.

Matanya menatap tangan Steve untuk memastikan apakah tangan Steve benar-benar bergerak. Syadza nyaris tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Steve benar-benar menggerakkan tangannya dan tanpa menunggu apapun. Syadza pun setengah berlari memanggil perawat untuk melihat ke adaan Steve.

..
..

Perlahan namun pasti Steve membuka matanya. Ia masih merasa cahaya di ruangan itu terlalu silau untuknya yang tak melihat cahaya pun dalam dua hari ini. Steve berusaha untuk menyesuaikan pandangannya kembali.

Purple Land (Complete)Where stories live. Discover now