Kamu dimana Sya? aku sayang sama kamu, takut kehingan kamu untuk kesekian kalinya- Rillan.
----
Satu minggu kemudian.
Udah nggak ada harapan sebagian besar penumpang pesawat meninggal dunia, kalaupun ada paling mereka hanya belum di temukan jenazahnya. semua orang putus asa sudah. Kabar duka yang memilukan, akan lebih baik jika jenzah nya ditemukan, tapi ini tidak. Nesya masuk ke deftar orang yag belum ditemukan, walau seminggu sudah berlalu. kenyataan itu yang membingungkan, memberi harapan bahwa Nesya masih ada, namun takut beharap karena meliihat jangka waktu yang cukup lama mustahil rasanya jika Nesya masih ada, namun hanya tuhan yang tau adda dimana Nesya sekarang, dan seperti apa keadaannya? semua berdoa yang terbaik.
Sebenernya kamu dimana Sya?- Rillan
Drttt.. Drttt... Getaran ponsel Rillan, yang langsung diangkat melihat siapa penelpon itu.
"halo tante?"
"halo Lan, gimana disana udah dapat kabar?" tanya ibunda Nesya di sebrang sana, terdengar suaranya sedikit serak karena habis menangis.
"jawabannya masih sama seperti kemarin." jawab Rillan lemah, Rillan bisa mendengar disebrang sana ibu dari Nesya, terisak tangisanya sudah seminggu seperti ini, tanpa kabar dan tanpa kepastian.
"tante jadi takut Lan." lirih ibunda Nesya.
"kita harus kuat, pasti Nessya ketemu, yaudah kalua gitu Rillan tutup dulu teleponnya, assalamualaikum." Rillan berusaha menenangkan hatinya dan ibu Nesya.
pippp. sambungan terrputus. Rillan mengacak-acak rambutnya frustasi.
tringgg...tringgg
ponsel Rillan kembali berdering, namun kali ini tak ada ini dia penelpon, seperti nomor yang tidak dia kenal. Rillan memutuskan tidak mengangkatnya.
----
( Rillan POV )
Gue berkali-kali membenturkan kepala gue ke dinding berharap gue tersadar dari mimpi buruk. Namun lagi-lagi gue tersadar ini nyata.
Untuk ratusan kalinya hari ini gue menangis lagi sambil meratapi foto Nesya yang tengah tersenyum manis.
"Aku sayang sama kamu Sya" gue bermonolog sendiri dengan suara parau.
Srettt.... Pintu kamar terbuka. Terlihat diambang pintu sana perempuan dengan balutan piyama Pororo yang tak asing lagi menghampiri gue.
Dia menjongkokkan badannya tepat didepan gue, mengelur rambut gue pelan, "Mau sampai kapan kamu gini terus?" tanya Fira dengan suara menahan tangis.
Sudah seminggu ini tidur gue berantakan kadang hanya tidur tiga jam lalu kebangun karena teringat Nesya, makan sangat jarang. Jangan ka makan, gue lebih khawatir apa di sana Nesya udah makan? Apa di dan Nesya udah tidur? Semua itu selalu ada di otak gue.
"Kamu harus bangkit, kalo kamu putus asa gini gimana Nesya bakal ketemu? Kalo kamu ngga makan ngga tidur yang bener terus sakit, siapa yang nyari Nesya nanti?" tanya nya lirih membuat gue hanya diam menunduk tak menjawab.
"Kamu makan yah, aku udah bikinin makanan kesukaan kamu." ucap Fira lagi sambil terus membujuk gue.
"Aku ngga laper, kamu aja yang makan." jawab gue seadanya.
"Lan udah satu minggu Lan! Jangan gini terus aku ngga mau kamu sakit! Jangan terlalu mikirin Nesya, kamu juga harus pikirin diri kamu sendiri!" Fira menaikan nada suaranya marah. Tapi ada beberapa kata dalam ucapannya yang membuat gue marah juga.
Gue bangkit berdiri, "MAKSUD KAMU APA JANGAN TERLALU MIKIRIN NESYA?! Nesya ilang tanpa kabar, kita semua ngga tau ada dimana! Dan lo seenaknga bilang jangan terlalu mikirin?! Gila kali lo!" bentak gue ke Fira, sampai membuat gadis itu merintis ketakutan.
"Aku ngga ada maksud ngomong gitu Lan, kamu jangan marah dulu. Aku cuman khawatir sama kamu, aku minta maaf kalo udah bikin kamu tersinggung." Fira meminta maaf membuat gue menyesal juga sudah membentaknya.
Baru gue ingin bicara lagi, ponsel gue kembali berdetar. Dan nomor yang sama nomor yang ngga gue kenali menelpon gue untuk kesekian kalinya.
Fira menatap gue sambil menyuruh gue untuk mengangkat telpon itu.
"Hello?" ucap gue begitu telpon di angkat.
Anehnya tak ada jawaban membuat gue menatap ponsel gue memastikan bahwa masih tersambung
"Hello?" Sekai lagi gue mental tapi masih sama tidak ada jawaban membuat gue terheran.
"Who is this? What do you need?" masih tidak ada jawaban, akhirnya gue memutuskan mematikan sambungan telepon.
"Siapa Lan?" tanya Fira juga bingung.
Gue mengangkat kedua bahu, "ngga tahu salah sambung kayaknya." jawab gue membuat Fira mengangguk mengerti.
"Yaudah aku balik ke apartemen aku dulu, kamu makan makanannya." ucap Fira berpamitan yang hanya d balas anggukan sama gue.
Setelah memastikan Fira pergi gue keluar dari kamar menuju meja makan melihat makanan kesukaan gue, biasanya gue langsung senang. Kali ini beda terdapat momen dimana Nesya memaksakan makanan yang sama untuk gue, dan dari situ gue memutuskan makanan itu akan menjadi makanan kesukaan gue.
Gue tersenyum tipi, sangat tipis hampir tidak terlihat.
"Lagi-lagi aku gagal jaga kamu Sya" ucap gue sendiri. Dengan senyum miris, berkali-kali menyalahkan terus menyalahkan semuanya pada sir gue sendiri.
Tuhan... Permintaanku hanya satu, jika dia masih hidup tolong pertemukan kembali suatu saat nanti denganku
Tbc...
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Hai! Masih ada yang nungguin cerita ini ngga yah kira-kira?
Gimana kabar kalian selama di karantina? Hehe pasti bosen yah
Aku sebenernya lama nggak up cerita ini bingung, kedepannya jalan ceritanya mau gimana, sempet mikir ngga mau lanjutin cerita ini tapi sayang sudah setengah jalan.
Menurut kalian gimana? Komen yah
Owh iya tebak-tebakan yu, Nesya ada di mana? Hayooo!
Jangan lupa yah share cerita ini ke temen-temen kalian, ramein kuyyy!
10++ vote aku lanjutttt, biar semangat lagi! Fighting yorobun;)
Papayyy! Enjoyyy...
YOU ARE READING
Late but BETTER"
Romance-SQUEL OF FRIEND ZONE- Entah bagaimana terbentuknya tembok pertahanan yang kokoh seperti ini. Seperti aku yang tak ada bosan-bosannya menunggu kehadiranmu kembali, entah apakah kita akan bertemu lagi atau tidak? Kehadiranmu akan selalu kutunggu past...
~~Tragedi~~
Start from the beginning
