Chapter 2

12.8K 884 11
                                    

Jungkook sedang fokus belajar saat tiba-tiba teman sebangkunya, Yoongi mendekat.

"Hei, ayo ke kantin bersama." ajak Yoongi, berbisik.

"Tentu." ujar Jungkook sambil tersenyum lebar.

Yoongi adalah teman pertama Jungkook di kelas, bahkan di sekolah ini. Sejak mereka duduk bersama selama beberapa hari, sifat kekanak-kanakan Jungkook justru membuat Yoongi suka padanya.

"Hari ini ada steak." Jungkook bergumam senang. Membayangkannya saja sudah membuat air liurnya menggenang di dalam mulut. Ia rindu steak, makanan yang biasa ia makan di Chicago.

Takk

Seorang guru paruh baya melempar spidol yang langsung mengenai meja keduanya. "Apa kalian berdua ingin berdiskusi diluar?" Tanya guru laki-laki yang sedang mengajar didepan. "Kudengar kau baru saja pindah kesini kemarin Jeon Jungkook, apa kau tidak betah?" sambung sang guru lagi.

"Maaf, pak." Jungkook sedikit ngeri dengan tatapan guru didepan. Tapi tetap kembali tersenyum mengingat daging sapi.

***

"Hyung, cepatlah!" Jungkook berteriak didepan kelas Seokjin, membuat isi kelas Seokjin melirik ke arahnya. Bukannya marah pada adik kelas mereka itu, mereka justru suka saat Jungkook datang mengunjungi kelas mereka.

Jungkook dan Seokjin sudah saling mengenal kemarin saat istirahat pula. Yoongi yang tentu saja mengenalkan mereka berdua. Dan Jungkook langsung saja akrab dengan Seokjin karna sifat mereka yang hampir sama yaitu suka 'makan', Yoongi juga suka makan tapi dia lebih suka tidur.

"Tenanglah, Jungkook, makanan di kantin tak akan habis." Setelah jam istirahat berbunyi Jungkook langsung lari menuju ke atas untuk mengajak Seokjin makan siang.

Sesampainya di kantin Seokjin langsung di traktir sang kekasih, Kim Namjoon, supaya mereka bisa menghabiskan waktu bersama. Pada akhirnya Jungkook hanya makan berdua dengan Yoongi.

Jungkook Pov's

Aku masuk ke dalam kantin, dan sangat bersemangat untuk mencoba semua makanannya.

Saat sedang asik berjalan bersama Yoongi dan Seokjin hyung, seseorang dengan lesung pipi datang mengejutkan Seokjin hyung dengan memeluk pinggang Seokjin, membuat semburat merah tipis mendarat di pipinya.

"Namjoon! jangan mengagetkanku! kau ini!" Seokjin hyung membentak dan terus memukul lelaki yang di panggil Namjoon itu tanpa ampun. Mereka terlihat dekat, mungkin dia orang yang di ceritakan Seokjin hyung. Mereka tidak terlihat malu melakukan itu di depan umum.

"Maaf hyung." Namjoon meminta maaf pada Seokjin hyung. Padahal wajahnya terlihat seperti seseorang yang cuek. Ah, wajah itu, aku pernah melihatnya entah dimana.

"Namjoon, perkenalkan ini Jungkook, dia baru pindah dan dia satu kelas dengan Yoongi, dan Jungkook kenalkan ini kekasihku Namjoon. Oh, iya, dia seangkatan dengan kalian tapi dia di kelas B." Kami berkenalan, dan setelahnya, Seokjin hyung langsung pergi bersamanya. Aku sedikit kecewa padahal aku sudah rela menunggunya bahkan aku melupakan makan siang mewahku sebentar tapi tak apalah, lagipula kata Namjoon mereka sudah lama tak makan bersama karna Seokjin hyung yang sibuk belajar. Setelah di pikir-pikir, apa benar Seokjin hyung sibuk belajar?

Melihat mereka berdua berjalan menjauh, aku dan Yoongi juga pergi mengambil makan siang lalu duduk di salah satu bangku yang berderet.

"Hyung? Apa disini banyak laki-laki yang saling suka?" Sejujurnya aku malu bertanya, tapi Yoongi malah tertawa.

"Tentu saja, disini juga tak ada larangan akan hal itu, banyak yang seperti itu Jungkook." Aku melihat Yoongi, wajahnya datar saat menjawab. Terkesan santai dan memang tidak mempermasalahkannya.

"Apa kau juga sudah punya pacar?" Tanyaku hati-hati.

"Tentu, kekasihku juga pria. Aku dan Seokjin hyung juga yang berada dibawah saat ber-"

Yoongi berhenti bicara saat aku terbatuk. Aku terkejut dengan perkataan frontalnya, apa mereka sudah pernah melakukan hal 'itu' sampai-sampai siapa yang diatas dan dibawah sudah dipastikan?

"Kenapa kau? emm, kekasihku itu berteman baik dengan Namjoon, tapi aku tak terlalu suka kami sering bertemu jadi aku punya jadwal pertemuan untuk kami." Jadwal pertemuan? mereka berkencan atau bekerja? Aneh.

"Sudahlah, kau akan merusak otakku jika terus bercerita, makanlah!" Aku heran dengan sifat Yoongi, dia punya sifat yang blak-blakan dan juga aneh, kenapa dia membuat jadwal untuk bertemu dengan kekasihnya jika mereka berada satu sekolah bahkan dengan kelas yang terbilang cukup dekat.

"Jungkook? apa kau straight?" Lagi-lagi sifat blak-blakan Yoongi keluar. Tapi perkataanya membuatku kepikiran.

"Emm, entahlah, aku tak pernah jatuh cinta." Ya, sebelum-sebelumnya aku tidak pernah suka seseorang, baik dia laki-laki atau perempuan. Aku bahkan tidak tahu rasanya.

"Apa kau yakin? kau terlihat seperti seseorang yang mudah di dekati." Yoongi sepertinya tak percaya. Aku memang tipe yang suka berteman dengan siapapun tapi aku tak pernah mencoba membuka hatiku untuk siapapun karena menurutku tidak ada cinta di dunia ini. Mungkin bagi mereka ada tapi tidak untuk ku. Aku berpikir untuk menikah saja dengan orang pilihan nenek nantinya, jadi aku tak akan kesulitan.

"Mencintai itu sulit."

Pov's End

***

Jam sekolah sudah berakhir. Jungkook sudah berpisah dengan Yoongi dan Seokjin. Sebelum kembali ke apartemen, ia mampir ke supermarket untuk membeli beberapa cemilan, seperti ice cream dan susu pisang kesukaannya.

Setibanya di apartemen, Jungkook langsung membersihkan dirinya di bawah shower, dan menit berikutnya ia merebahkan diri di atas kasurnya yang empuk.

Kedua tangannya ia letakkan di atas mata, membuat semuanya tidak terlihat.

"Eomma... Appa... apa yang harus aku lakukan?" Jungkook bergumam. Air matanya mengalir begitu saja. "Nenek, aku tak bisa menenangkan diriku sendiri..." Jungkook menangis di temani kesunyian. Ia memiliki trauma selama beberapa tahun terakhir.

Ketika ia merasa sendirian, sekelebat ingatan tentang orang tuanya datang dalam pikirannya. Kematian mereka terus menghantuinya.

Nenek Jungkook adalah satu-satunya orang yang bisa menenangkan Jungkook. Dan itu yang menjadi alasan utama ia tidak mengizinkan cucunya kembali ke Seoul sendirian. Sang nenek merasa berat meninggalkan Jungkook di kota tempat dia kehilangan orang tuanya.

Selama beberapa tahun tinggal bersama nenek, Jungkook sudah pergi menemui beberapa dokter untuk mengobati traumanya, tapi hasilnya nihil. Sampai hari ini Jungkook masih merasakan kesedihannya.

Selama ini, Jungkook selalu mengatakan kalau dirinya baik-baik saja, meski neneknya tidak mudah percaya.

Setelah menghabiskan waktunya dengan menangis, Jungkook langsung tertidur karena kelelahan. Matanya membengkak, tapi untungnya ia bisa tidur nyenyak, dan memiliki banyak tenaga untuk kembali tersenyum esok hari.

To be continued.

Sudah di revisi ya:)

Im a Bad Guy [Taekook]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang