21- Ayah

302K 10.6K 569
                                    

Di dalam hunian keluarga Radjasa nampak sepi. Sang kepala keluarga tengah menemani sang istri yang jatuh sakit hingga harus dilarikan ke rumah sakit.

Di rumah megah ini pun hanya ada para asisten rumah tangga yang tengah melakukan tugasnya masing-masing, salah satunya ada Sari dan Bik Nun.

"Jadi Non Vella itu anak siapa Bude? Anak adopsian?"

"Husshh cangkemmu! Kalo ada Bu Atalia bisa kena marah bicara seperti itu!" Tegur Bik Nun pada keponakannya.

"Ya habisnya bule ceritanya gantung, Sari kan jadi kepo."

"Ah kamu ini mau tahu saja urusan keluarga orang, Bude yang kerja lama disini saja tidak berani."

Sari hanya mendengus seraya mengelap piring-piring mahal koleksi Atalia. 

"Jadi Bu Arrinda itu nikahnya udah berapa kali Bude?" Sari masih penasaran dengan cerita kehidupan anak majikannya itu.

Bik Nun terdiam sejenak sebelum menjawab Sari.

"Dua kali, yang pertama itu sama Den Arkan." Wajah Bik Nun berubah menjadi muram.
"Den Arkan orangnya baik, dia itu sangat menghargai Bude walaupun posisi Bude hanya sebagai pembantu disini."

Sari mengernyit.
"Den Arkan?"

"Iya itu suaminya Non Arrinda yang pertama. Yang sekarang ini yang kedua."

"Jadi—"

"Wesss... kamu ini bukannya kerja malah ajakin bude ngegosip. Awas, Bude mau ganti taplak meja ruang tamu dulu."

"Ih Bude, ceritanya nanggung. Sari masih kepo nih."

Bik Nun tak menggubris, ia tetap berjalan meninggalkan keponakannya yang cerewet itu. Dan tak sengaja ia melihat seseorang yang tadi menjadi topik pembicaraannya bersama Sari.

"Eh a—ada Non Vella..."

Vella tersenyum.
"Hai Bik, Vella mau ambil barang yang ketinggalan pas nginep." Ujar Vella tanpa basa-basi.

Bik Nun sedikit tak enak hati, takut-takut cucu majikannya ini sudah lama berada disini dan sempat menguping pembicaraannya bersama Sari.

"Oh i—iya, silahkan."

Vella langsung bergegas ke lantai dua menuju kamar Bundanya.

Tak lama untuk Vella sampai kamar, ia menutup pintu cukup kuat.

Cukup.

Vella tak ingin terus menerus terbelenggu dalam rasa penasaran.

***

Kenzo memeriksa beberapa berkas dengan kepala yang bersarang ke lain hal. Hatinya tak tenang dan tak karuan.

Pasca sore itu, rumahnya menjadi dingin. Entah kenapa semua penghuni bungkam dengan bebannya masing-masing.

Kenzo meraih ponsel yang terletak tidak jauh dari berkas-berkas yang tengah ia pelajari, ia berniat untuk menelepon Vella yang hari ini entah mengapa tidak mau sekolah dengan alasan tidak enak badan. Saat akan menelepon Vella, ada sebuah panggilan dengan nomor tidak dikenal. Dengan malas Kenzo pun mengangkat.

"Temui gue di kafe depan kantor lo sekarang, penting."

"Gue sibuk."

"Ini tentang Vella, tepatnya tentang lo dan Vella. Gue tahu kebusukkan lo bro!"

Kenzo masih dengan sikap tenangnya.

"Lo nggak ada hak untuk ikut campur."

"Jangan banyak bicara, kalo lo jantan ayo temui gue sekarang."

Vella & KenzoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang