Part 01 || Sapaan Hangat Tuan Muda

32.1K 1.9K 203
                                    

Instagram : unianhar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Instagram : unianhar

Kicauan burung terdengar di dalam kamar bernuansa hitam putih itu. Awalnya pelan lama-kelamaan berubah nyaring membuat sang empunya kamar mengerling membuka mata mengintip sedikit keluar jendela tak jauh dari posisinya. Ia mendesah kembali menutup mata, mengangkat selimut sampai menutupi ujung kepalanya, bersiap kembali ke mimpi indahnya.

Tak berselang lama ia mengerang, kicauan burung itu lagi. Menyebalkan. Ia pun bangun membuka selimut kasar, meraih jam walker berbentuk burung di nakas memotek paruhnya.

"Makanya jangan bawel!" gerutunya melempar benda itu ke belakang.

Pria tampan bermata sipit itu berdiri dari ranjang king size-nya menutup mulut membiarkan air keluar dari matanya karena menguap. Kemudian berjalan menuju jendela, tubuhnya yang tinggi memberinya keuntungan untuk sampai lebih cepat.

Jendela terbuka, angin pagi menyapa malu-malu menerpah wajahnya. Ia tersenyum menghirup rakus oksigen pagi membuat ngantuknya menghilang. Matanya memandang ke arah langit biru berhias awan putih. Jarang sekali menikmati pemandangan langit pagi setenang sekarang.

Ia menutup mata, menarik napas dan menghembuskannya pelan memikirkan seseorang yang mondar-mandir di kepalanya, seperti setrika yang merapikan hidupnya yang kusut.

"SAKA!"

"Astagfirullah!" spontannya mendengar suara itu, lamunannya ambyar seketika. "Baru juga mulai belum ke intinya udah diganggunl," dengkusnya berbalik dongkol.

Pria bernama Saka itu tersenyum lebar melihat siapa berdiri di depan pintu melipat kedua tangan di dada menatapnya curiga, "A--apa?" tanya Saka gugup berjalan ke arah ranjang mengambil baju kaosnya yang terjatuh di lantai.

"Kamu abis mikir macam-macam, ya?!" tuduhnya curiga.

Saka tersentak sesaat sebelum menggeleng panik, wajahnya memerah berusaha menyangkal meski membenarkan, tapi itu tidak terjadi karena orang di depannya keburu datang.

"Aass...astagafi..firullah," gagap Saka mengelus dada telanjangnya menggeleng membantah, "Ngomong apa, sih? Nggak boleh nuduh!" sambungnya mengelak berusaha menghindari tatapan menyelidik itu. Saka bisa berbohong dengan mulutnya tapi matanya tidak.

"Kalau nggak..., kenapa bisa singa kamu berdiri?"

Saka reflek menutup tonjolan di selangkangannya syok, lalu melihat orang di depannya menyeringai menangkap basah dirinya, wajah Saka memerah padam menahan malu karena ketahuan.

"Mami ngomong apa, sih? Berdiri bukan berarti aku mikir jorok, tahu! Mami pernah dengar teori Dokter Boyke kalau singa sehat adalah singa yang berdiri di pagi hari mencari mangsa?" kelitnya mempertahankan harga dirinya di depan maminya, Pricillia Thomas.

Pricillia mendengkus. "Nggak usah bawa-bawa Dokter Boyke! Dasar mesum, Mami lapor ke Papi kamu kal...."

Saka menghadang Pricillia seraya mencak-mencak memohon agar tidak memberitahu siapa pun, "Ampuni Saka! Jangan bilang ke Papi, ya?" pintanya memeluk maminya dari samping.

SHOW ME (Tamat)Where stories live. Discover now