Part 36 || Memanipulasi

2.4K 472 60
                                    

****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

****

Yang belum follow akun ini bisa langsung di follow ya gengs Unianhar, vote dan komentar!!!

Sebelum tahun baru aku usahain cerita Saka dan Jessie selesai dan berlanjut ke series Thomas selanjutnya. Kalian mau ceritanya siapa? Rimba? Sagarha?

Jangan lupa follow

IG : unianhar
Tiktok : unianhar_

------------

Setelah panik mengira Jessie sakit, akhirnya Saka bernapas lega setelah mendapat informasi kalau tidak ada pasien bernama Jessilin Wijaya. Itu berarti Renan datang mengunjungi orang lain. Ia pun tidak menelepon kekasihnya karena tidak ingin membuatnya kepikiran, nanti dia mengira Renan lah yang sakit.

Saka menekan tengkuknya lantaran pegal. Intensitasnya menunduk cukup lama menyebabkan tengkuknya meradang. Matanya terpejam sembari memijit leher sampai bahu. Udara malam itu cukup dingin, kendati demikian tidak membuatnya meninggalkan rooftop. Ia masih punya waktu untuk menghirup udara di luar ruang operasi.

Kepalanya diregangkan kiri dan kanan sambil berbalik memunggungi pembatas rooftop. Tempat itu tidak terlalu ramai seperti biasa. Kalau diamati hanya segelintir orang yang duduk di kursi yang disediakan. Biasanya semua kursi di tempat itu selalu saja penuh.

"Bang, kembalikan ijazahku."

Mata sipit Saka terbuka. Keningnya mengerut, suara itu mengingatkannya pada seseorang. Ia mengedarkan pandangannya mencari pemilik suara itu.

"Abang nggak bisa nyita ijazahku begitu aja. Aku butuh itu buat cari kerjaan, aku nggak bisa begini terus." Suara itu terdengar frustasi.

"Kita bicarakan itu nanti."

"Nanti kapan? Kamu nggak pernah luangin waktu nemuin adikmu!"

"Pelankan suara, Renan."

"Hah!"

Saka menyipitkan mata memastikan penglihatannya berfungsi dengan benar. Ia tidak mungkin salah lihat, itu Renan. Sekitar tujuh meter darinya pemuda itu berdiri menghadap pria yang membungkuk ke pembatas rooftop, tangannya bertumpuh pada besi sambil mengusap wajah gusar.

"Sialan. Sampai kapan kau akan seperti ini sama aku?!" maki Renan emosi. Sepertinya pemuda itu sudah muak dengan perlakuan yang diterimanya.

Pria itu sonta menatap Renan tajam, rahangnya mengeras, giginya bergemelatuk serta aliran darahnya mendidih saking emosi mendengar ucapan kurang ajar itu.

"Jangan ucapanmu!" peringatnya.

"Kenapa aku harus menjaganya pada orang sepertimu? Dulu Kakakku sekarang aku, apa kau punya penyakit suka nyakitin adikmu sendiri?" tanyanya menatap abangnya memastikan.

SHOW ME (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang