Part 46 || Rencana Masa Depan

3.2K 542 66
                                    

Emot buat mereka?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Emot buat mereka?

***

Follow Unianhar, vote dan boom komentar ya gengs!

Note : Typo dikoreksi ya!
----------

Jessie tahu dimana letak kesalahannya hingga tidak bertanya lagi pada Saka yang mendiamkannya. Pria itu pernah meminta Jessie menjadikan dia sebagai orang pertama yang mendengar ceritanya. Namun, Jessie ingkar, seakan terbawa suasana ia mengadu pada Leon. Mungkin karena selama ini Leon menjadi tempat pelariannya jika bersedih, hingga saat badai kembali menyerang ia melupakan fakta jika ada tempat lain yang menunggunya.

Jessie duduk di kursi pantry, menatap cairan bening di dalam gelas, gelas itu diletakkan oleh Saka dua menit yang lalu. Jessie tak kunjung menyentuhnya. Pandangannya diangkat ketika Saka lewat menuju wastafel mengguyur handuk di bawah air mengalir. Sejak kepergian Leon, pria itu hanya sekali mengeluarkan suara saat menanyakan arti dirinya bagi Jessie. Bahkan ketika memberi Jessie air minum, Saka tidak bicara sama sekali.

Jessie mengatupkan bibir. Matanya masih memerah, sembab, rambut disekitar netra bulatnya masih basah, air di wajah sudah mengering, ia tidak menangis lagi saat Saka datang. Jessie tidak ingin pria itu kepikiran tentangnya. Sesak di dada masih terasa, untuk bernapas ia harus membuka mulut membantu menyalurkan oksigen ke dalam paru-parunya.

Jessie terkesiap merasakan pergelangan kakinya dipegang. Sontak menunduk melihat Saka berjongkok mengelap kedua kakinya dengan handuk yang sudah dibasahi. Sangat pelan dan lembut seolah takut membuat kulit putih itu lecet, masih menutup mulut Saka memperlakukan Jessie dengan sangat baik walau perasaannya tidak karuan.

Pendar Jessie terus menatap wajah pria itu dari atas. Rasa bersalahnya semakin besar. Kepercayaan yang diberikan telah disia-siakan, Saka pasti sangat kecewa. Andai bisa memilih Jessie akan menahan diri untuk tidak mengadu pada Leon, tapi terlalu sakit untuk memendamnya lebih lama.

Sepanjang jalan Jessie mati-matian menahan tangisannya, sakit, linu, sesak sampai rasanya mau mati. Ia tidak bisa lagi memendamnya sampai di apartemen. Ingin menumpahkan duka yang merongrong di dalam hatinya dan kebetulan Leon di sana, pria yang sudah dianggapnya kakak yang selama ini berada di sampingnya sebelum Saka.

Selesai membersihkan kaki Jessie, Saka meletakkan handuk ke dalam baskom kecil di lantai. Kemudian membuka kotak P3K mencari obat. Pria itu hanya menemukan salep Betadine, tutupnya dibuka lalu memencet sampai keluar pasta berwarna cokelat dicantolkan pada cotton bud. Kemudian cotton bud itu dioleskan pada tumit Jessie yang lecet.

Mata Jessie kembali berkaca-kaca lantaran Saka terlalu baik padanya. Ia mendongak untuk menghalau air matanya untuk tidak keluar lagi. Kedua tangannya meremas di atas pahanya sebelum kembali menunduk pada pria yang dicintainya itu.

SHOW ME (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang