twenty🍵 ㅡhappy birthday, refa (2)

1.2K 89 26
                                    

Reva, Meita, dan Nindy menyeret koper masing-masing ke arah tempat duduk di depan pintu masuk stasiun itu. Mereka mendudukkan diri di sana, menunggu Refa, Chandra, Rizki, dan Dimas yang belum sampai.

Untuk sampai ke Stasiun Malang, mereka menaiki dua taksi, satu untuk rombongan perempuan, dan satu lagi untuk rombongan laki-laki. Mereka tidak menaiki mobil Nindy karena selain tidak cukup, mereka juga bingung mau dititipkan di mana mobilnya setelah sampai stasiun.

"Ini jam berapa?" tanya Meita sembari mengibas-ngibaskan lehernya. Menarik koper dari depan sana ke pintu masuk cukup membuatnya ngos-ngosan, walau udara sore ini cukup dingin.

Reva melirik jam di pergelangan tangannya, "Jam setengah tujuh."

"Kereta kita jam tujuh lewat empat puluh lima menit, kan?" tanya Meita lagi.

Nindy mengangguk, "Untungnya masih agak lama. Cowok-cowok itu belum sampai soalnya."

"Apa mereka kena macet?" tanya Reva, "Tapi, berangkatnya tadi kan bareng sama kita."

Meita mengangkat bahunya, "Entah. Mungkin sebentar lagi sampai."

"Aku print tiket dulu aja kali, ya?" ucap Reva.

"Ayo aku temenin," ujar Nindy.

Reva dan Nindy pergi ke ruangan sebelah sanan untuk mencetak tiket kereta api mereka bertujuh, sementara Meita duduk di sana, menjaga koper mereka.

Tak berapa lama setelah Reva dan Nindy pergi, Meita melihat Refa, Chandra, Rizki, dan Dimas yang celingak-celinguk di depan sana.

Meita tertawa kecil. Ia ingin berteriak namun suaranya pasti tak sampai ke telinga mereka, belum lagi di sini memang agak berisik karena suara kendaraan dan orang-orang yang ingin naik kereta juga. Meita melambaikan tangannya setinggi mungkin, berusaha supaya terlihat oleh cowok-cowok itu.

Meita menghela napas, usahanya gagal. Ia melihat Dimas yang kini tengah memainkan ponselnya. Meita pun segera mengambil ponselnya dari tas selempang dan membuka group chat.

Setelah mengetikkan beberapa kata di sana, Meita tersenyum melihat cowok-cowok itu yang akhirnya melihat ke arahnya. Mereka tersenyum senang sembari melambaikan tangannya dan berlari kecil.

"Kalian udah sampai daritadi?" tanya Chandra, "Eh tunggu, Reva sama Nindy kemana?"

"Barusan aja kita sampe. Reva sama Nindy masih nge-print tiket," balas Meita. Ia kemudian melirik koper yang dibawa oleh cowok-cowok itu, hanya dua koper.

Meita mendengus pasrah, "Kalian seriusan cuma bawa dua koper buat berempat?"

Chandra melirik koper merah kepunyaan Rizki, dan koper biru kepunyaan Refa. Untuk liburan kali ini, mereka berempat memang hanya membawa dua koper yang isinya untuk empat orang. Koper merah diisi keperluan Chandra dan Rizki, koper biru diisi keperluan Refa dan Dimas.

Yah, namanya juga anak cowok.

"Jelas. Buat apa bawa barang banyak-banyak," ucap Chandra, kemudian menatap nanar tiga koper milik Meita, Reva, dan Nindy, "Kasihan, kalian bawa banyak banget."

"Heh, bantuin lah nanti," ujar Meita, "Chandra sama Dimas kan enggak bawa koper, yang bawain Rizki sama Refa. Kalian tuh ya, udah kopernya numpang, mereka juga yang bawa."

"Hei, jangan sembarangan nuduh, ya. Nanti gantian gue sama Dimas yang bawa," balas Chandra, kemudian menatap Dimas, "Iya nggak, Dim?"

"Iya!"

Meita memutar bola matanya malas, "Terserah."

Rizki tertawa kecil melihat perdebatan tidak berguna itu. Ia mendudukkan dirinya di samping tas Meita.

Reva & Refa [COMPLETED]Where stories live. Discover now