four🍦 ㅡsatu atap?

1.5K 113 14
                                    

"Reva?"

Refa yakin bahwa gadis yang berdiri sekitar satu meter dari hadapannya itu adalah Revania, teman sekelasnya. Walaupun dengan rambut dicepol asal-asalan dan kaos kusut, Refa tetap yakin itu adalah Reva.

"Kok...lo...ada di sini?" tanya Reva perlahan. "Eh, lo Refa, kan? Refansyah Febri?"

Refa mengangguk. "Iya, lah, emangnya gue punya kembaran?"

"Terus? Ngapain di sini?"

"Menurut lo? Gue kan ngekos di sini."

Reva kembali memasang muka dramatis. "Sejak kapan???"

"Sejak kapan? Ya, pokoknya sejak gue memutuskan untuk kuliah di UB. Ga usah kenceng-kenceng suaranya, Va, nanti yang lain keganggu."

Reva melangkah mendekati Refa.

"Eh, stop! Nanti kaki lo kotor kena itu," ujar Refa, menunjuk noda pecahan telur di bawah. "Gue ambil lap dulu."

Refa menaruh telur ayam satunya yang selamat di atas meja makan. Ia kemudian berlari kecil menuju kamar mandi umum yang ada di lantai bawah, dan mengambil kain lusuh yang tergeletak di sana.

"Eh, itu punya siapa? Emang boleh dipake?" Tanya Reva saat Refa hendak mengelap noda itu.

"Boleh. Kata Ibu Anis boleh dipake," jawab Refa. Ibu Anis adalah nama pemilik kos-kosan ini, namun tidak tinggal di sana.

Reva ikutan jongkok. "Mau gue bantuin?"

"Ga usah. Diem aja dulu di situ," kata Refa, kemudian berdiri, kembali menatap gadis itu. "Hm, mungkin bisa. Coba lo ambil air pake ember kecil yang di kamar mandi."

Reva lekas berdiri untuk memenuhi perintah Refa. "Okey."

"Eh bentar," Refa menarik bagian belakang baju Reva sehingga cewek itu hampir terpental ke belakang. "Gak usah, deh. Lo lanjutin lap ini aja, gue yang ambil air."

Refa menyerahkan kain lusuh itu kepada Reva dan berlalu. Reva memandangi punggung Refa yang berjalan menjauhinya dengan alis bertautan. Gimana, sih, tadi katanya suruh ngambil air?

Refa meletakkan ember kecil yang setengahnya telah dipenuhi air. Ia kemudian mengambil kain dari tangan Refa, dan mulai mengelap lagi lantai, supaya tidak lengket.

Selesai dengan drama pembersihan lantai tersebut, Reva mencuci tangannya di tempat cuci piring, sedangkan Refa di kamar mandi.

"Okey. Sekarang coba jelasin kenapa lo bisa ada di sini," ujar Reva.

"Apanya yang dijelasin, Va? Ini kan kosan campur," balas Refa, kemudian tidak sengaja melihat rebusan spagetinya. "Ya ampun, gue lupa."

Refa buru-buru mematikan api kompor, dan bernapas lega saat tahu spagetinya tidak over-cooked karena ia memasaknya dengan api kecil.

"Iya, sih, tapi kenapa kita baru ketemu sekarang? Lo baru pindah, ya?" tanya Reva lagi, masih penasaran.

"Gue udah pindahan sebelum ospek. Tapi, emang baru tidur di sini hari Jumat kemarin, pas kita ketemu di halte," balas Refa, sembari membuang air rebusan spageti. "Wajar aja kita gak ketemu selama dua hari kemarin, toh, warga kos-kosan mewah kayak gini kan biasanya apatis."

Reva tersedak udara. "Wah, lo jarang ngomong tapi sekalinya ngomong nusuk juga, ya."

"Bener, kan? Gue ga kenal siapa-siapa di sini selain Chandra dan Rizki. Yah, sekarang gue kenal lo, sih."

Reva membulatkan matanya mendengar nama Chandra dan Rizki. "Ada Chandra sama Rizki juga di sini?"

Refa mengangguk samar. "Iya, kamarnya deket kamar gue. Ngomong-ngomong, lo tau gak, ini bawang punya siapa?"

Reva & Refa [COMPLETED]Where stories live. Discover now