07 -Bisa Milih Ngga?-

29 0 0
                                    

Ketawa dulu mungkin yaaaa😆

Awal dari cerita yang akan kuangkat di chapter ini berasal dari obrolanku dan sahabatku. Karena aku yang bisa terlihat ceria, banyak bicara dan bisa bersosialisasi. Well.. Setidaknya menurut dia aku seperti itu. Aku berusaha menjelaskam bahwa aku seperti itu karena aku bisa berkembang dan menyesuaikan diri. Dan dia kembali berkata, "Berarti bisa di pilih kan mau jadi Extrovert." 🤣

Kalau yang bicara bukan dia, aku akan ketawa ngakak ya. Tapi karena dia teman baikku, aku tanya ke dia lagi. "Selama 5 tahun kamu kenal aku, apa aku pernah nongkrong atau jalan sama teman lain selain kamu?"

Dia diam beberapa saat dan tersenyum sambil menggeleng. Lalu aku menjelaskan, aku bisa seperti orang pada umumnya karena itu sama dia. Bukan ke orang lain. Aku jelaskan lagi kalau selama ini aku berusaha menjadi orang normal, bukan menjadi diriku sendiri. Terus dia komen lagi,

"Bagus dong kalau gitu?"

Aku jawab, "Ya untuk orang lain itu bagus, karena mereka ingin aku jadi normal. Tapi itu ngga bagus untuk mental aku. Berarti aku ngga bisa jadi diriku sendiri. Aku merasa kenapa ngga ada yang bisa menerima aku apa adanya."

Dan dia terdiam.

Aku bilang lagi dengan baik-baik, "Nah.. Sebagai sahabat, aku sekarang ingin kamu mengerti kalau aku memang seperti ini. Aku ngga mau lagi jadi Hanna yang terus berpura-pura jadi orang lain. Udah saatnya aku bisa menjadi diriku sendiri."

Sahabatku itu langsung bilang, "Kamu ngga aneh kok, kamu orang paling normal yang aku kenal." 😆

Hahaha.. Tingkat kenormalan seseorang itu tergantung dari standard kita ya guys😆. Sekarang aku tidak mau lagi menganggap diriku aneh, aku mau menganggap diriku normal untuk diriku sendiri. Karena standard itu hanya aku yang bisa mengaturnya.

Dan.. Extrovert atau Introvert bukan hal yang bisa kita pilih. Sama seperti kita tidak bisa memilih siapa orang tua kita. Dua sifat itu kita bawa sejak lahir. Jadi jangan berharap seorang Introvert bisa berubah. Mungkin mereka bisa membaur sedikit, bukan berarti mereka berubah.

Jika kamu menyayangi seseorang, terima dia apa pun sifatnya. Bukan dia yang ingin menjadi berbeda dari orang lain, tapi memang Tuhan menciptakan kita berbeda. Bahkan sesama Introvert juga tidak semuanya sama. Tergantung dari pengalaman hidupnya. Pola pikir seseorang di bentuk dari pengalaman hidup ya guys, bukan dari Extrovert atau Introvert. Dua sifat itu hanya membimbing mereka untuk berpikir dengan cara yang mana.

Ini menurut pemahamanku sendiri:
1. Seorang Introvert merasakan dari apa yang dia pikirkan. Karena itu kebanyakan mereka berpikir dulu baru berbicara/bertindak.
2. Seorang Extrovert berpikir dari apa yang mereka rasakan. Karena itu kebanyakan mereka berbicara/bertindak dulu baru berpikir.

Sederhananya seperti itu ya guys. Tapi bukan berarti 100% benar, karena aku juga masih mempelajari banyak hal tentang diriku sendiri.

Paling tidak, dengan ilmu-ilmu yang aku ketahui tentang Introvert itu tidak lagi membuatku sedih atau terluka ketika seseorang menganggapku aneh. Toh mereka tidak mengerti.

Dan satu pesan penting guys. Orang yang akan memganggap orang lain aneh dan memintanya berubah, adalah orang yang sebenarnya belum bisa menerima dirinya apa adanya. Karena itu dia tidak bisa menghargai orang lain yang berbeda. Jadi tidak perlu merasa tersinggung atau sedih, karena kita seharusnya merasa kasihan dengan dia. Hehehehe😆

Okay.. Seperti akhir dari semua cerita aku. Aku kembali lagi menawarkan pada kalian yang merasa aneh, merasa diabaikan dan merasa tidak ada seorang pun yang mau mendengarkan kalian. Kalian bisa berbagi cerita denganku melalui komen atau private message. Atau kalau mau DM langsung di instagram dan twitter aku @hanna.nekosuki . Aku mungkin tidak bisa menjanjikan masukan atau jalan keluar, tapi aku akan mendengarkan dan memberi masukan berdasarkan pengalamanku😉.

Have a nice day😊

Curhatan Aku Yang IntrovertTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang