Part 9

84 5 0
                                    

Ternyata jatuh cinta nggak semudah yang gue bayangkan.
———

Hari sudah berganti, pagi ini Renata merasa bahwa ia ingin diam di rumah dan memutuskan untuk pergi gereja nanti sore.

Ia memutuskan untuk bangun dari ranjangnya dan pergi ke dapur untuk membuat sarapan pagi.

Ia mengambil kotal sereal kesukaannya dan memasukkannya ke dalam mangkuk beserta susunya. Ia mengambil mangkuk tersebut dan segelas susu untuk di bawanya ke halaman belakang.

Halaman belakang adalah tempat ternyaman kedua selain ruang studio di rumahnya ini. Tak jarang ia menghabiskan waktu di halaman belakang. Halaman belakangnya ini cukup luas.

Terdapat taman kecil yang menyatu dengan kolam renangnya. Tadinya, sang ayah—Reinaldo—ingin membuat lapangan basket juga di sebelah kolam renang, namun mengetahui di taman belakang komplek sudah ada lapangan basket, jadi niatan itu ia urungkan.

Kolam renang milik Renata atau lebih tepatnya milik Reinaldo cukup unik. Mereka memiliki remote tersendiri yang berfungsi untuk melindungi kolam renang saat hujan. Jadi, jika tombol di remote tersebut di tekan, secara otomatis, kayu yang bertugas untuk melindungi kolam renang dengan cepat menutupinya.

Renata menarik napas nya dalam dan mengeluarkannya pelan-pelan. Merasakan sentuhan angin pagi.

Ia menghabiskan sarapan paginya dan berjalan menuju ruang studionya.

Bukan hanya karena Alex yang menyarankannya untuk belajar alat musik, Renata juga memang lumayan suka dengan segala hal yang berbau musik. Walau dirinya belum semahir Alex, tapi ia tak pernah sungkan untuk melatih dirinya.

Dengan pelan ia mengambil gitar classic kesukaannya, memetikkan senar gitar satu per satu, yang membentuk sebuah nada.

So i heard you found somebody else
And at first i thought it was a lie
I took all my thing that make sound
The rest i can do without.

And no, i don't want your body
But i hate to think about you with somebody else
Our love has gone cold
You're intertwining your soul with somebody else

Suara ringtone ponselnya yang berasal dari kamarnya terdengar sampai studio—karena studio dan kamarnya cukup berdekatan dan pintu studio sedang terbuka.

Renata berdiri dan meletakkan gitarnya ke tempatnya. Ia mengambil ponselnya dan melihat siapa yang meneleponnya.

Renata : Halo, Joy, kenapa ?

Joy : Lo nggak gereja ?

Renata : Nanti sore.

Joy : Oke.

Telepon pun terputus. Ya, Joy se-random itu. Bahkan pernah ia menelepon Renata hanya untuk mengatakan bahwa ia mengantuk dan memutuskan teleponnya tanpa mendengar balasan Renata.

Ia memutuskan untuk membaringkan tubuhnya di atas ranjangnya. Kembali merenungkan seseorang yang sudah menarik perhatiannya beberapa hari ini.

Hembusan pelan keluar dari bibirnya. Lelah ia rasakan. Ternyata berjuang tidak seseru itu. Berjuang sangat membuat tenaganya terkuras habis.

Pikirannya pun kini berlarian ke sana ke mari. Banyak pertanyaan timbul dalam pikiran. Pertanyaan yang sepertinya tidak memiliki jawaban yang pasti.

Semuanya tertumpuk menjadi satu. Aska. Laki-laki itu benar-benar membuat dirinya dapat melakukan hal-hal melebihi ekspetasinya.

Seperti dengan mudahnya ia mengirim pesan kepada laki-laki itu kemarin. Selalu tersenyum setiap saat sampai setiap orang akan menatapnya bingung.

Mungkin benar kata orang-orang, bahwa jatuh cinta itu indah. Tapi tidak sedikit orang yang ikut menambahkan walau jatuh cinta dapat membuatmu bodoh.

ASKANATA [DISCONTINUED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang