BonChap

3.7K 356 28
                                    

"Sana ada dimana?" Hanbin yang sedang duduk di ruang tunggu langsung menoleh kepada Jinhwan yang baru datang.

"Di dalem, sama Bunda sama Mamahnya juga. Baru pembukaan 5 katanya," kata Hanbin menjelaskan "Mas masuk gih."

Jinhwan langsung mengangguk dan berjalan dengan cepat memasuki ruangan dimana Sana berada.

"Mas..." panggil Sana saat melihat suaminya datang. Sedangkan Jinhwan langsung mendekat kepada Sana, mengelap bulir keringat di kening istrinya. "Sakiiiiit...."

Jinhwan mengangguk paham, mengelus-elus kepala istrinya dengan lembut, berharap bisa memberikan dikit kekuatan untuk Sana.

"Maaf sebelumnya, hanya satu orang yang diizinkan menemani pasien..." seorang perawat mengingatkan, karena di dalam ada Bunda, Mamahnya Sana, serta Jinhwan.

"Bunda, sama Mamah kamu tunggu di depan ya sayang ..." kata Bunda mengelus-elus kepala menantunya. Sedangkan Mamah dari Sana hanya tersenyum saja. Merasa tak tega saat melihat anaknya kini berbaring lemah.

"Aku ada disini..." kata Jinhwan menenangkan Sana, tangan kanannya menggenggam erat tangan kiri Sana. Sedangkan tangan kiri Jinhwan sesekali mengelap keringat di kening Istrinya.

♥️

"MAMAAAAAA..." lamunan Sana langsung buyar saat mendengar teriakan dari putranya.

"Selamat pagi anak Mamaaaah..." sapa Sana sembari memeluk Jisung, putranya yang kini sudah bisa berjalan, dan sedikit berbicara. "Selamat ulangtahun..."

Jisung langsung bertepuk tangan, saat sang Mamah menyanyikan lagu selamat ulang tahun kepadanya.

"Selamat hari ulang tahuuuun... Selamat ulang taaaaahuuuuun...."

Jinhwan yang masih berada di alam mimpi, langsung terbangun saat mendengar suara nyanyian sang istri serta teriakan antusias dari putranya.

"PAAAAAAA..." teriak Jisung saat melihat Papahnya sudah duduk. Bayi yang kini sudah menginjak usia satu tahun itu langsung melompat kepada Jinhwan.

"Selamat ulang tahun, Kakaaaak..." kata Jinhwan sembari menciumi seluruh bagian wajah anaknya.

"Paaa... Lala... Usa... Lala..." pinta Jisung dan langsung Jinhwan pahami. Nusa dan Rara. Dua tokoh kartun favorit putranya. Jinhwan sedikit bersyukur karena Jisung tidak menjadi maniak Pooh seperti idolanya itu.

"Okaay, ayok kita nonton Raraaa..." kata Jinhwan sembari mengangkat anaknya menuju ruang keluarga, untuk menyalakan televisi.

Sedangkan Sana, memilih untuk merapikan kamar tidur sebelum memulai aktifitas mereka di hari ini.

♥️

"Makasih..." bisik Jinhwan, membuat Sana yang sedang menata meja makan langsung menoleh karena tiba-tiba mendapat sebuah kecupan di pipinya.

"Aku tiap hari juga bikin sarapan, Mas..." kata Sana merasa heran karena suaminya tiba-tiba mengucapkan terimakasih.

"Terimakasih karena sudah membuat sarapan setiap hari..." kata Jinhwan membuat Sana semakin heran.

"Kamu kenapa?" tanya Sana bingung. Sedangkan Jinhwan hanya tersenyum saja. Menoleh sebentar kebelakang untuk memperhatikan putranya yang kini sedang fokus menonton Nusa dan Rara di televisi dan setelah dirasa aman, Jinhwan mendekatkan bibirnya kepada bibir Sana. Mencuri sebuah ciuman dari istrinya. "Mas iiih, ada Jisung!" protes Sana dengan cepat mendorong suaminya.

"Padahal Jisung juga gak liat," kata Jinhwan dengan wajah merengut sebal dan jelas langsung mendapatkan pukulan dari Sana.

"Udah, Saparan gih... nanti Mas mau ke cafe mana dulu?" tanya Sana memilih untuk menyiapkan sepiring nasi goreng beserta telur mata sapi dan Sosis untuk Jinhwan.

"Ke yang di depan aja, besok baru aku mau ke yang di GR2..." jelas Jinhwan sembari memakan nasi gorengnya, "besok kamu ikut aja pas ke GR2, sekalian jenguk mamah sama papah."

Sana mengangguk setuju, matanya sesekali melirik kepada putranya yang kini sudah asik tengkurap dengan mata fokus pada televisi.

"Makasih..." kata Jinhwan disela-sela makannya, membuat Sana menoleh kepadanya. "Terimakasih karena kamu sudah menjadi Istri yang baik untuk ku, sudah menjadi Mamah yang baik untuk Jisung, menjadi wanita luar biasa untuk keluarga kecil kita."

"Mas... ke... kenapa?"

"Tahun lalu, kamu berjuang hidup dan mati untuk melahirkan Jisung... jujur itu masih dan akan selalu ada di memori Mas..." cerita Jinhwan "jadi, terimakasih."

Senyum di bibir Sana langsung terbit, "Aku juga... terimakasih..." kata Sana, membuat Jinhwan menaikan sebelah alisnya. "Terimakasih karena sudah menepati janji. Janji untuk selalu di samping aku."

"Itu udah tugas, Mas..." kata Jinhwan, "selalu berada di sisi kamu, melindungi keluarga kecil kita, menuntun kamu dan anak-anak kita kelak. Itu adalah tugas aku."

Sana tersenyum bahagia, pilihannya tak salah. Usahanya untuk bertahan pada lelaki yang sama sejak pertama kali bertemu tidaklah sia-sia.

Jinhwan yang pada saat itu menutup rapat pintu hatinya, kini berhasil Sana buka.

Ah. Bukan Sana yang membukanya. Jinhwan sendiri yang membuka pintu hati tersebut. Sana hanya diam dan sabar menunggu di depan pintu. Mengharap akan kesempatan untuk masuk.

Dan benar saja. Kesempatan itu datang dengan sendirinya. Tak membutuhkan kuci emas yang berharga, ataupun memaksa masuk dengan mendobrak pintu tersebut.

Kini, pintu hati tersebut sudah tertutup. Tetapi, kali ini berbeda. Di dalamnya sudah ada penghuni yang akan menetap selama-lamanya.

"Buat kamu..." kata Jinhwan mengulurkan dua buah kalung, yag satu berliontinkan kunci, sedangkan yang satunya lagi berliontinkan gembok.

"Yang ulang tahun kan Jisung, bukan aku..."

"Oke, ayo kita bikin kado untuk Jisung..." kata Jinhwan dengam suara yang terdengar berbeda dari sebelumnya.

"Apa?"

"Seorang... adik?" goda Jinhwan dan langsung mendapatkan tatapan tajam dari Sana.

FINISH

Knock Knock [Jinhwan - Sana]✓Where stories live. Discover now