Beliau pun duduk di tempatnya. Memijit pelipis kanan. Matanya terpejam sesaat. Untung saja Reyhan tidak pernah macam-macam di sekolah. Setidaknya ia terhindar dari tugas yang lebih parah dari tugas tambahan. Membersihkan WC, contohnya.

"Ya sudah, saya beri waktu dua hari lagi."

Kepala Reyhan terangkat. Ia mengembangkan senyum.

"Terimakasih banyak, Bu."

"Tapi ingat, habis itu tidak ada toleransi. Tidak ada tambahan waktu-waktu lagi,"

"Iya, Bu. Saya akan memanfaatkan waktu sebaik-baiknya," ucapnya seraya menyalimi Bu Andry.

"Sana, kembali ke kelas!"

Sekali lagi Reyhan mengucapkan terimakasih. Lalu, berjalan keluar ruang guru. Untung saja di dalam hanya ada tiga guru. Yang lainnya sedang mengajar, jadi Reyhan tak perlu merasa malu.

Hari ini kelasnya Reyhan sedang freeclass. Guru yang seharusnya mengajar sedang pergi menunaikan ibadah haji. Sehingga kelas XI IPA 4 menjadi tidak kondusif. Walaupun sudah mendapat tugas dari guru piket.

Baru saja Reyhan menginjakkan kakinya ke dalam kelas, sudah mendapat makian dari ketua kelas. Perempuan paling galak di kelas, Sarah Puspita.

"Aduuh, ini juga! Buku-buku LKS belum dibayar! Main dispen melulu! Udah gitu kas numpuk lagi!"

Sarah menyilangkan kedua tangan di depan dada. Matanya melotot ke arah Reyhan. Tidak peduli prestasi apa yang diperoleh Reyhan. Yang namanya kewajiban tetap harus dipertanggungjawabkan.

"Tuh mata nggak takut copot, ya?" tanya Reyhan dengan wajah polos yang justru semakin membuat Sarah marah.

"Lupa atau pura-pura lupa, sih?! Lagian kalau LKS nggak dipakai buat belajar ya seharusnya dari awal nggak usah beli!" maki Sarah.

"Bisa nanti aja nggak sih?" Reyhan Nampak tidak peduli. Ia teringat akan tugas fisika.

"Lo, tuh---," telunjuk Sarah mengarah pada Reyhan.

"Apa?!" tantang Reyhan.

"Nggak mau tahu, pokoknya minggu ini semua harus sudah lunas."

"Ya, ya, ya, minggir!"

Reyhan sedang tidak ingin diganggu. Ia harus mengerjakan tugas dari Bu Andry. Bisa-bisa ia tidak naik kelas jika mengabaikan tugas fisika ini.

Peraturan di sekolahnya memang seperti itu. Jika ada satu saja mata pelajaran yang nilainya kosong alias tidak ada nilainya, maka stempel tidak lulus akan menyambut.

Sarah masih berdiri di hadapan Reyhan. Sekarang ia berkacak pinggang dengan mata yang masih melotot.

"Lo tuh bisa nggak sih serius dikit?! Gue capek ditagih Pak Usman cuma gara-gara lo doang. Belum lagi bendahara kelas yang sering ngadu ke gue,"

"Terus?" Reyhan menaikkan sebelah alis.

"Ya minggu ini harus lunas!" tegas Sarah.

"Emang berapa?" kedua tangan bersedekap di dada.

Sarah membuka buku catatan bendahara. Bersamaan dengan itu, Reyhan mengeluarkan dompet dari dalam sakunya. Dikeluarkannya uang bergambar Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta sebanyak lima lembar.

Ruang dalam Relung (Re-upload)Where stories live. Discover now