Suasana amat riuh. Teriakan penonton memenuhi ruangan. Mereka tidak sabar melihat turnamen yang akan berlangsung beberapa menit lagi. Dua tim yang saling berlawanan sudah berada di depan, di dalam ruangan berkaca. Dua tim e-sport yang sama-sama memiliki nama besar. Apalagi pada game moba yang satu ini, Arena of Valor. Yaitu, Jigsaw ID dan King ID.
Jigsaw ID yang identik berwarna merah. Sehingga para penggemar di sebelah kiri memakai baju dan atribut berwarna merah. Sedangkan King ID identik dengan warna kuning. Penggemar di sebelah kanan pun menggunakan pakaian yang serba warna kuning. Tak lupa dengan atribut yang tentunya juga berwarna kuning.
Tiga orang caster sudah berdialog sedari tadi. Dua orang pria dan satu orang perempuan antusias membawakan acara. Mereka semakin heboh ketika turnamen dimulai.
"Oh, nampaknya di sini Jigsaw ID akan nge-banned Hayate." Kata caster pria berambut gondrong.
"Oh, ternyata bukan. Krizik yang dibanned," ucap caster perempuan berhijab.
"Yak, walaupun dinerf, Krizik memang hero yang wajib dibanned. Karena sampai saat ini pun Krizik masih imba," komentar caster pria yang satunya.
Penonton seakan tidak lelah. Semangat dan dukungan terus mereka teriakan. Bahkan, sampai ada yang melompat-lompat tatkala tim idola berhasil menghancurkan tower ataupun mendapat kill.
Semangat itu masih terus membara hingga permainan usai.
Jigsaw ID mendominasi permainan dengan kill 15:12. Kill yang cukup banyak mengingat bagaimana tadi Jigsaw ID sempat mati di menit-menit awal.
Tepuk tangan menggema dalam studio. Walaupun tim e-sport dari King ID kalah, tetapi para penggemarnya tetap bertepuk tangan. Entah untuk mengapresiasi kemenangan Jigsaw ID atau untuk menghibur dan mengembalikan semangat King ID.
"Akhirnya, kita bisa ke Los Angels!" salah satu anggota Jigsaw ID berteriak heboh.
"Alhamdulillah lolos,"
Jigsaw ID berbaris di depan piala. Mereka mendapat ucapan selamat dan pelukan dari King ID. Tidak ada dendam di antara keduanya. Bahkan, mereka tertawa bersama. Menikmati euforia hari ini.
***
"Mentang-mentang sudah jadi pro-player, kamu bisa seenaknya sendiri?! Udah tahu ini tugas dua bulan yang lalu, masih belum selesai juga?! Kerjaan main game melulu!"
Bu Andry, guru fisika yang terkenal killer sudah tak kuasa menahan amarah. Di hadapannya berdiri seorang murid kelas sebelas. Pro player AOV yang akan membawa nama Indonesia pada AWC (AOV Word Campionship) mendatang di Amerika. Namanya Reyhan. Lebih lengkapnya Reyhan Aprilio. Pria berusia enambelas tahun keturunan Sunda-Jawa.
Reyhan hanya menunduk. Sesekali mengiyakan ucapan Bu Andry. Ia bukanlah siswa badboy yang berani dengan guru. Tidak sama sekali. Namun, dalam hati ia sudah mencibir guru tersebut.
"Memangnya gue harus banget belajar fisika gitu? Ya kali mau metik mangga harus ngitung gaya gravitasinya dulu," gerutunya dalam hati.
"Kamu dengar tidak?!"
"Iya Bu, dengar."
Bu Andry mulai kehabisan suara. Sudah berapa murid yang hari ini telinganya dibuat panas. Mulai dari kelas sepuluh sampai kelas duabelas yang ia ajar rata-rata mendapat semprotan dari beliau.
YOU ARE READING
Ruang dalam Relung (Re-upload)
Teen FictionIni bukan kisah tentang cool badboy. Bukan juga tentang goodboy yang menjadi incaran para perempuan. Ini hanya kisah klasik dunia remaja seorang pro player bernama Reyhan Aprilio. Kisah tentang cinta dan persahabatan. Tentang harapan dan kenyataan. ...
