Misteri Hilangnya Kue Pai Bulan

285 9 0
                                    

Bobo Nomor 15/XXIX/01

Pagi itu udara di kota Los Angeles cukup hangat. Aku sedang asyik bersantai di 'kantorku'. Di bawah naungan pohon alpukat, di halaman depan rumah. Kutopangkan kaki pada kursi kebun di depanku, dan mulai membaca komik. Tiba-tiba datang seorang gadis cilik. Wajahnya terlihat sangat cemas.

"Aku telah melihat papan namamu," katanya, sambil menggigit bibir bawahnya. "Benarkah kau David Koontz, detektif swasta?"

Aku memang sengaja memasang papan nama, di dahan pohon alpukat. DAVID KOONTZ, DETEKTIF SWASTA. Di bawahnya kugambarkan sebuah mata yang besar. Juga ada papan kecil bertuliskan 'BUKA'.

"Ya, akulah orangnya," suaraku sengaja kubesar-besarkan, agar terdengar meyakinkan. "Silakan duduk."

Ia duduk di kursi kebun, tepat di depanku. Umurnya kira-kira 8 tahun, mungkin juga 9 tahun. Yang paling mempesona adalah rambut hitamnya yang panjang, mata birunya, dan lesung pipit di pipinya. Pakaiannya juga keren. Celana pendek warna biru dan putih, sepatu olah raga, dan T-shirt bertuliskan 'When Your Memory Goes ... Forget It!"

"Aku sedang dalam kesulitan besar," katanya, sambil menggigit bibirnya lagi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Aku sedang dalam kesulitan besar," katanya, sambil menggigit bibirnya lagi. "Coba kau jelaskan."

"Apa kau detektif berijazah?"

"Oh, tentu saja tidak. Aku kan masih 20 tahun. Tapi yakinlah, aku detektif yang hebat."

"Aku mesti bayar pakai apa?"

"Cukup 6 kartu baseball, ditambah biaya pengeluaran."

"Tapi aku nggak punya kartu baseball."

"Gimana kalau kartu sepak bola?" tanyaku penuh harap.

"Nggak punya."

"Buku komik?"

"Hm, sedikit."

"Bagus. Dua buku komik, ditambah biaya pengeluaran."

Ia mengerutkan dahinya, membuat gerakan hendak pergi. Aku mengangkat bahu. "Itu tidak mahal," kataku.

Ia juga mengangkat bahu.

"Oke, oke," kataku mengalah. "Nggak usah pakai biaya pengeluaran deh. Nah, apa masalahmu?""

Ia lalu bercerita. Namanya Ramona Farris. Tinggal di apartemen The Ocean Drive. Ia dan keluarganya baru saja pindah dari Chicago, beberapa minggu yang lalu. Pagi ini ia baru saja pulang belanja dari toko Greenbaum's. Membeli 6 kotak susu cair, sebungkus kripik kentang, dan 2 potong kue pai bulan.

"Dua potong apa?"

"Pai bulan. Kue yang besar dan berwarna cokelat. Kau tahu, nenekku penggemar kue pai bulan. Nenek makan sepotong setiap hari dan 2 potong setiap hari Minggu. Nenek kan berasal dari Biloxi."

"Biloxi."

"Ya, di Mississipi. Orang-orang daerah itu suka sekali makan kue pai bulan."

"Oh."

"Ngomong-ngomong, aku meletakkan belanjaan di keranjang sepedaku. Lalu pulang naik sepeda," lanjut Ramona. "Tapi sebelum sampai di rumah, kulihat kue bulanku tinggal satu potong." Ia menggigit bibirnya lagi. "Aku benar-benar sedang dalam kesulitan."

"Nggak ada masalah," kataku mendengus. "Kalau kue pai bulanmu hilang, beli saja yang baru."

"Tidak bisa. Kue itu cukup mahal. Uangku tak cukup untuk membeli lagi. Dan jika aku pulang tanpa membawa kue pai bulan, Nenek pasti marah."

"Oke, oke. Aku mengerti. Apa kau sempat mampir ke suatu tempat setelah pulang berbelanja dari toko?"

"Ya, aku mencari jalan pintas lewat taman. Duduk di bangku taman dekat kolam ikan, dan memakan kripik kentang. Sambil melihat bebek-bebek yang sedang asyik berenang."

Aku berpikir sejenak.

"Aku yakin, petunjuk penyelesaian masalah ini ada di taman," kataku menyimpulkan. "Yuk, kita pergi ke taman."

Kami bersepeda menuju ke taman. Di dekat kolam ikan, kulihat apa yang kuharapkan. Pak Lanchaster sedang duduk di dekat meja piknik favoritnya. Ia sedang bermain catur dengan seorang kakek. Tak lupa pula ada Cathy, anjingnya yang sudah berumur 12 tahun. Hewan itu sedang berbaring di bawah meja, pura-pura tidur. Ia menegakkan telinganya melihat kedatangan kami.

Ramona menyandarkan sepedanya ke belakang bangku taman. Lalu kami duduk di bangku.

"Begini kan kejadian sebelumnya?"

"Ya."

"Berapa lama kau duduk di sini?"

"Tidak lama, hanya beberapa menit. Sambil makan sedikit keripik kentang."

"Kau lihat anjing besar itu?" tanyaku sambil menunjuk Cathy. "Coba kau awasi. Tapi jangan menengok! Dan jangan bilang sepatah kata pun!"

Pelan-pelan anjing itu menyelinap ke semak dan pepohonan. Hingga tiba di belakang kami. Tiba-tiba, hup ..., ia menyerobot sepotong kue pai bulan yang ada di dalam keranjang sepeda Ramona!

, ia menyerobot sepotong kue pai bulan yang ada di dalam keranjang sepeda Ramona!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Oh, aku tak percaya!" teriak Ramona. "Ia mengambil kue pai itu tanpa suara!"

"Benar," jawabku. "Anjing tua itu sering menyerobot makanan di sini. Pak Lanchaster bilang, itu sudah sifatnya. Cathy jenis anjing lurcher, peranakan anjing collie dan anjing greyhound. Beberapa tahun yang lalu, jenis ini digunakan dalam perburuan di Inggris. Ayo, kita datangi Pak Lanchaster. Ia selalu mau membayar setiap makanan yang diserobot Cathy."

Siang iu, aku asyik menikmati buku komik baru. Wah, sedap sekali membaca komik sambil ngemil kripik kentang di depan 'kantorku'. Tiba-tiba Ramona datang menghampiri. Gadis cilik itu tidak lagi menggigit bibirnya. Ia tak lagi cemas, karena Pak Lanchaster sudah mengganti kembali dua potong kue pai bulannya yang hilang dimakan Cathy.

"David, kau detektif yang hebat," ia memuji sambil mengacungkan ibu jarinya.

"Terima kasih," jawabku, malu-malu.

"Oya, satu pertanyaan lagi. Bagaimana kau bisa yakin aku duduk cukup lama di taman, sehingga Cathy datang mengambil kueku?"

"Kripik kentang."

"Apa?"

"Kripik kentang," jawabku santai. "Kau hampir menghabiskan satu bungkus kripik kentang. Benar, kan?"

(dari The Mystery of The Missing Moon Pie, oleh John O'Dell, disadur bebas oleh Kiki Dewanti).*****

Kumpulan Cerpen dan Dongeng Bobo 2001Where stories live. Discover now