Si Keledai Ingin Berguna

448 16 2
                                    

Oleh Endang Firdaus

Bobo Nomor 11 Tahun XXIX 14 Juni 2001

Cemplu adalah seekor keledai. Ia tinggal di sebuah kandang yang nyaman di peternakan Pak Timbul. Setiap hari anak-anak Pak Timbul datang ke kandangnya dan memberinya makan.

Cemplu bersahabat baik dengan Kupluk, si Kucing. Akhir-akhir ini Cemplu sering terlihat murung. Ia banyak termenung. Kupluk merasa sangat heran. Tanyanya suatu hari, "Teman, beberapa hari ini, kuperhatikan engkau sering termenung. Raut kesedihan menampak di wajahmu. Ada apa?"

Cemplu mengangguk-anggukkan kepalanya dengan sedih. Katanya, "Sebagai seekor keledai, aku adalah keledai yang sangat beruntung. Aku tinggal di sebuah kandang yang nyaman. Aku punya padang rumput yang luas untuk bermain. Setiap hari aku mendapat makanan enak." Air mata keledai itu meluncur turun membasahi hidungnya. "Aku juga punya engkau, teman yang baik dan amat memperhatikan. Pak Timbul dan anak-anaknya sangat menyukaiku. Tapi aku merasa semua itu tidak cukup. Aku ingin menjadi keledai yang berguna. Aku ingin punya sesuatu yang dapat kukerjakan."

Kupluk melingkarkan tubuhnya di atas tumpukan jerami kering. Ia menguap panjang. "Sekarang, mari kita tidur," katanya pada sahabatnya. "Besok kita pikirkan bagaimana menyelesaikan masalahmu itu."

Pagi datang.

Cemplu dan Kupluk telah bangun dari tidurnya. Mereka melihat Pak Timbul berdiri sedih di samping mobilnya. "Oh," keluhnya, "ada apa dengan mobil ini? Tadi malam tidak apa-apa. Mengapa pagi ini tiba-tiba mesinnya tak mau hidup? Padahal pagi ini aku telah berjanji pada anak-anak untuk membawa mereka ke pasar. Jika sampai tak jadi, mereka pasti sangat kecewa."

Kupluk berlari ke pojok pagar. Di sana ada sebuah pedati tua. Seru Kupluk pada sahabatnya, "Teman, kemarilah! Cepat!" Cemplu cepat menghampiri. Kupluk lalu mengeong keras-keras. Pak Timbul menoleh ke arahnya. Saat itu dilihatnya si Keledai dan pedati.

Seketika Pak Timbul memasang pedati di keledai. "Anak-anak," ucapnya. "Bagaimana kalau kita ke pasar naik pedati?" Anak-anak itu setuju. Mereka berseru gembira.

Anak-anak lalu naik ke pedati dengan riang gembira. Kemudian melajulah mereka menuju pasar. Cemplu amat bangga dan gembira. Sore hari mereka baru kembali. "Mulai sekarang," Pak Timbul berkata, "Aku akan pergi ke pasar dengan pedati saja. Nyaman dan bebas polusi."

Cemplu amat senang mendengar ucapan itu. Ia akan punya sesuatu yang dapat dikerjakannya. Kini ia merasa berguna. "Teman, terima kasih atas bantuannya," katanya pada Kupluk, si Kucing, sahabatnya yang baik dan penuh perhatian. Kupluk cuma tersenyum. *****

 *****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kumpulan Cerpen dan Dongeng Bobo 2001Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang