24 [ Hancur ]

2K 309 3
                                    

Saat ini gue hanya termenung menatap langit yang mendung di luar dari jendela kamar gue. Tak terhitung udah berapa hari gue nggak mandi, nggak tidur, nggak makan. Gue seperti mayat hidup saat ini.

"Dek, makan yuk nanti kamu sakit"

Gue menggelengkan kepala mendengar ucapan kak Jaewon. Gue bener - bener nggak berselera melakukan apapun saat ini, termasuk berbicara.

"Kamu mau ikut mama ke Amerika ?"

Gue menengok ke arah Ibu gue yang sudah berdiri di depan pintu kamar gue bersama dengan Ayah dan kak Jaewon.

"Kamu bisa mulai hidup kamu yang baru disana. Kamu bisa ganti identitas kamu, papa udah siapin semuanya. Kamu hanya perlu nurut kata papa sama mama" ucap Ayah gue sambil menatap mata gue.

Gue hanya bisa diam. Otak gue kosong saat ini, gue nggak bisa berpikir bahkan hanya untuk sekedar membuka mulut pun sulit untuk gue.

"Kamu pikirkan dulu. Mama tunggu jawabannya dua hari lagi"

Itulah kata - kata terakhir yang gue denger dari Ibu gue sebelum akhirnya yang gue denger hanyalah suara pertengkaran antara Ayah dan Ibu gue.

***

Dua hari kemudian

Gue menatap dari jendela, kakak gue yang sibuk membawa koper kesana kemari karena mengantar kepergian Ayah dan Ibu gue. Ya, hari ini Ayah dan Ibu gue memutuskan meninggalkan gue dan kakak gue di sini sementara mereka pergi ke Amerika dengan alasan "pekerjaan".

"Ra, gue masuk ya"

Gue menengok ke belakang dan menemukan Raesung. Saat ini Raesung sudah duduk di samping gue dan turut memperhatikan kepergian Ayah dan Ibu gue bersama kak Jaewon.

"It's okay. I'm here for you"

Raesung memeluk gue dan di pelukan Raesung tangisan gue pecah. Orang yang seharusnya membuat gue kuat saat ini malah pergi meninggalkan gue karena mereka malu punya anak yang sudah "nggak suci" lagi.

"Ada gue disini. Nggak papa, you're not alone, okay"

Raesung masih memeluk gue dengan erat dan menepuk pundak gue dengan lembut, berusaha menenangkan gue.

Sedangkan gue masih terus menangis di pelukan Raesung. Emosi yang selama ini tertahan berhari - hari gue luapkan saat itu juga.

***

Beberapa minggu berlalu dan kondisi gue sudah mulai membaik. Gue sudah mulai memaksakan untuk makan agar kak Jaewon bisa berhenti ngomel ke gue.

"Ra, abis ini dokter Kim periksa kamu ya" ucap kak Jaewon sambil bersihin piring yang gue pake buat makan tadi.

Gue hanya menganggukan kepala mendengar jawaban kak Jaewon. Dokter Kim adalah dokter kejiwaan gue. Kak Jaewon mulai rutin memanggil Dokter Kim setelah kak Jaewon ngeliat gue beberapa kali melakukan percobaan bunuh diri. Gue masih ingat kata - katanya disaat gue mau menyilet nadi di tangan gue.

"Kakak mohon cuma kamu satu - satunya paling berharga di hidup kakak. Kakak nggak mau kehilangan kamu ra. Kakak sayang sama kamu"

Silet yang semula gue pegang pun akhirnya jatuh saat mendengar ucapan kak Jaewon saat itu. Ucapan itulah yang jadi alasan gue hidup sampai saat ini.

"Halo Arra, udah selesai makannya ?"

Lamunan gue buyar saat Dokter Kim saat ini sudah berada di hadapan gue. Gue pun tersenyum dan menganggukan kepala gue kepadanya.

"Ayo kita mulai periksanya ya !"

***

Sekarang, gue sudah berani menginjakkan kaki kembali ke sekolah setelah memerlukan waktu berminggu - minggu untuk menjalani proses penyembuhan. Untuk akademik, untungnya gue masih bisa mengejar ketertinggalan.

Namun, ada satu hal yang aneh sekarang. Kak Byounggon tiba - tiba menghilang disaat sudah mendekati waktu ujian dan sekarang gue nggak tahu kabarnya gimana.

Gue menjalani kehidupan gue dengan baik meskipun gue tahu masih ada kak Hyunsuk di sekolah. Berita mengenai "kejadian" di UKS pun ditutup rapat oleh pihak sekolah termasuk teman - teman gue.

Gue sudah sampai di titik dimana gue sudah berani untuk bangkit lagi dari keterpurukan gue. Dikelilingi oleh orang - orang yang tulus menyanyangi dan mencintai gue.

***

Adek Kelas [ Bang Yedam ] ✅Where stories live. Discover now