Goodness

83 5 0
                                    

Wajah mama semakin memucat,tapi kecantikannya tak berkurang sedikitpun.
Tak lama kemudian mama mulai terlelap dalam tidurnya. Keringat basah mulai membasahi keningnya.

Walau bagaimanapun aku masih harus mencari tahu pemilik rumah sakit itu.
Aku berdiri meninggalkan ruangan mama.
Aku duduk tepat di taman rumah sakit itu,rindang sekali.
Angin sepoi sepoi membuat rambutku yang tergerai beterbangan.

Ku buka ponsel dan mencari tahu tentang si pemilik rumah sakit itu. Di berbagai situs web menyebutkan bahwa pemilik rumah sakit itu adalah bapak Badrus.

Ku tatap foto bapak,sedikit tidak yakin.
Wajahnya tampan,gagah dan masih muda. Sepertinya beliau masih umur 20 tahunan tapi karier nya sudah melejit pesat,berbagai penghargaan yang telah di raihnya.

Dan tepat di bawah biodatanya itu terdapat alamat rumah dan nomer telephone nya.
Aku ss alamat itu. Aku memencet nomor itu tapi aku berpikir jika aku menelphone nya rasanya kurang sopan,lebih baik aku datangi saja rumahnya.

Aku berjalan menuju halte.
Banyak orang yang menunggu angkutan umum yang sedari tadi tak kunjung datang.

Aku berdiri sambil memegang handphone. Sekitar 30 menit lebih aku menunggu,rasanya lelah sekali kalau bukan demi kesehatan mama aku gak mungkin menunggu selama ini.
Hingga akhirnya angkutan umum itu tiba. Aku duduk di sebelah bapak bapak yang umurnya sudah bisa di bilang di atas rata rata.
Namun bapak itu selalu saja membuatku tersenyum dengan lelucon khasnya.

Bapak itu turun lebih awal dariku,beliau berpesan kalau suatu saat beliau akan bertemu denganku lagi.
Aku tertawa akan hal yang bisa di katakan itu sangat mustahil.

"Mana mungkin aku bertemu lagi dengan bapak itu haha..ada ada saja tuh bapak" ujarku dalam hati.

Beberapa saat kemudian aku turun dari angkutan.
Tepat di perumahan blok 7a.

Aku menatap sekeliling rumah itu,besar banget.
Rumah itu bak istana kerajaan,aku berjalan menuju gerbang itu.
Terdapat bel disebelah kanan atas rumah,ku pencet bel itu.
Namun tak ada satupun orang yang keluar hingga akhirnya aku berniat untuk pulang saja.

Aku meninggalkan rumah itu tapi ada yang memanggilku.
Aku menoleh ke arah belakang dan ternyata pak satpam yang memanggilku.

"Non,apa anda yang barusan memencet bel di rumah itu?" Ucapnya sambil menunjuk rumah yang baru saja aku datangi.

"Iya bener pak. Apa benar itu rumahnya bapak Badrus pemilik rumah sakit pusat?"

"Iya bener,apakah non ada keperluan dengan tuan?"

"Iya pak saya ada kepentingan dengan beliau".

"Ya sudah mari duduk di dalam saja,sebentar lagi tuan sudah pulang" ucap bapak itu sambil melihat jam tangannya.

Kemudian bapak itu mengajakku. Aku berjalan di belakangnya. Gerbang itu pun di buka,aku berjalan melewati taman rumah yang 3 kali lebih besar dari rumah milikku. Aku kagum dengan keindahan dari rumah itu.
Kemudian bapak satpam membukakan pintu rumah dan menyuruhku duduk di ruang tamu.
Keindahan rumah itu membuatku terkesima. Pajangan dinding yang menggambarkan rumah rumah antik.
Aku yang duduk di sofa empuk sambil menatap sekeliling rumah yang bagiku itu cukup mewah namun dekorasinya bernuansa kerajaan.

🌼 🌼 🌼

Lupakanlah setiap orang yang pernah menyakitimu tapi ingat,jangan pernah lupakan orang yang pernah membantumu

@qorry_aini

Kesendirian Yang Nyata Where stories live. Discover now