Sebuah rasa

42 3 0
                                    

***
"Sudah sampai". Ucapnya sembari menyudahi langkahku.

Aku mengernyitkan dahi sembari mengintip dari lobang kecil kain hitam yang menutupi mataku.

"Bisa diem gak sih bocah! Atau kamu akan berada di dekapanku hari ini." Cetusnya dengan logat ala-ala preman pasar.

"Awas aja macem-macem aku bantai pala kau" jawabku sembari meniru logat orang batak.

"Emang putri cantik berani?kan matanya tertutup kain" ujarnya dengan nada lembut.

"Bodoh,mana bisa aku kabur dengan mata tertutup dan tangan masih tergenggam erat". keluh batinku.

"Hahaha udah santai aja, aku gak mungkin ngelakuin hal keji ke kamu. Emang kau pikir aku lelaki apaan?"

"Oiya sebentar lagi aku bakal buka kain itu, dalam hitungan ketiga kamu boleh buka mata kamu. Gimana?" Sambungnya kembali.

Aku langsung mengangguk cepat.

Toni mulai membuka kain penutup mata itu.
"Satu... Duaa.. tiga... Tunggu jangan buka mata dulu." ucapnya singkat

"Katanya hitungan ketiga boleh buka mata" ucapku dengan mata tertutup

Toni menertawakanku,
"Kenapa ketawa?ada yang lucu?"

"Bego.. kamu bener-bener polos ya hehe kenapa kamu masih tutup mata dan mengikuti perintahku yang terakhir?kan kain penutup matanya udah dibuka" ejeknya sambil tertawa.

"Oiya lupa" ucapku dengan nada lugu.

Aku mulai membuka mata perlahan.

Byaaarrr..
Kaget rasanya tiba-tiba melihat toni bersimpuh di hadapanku sambil memegang buket coklat dan ditengahnya terdapat boneka Teddy bear warna putih kesukaanku.

Detak jantungku berdegup kencang, napas tersengal-sengal seakan dikejar anjing, bahkan keringat dingin membasahi keningku.

Entah mungkin pipiku ikut memerah kala itu.

"Aaa aa apa ini?aku gak ulang tahun loh" ucapku terbata.

"Apa hadiah selalu untuk yang ulang tahun?" Tanyanya balik.

"Umm.. nggak melulu emang, tapi untuk apa?" Tanyaku balik.

"Rinn.. kamu tahu gak?sejak aku sebangku denganmu, aku mulai merasakan hal aneh. Ya.. aku mengatakannya ini aneh, aku suka menatapmu, keseharianmu, caramu untuk bertahan hidup dan bahkan saat bersamamu jantungku berdebar tak karuan. Aku gak tahu perasaan apa ini tapi yang ku tahu, AKU HANYA INGIN BERADA DI SAMPINGMU SETIAP SAAT HINGGA MAUT YANG MEMISAHKAN."

Aku menatap mata Toni kala itu, senyuman manis yang menimbulkan bulan sabit di matanya membuatku terpanah detik itu.

Lama kupandang tanpa ada kata sepatah pun yang ku ucap.

"Rinn? Kamu mau gak jadi teman hidupku?" Ucapnya yang membuat lamunanku buyar.

Degup jantung semakin cepat, rasanya ingin kabur tapi apa boleh buat.

"Taapi ton.."

"Tapi kenapa rinn?apa kamu menolakku?"

"Nggak! Bukan gitu. Sebenarnya aku juga punya rasa ke kamu tapi, aku gak mau kalau kita pacaran terus lama-kelamaan kita putus dan akhirnya kita bakalan musuhan". Tegasku

"Rinn.. aku gak bisa gini terus. Aku gak bisa memendam perasaan tanpa adanya ikatan, aku janji gak bakal ninggalin kamu dan kita gak bakal jadi musuh. Kita gak bakal putus rin"

"Tapii ton..."

"Apa rin? Apa kamu sudah ada lelaki lain selain aku?"

🌼🌼🌼

Tatapan mata yang selalu membuatku susah tidur setiap malam.

@qorry_aini

Kesendirian Yang Nyata Where stories live. Discover now