*Hikari POV.
Malam yang sepi, di garden teracce.
Saking sepinya, ku cuman mendengar bising-bising musik di auditorium.
Dan isakkan hokuto.
Setelah aku memberikan surat itu kepada hokuto, hokuto langsung cepat-cepat membuka dan membaca surat itu sebentar.
Ekspresinya berubah, tapi dia berusaha menahannya agar tidak di lihat oleh hibiki-senpai. Dia mengajakku untuk menemaninya membaca surat itu di garden teracce.
Ku mengangguk.
Sedangkan hibiki-senpai balik kembali ke auditorium, tak lupa aku berterima kasih kepadanya.
Sesampainya di garden teracce. Kita duduk di bangku, hokuto kembali membaca surat itu.
Kemudian, air matanya terjatuh dan membasahi pipi dinginnya dan suratnya.
Aku tidak tau isi pesan itu apa. tapi.... aku yakin surat itu, neneknya sudah menulis dengan sepenuh hatinya.
Ku berdiri dan berjalan di dekat hokuto.
"Hokuto-kun" panggilku lembut sambil mengelus punggungnya agar tenang. Hokuto menoleh kepadaku, air matanya masih menetes. Ini pertama kalinya aku melihat hokuto menangis.
Ku tersenyum penuh simpati, "disaat kau sedang kesulitan untuk memilih benar atau salah, kau pilih jalan yang menurutmu sesuai keinginanmu. Tenang saja, pasti ada seseorang bakal memihakmu" kataku.
Tangisannya makin deras lalu dia bangkit dari tempatnya dan memelukku.
Ku sedikit terkejut. Tapi, ku memutuskan membiarkan hokuto memelukku dan ku balas pelukannya.
🌟🎶
Kemudian kita berjalan menuju rooftop, hokuto memintaku untuk membawakan kostum Trickstar-nya. Tak perlu banyak bertanya, ku mengangguk dan langsung mengambilkannya.
Sesampainya di rooftop, ku melihat hokuto berdiri dan di bawahnya ada kostum fine yang sudah sampai.
Ku berjalan mendekati hokuto.
"Hokuto-kun, ini kostumnya" kataku. Hokuto berbalik badan lalu tersenyum kepadaku. "Terima kasih" ucapnya lalu kemudian berjalan menghampiriku.
"Sekarang kau sudah ngerasa baikan?" Tanyaku melihat mata birunya menjadi kemerahan dan sedikit bengkak akibat menangis.
Hakuto tersenyum sambil mengangguk.
"Karena kau disini bersamaku, ku merasa baikan" jawab hokuto. Entah kata-katanya membuatku sedikit malu. Ku garuk pipiku. "Padahal aku tidak melakukan apa-apa" kataku.
"Tidak, kau sudah melakukannya, sampai kau ingin mengirim surat ini kepadaku. Sepertinya, aku benar-benar sudah terselamatkan olehmu, hikari" kata hokuto. "Eh? Aku? Ti-tidak!! Tidak! Mana mungkin aku mampu menyelamatkanmu!" Seruku sambil menggoyangkan tanganku.
Hokuto tertawa kecil, "benar kok, buktinya aja sekarang" wajahku memerah dan menghelan nafas.
"Kau tau?" Hokuto kembali berbicara. "Kedua orang tuaku adalah orang-orang yang terkenal, ayahku seorang top idol, ibuku adalah aktris. Karena mereka terkenal, mereka juga ingin putranya terkenal seperti mereka berdua dan memaksakku menjadi idol" jelas hokuto.
Ku tatap sedih kepadanya.
"tapi, sejak ada kehadiran mereka bertiga ku jadi sedikit menyukai idol. Ditambah kau, ku jadi semakin menyukai idol dan menemukan alasanku sebagai idol" jelas hokuto, membuatku makin bingung.
YOU ARE READING
Why I'm In the Game Of Ensemble Stars?! (Ensemble Stars x Oc)
Fanfictionmungkin para readers membaca judul ini mengira ku bisa berada di dunia game karena aku kecelakaan. oh, tentu saja tidak. aku tidak tau apa yang terjadi, disaat aku sedang iseng-iseng memainkan tab kakakku. tiba-tiba terdapat sebuah pesan dan ku lang...
