Utari dipanggil masuk ke sebuah ruangan didampingi oleh Eros dan Ibu Puspa yang baru saja datang. Wanita paruh baya itu juga terlihat sedikit cemas. Bukan tentang dirinya tapi tentang kondisi Utari setelah mendengar berita kematian salah satu orang yang ingin sekali dia musnahkan dari dunia ini.

Sebelumnya Arion diinterogasi secara terpisah. Kini wajah tampannya tidak berhias senyum yang mampu membuat hati siapa pun jatuh cinta. Terus saja dia memandang sebuah pintu di mana istrinya tadi menghilang bersama Ibu Puspa dan Eros yang menemaninya. Dia tau istrinya akan baik-baik saja tapi tetap saja dia cemas, karena bukan dia yang mendampingi wanita yang dia kasihi itu.

Waktu terus bergulir begitu lambat bagi Arion dan Utari, juga bagi Sela yang kini duduk terdiam bersama Arion di kursi tempat mereka menunggu kabar selanjutnya.

"Sudah berapa lama dia di dalam, tadi kayaknya, Mas nggak selama itu?" tanya Arion memecah hening di antara dirinya dan adik Ipar yang seumuran dengannya itu.

"Iya yah," Sela menggigit bibir bawahnya, sebuah kebiasaan yang sama dengan Utari.

"Aku tanya aja apa ya, Mas?" tanya Sela kemudian. Arion melihat ke arah jam di tangannya. Dia mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Mencari sebuah nomor dan menghubunginya.

"Sebentar ya Sela, seperti harus nelpon Mas Arya biar agak tenang," ucap Arion dan berdiri.

"Oke Mas, Sela cari tahu kondisi di dalam yah?" sahut Sela kemudian, Arion mengangguk dan meninggalkan Sela.

"Sudah lihat berita pagi tadi. Tentang korban pembunuhan di Jonggol?"

"Sudah! Ada apa, Raf?" tanya suara dari saluran telepon.

"Utari di panggil sebagai saksi untuk sementara. Ada saksi mata yang bilang Utari dan korban sempat bertengkar di malam kejadian itu! Aku hanya khawatir." Arion mondar mandir di lorong yang sedikit sepi. Tidak banyak petugas yang lalu lalang di sana.

"Jangan khawatir. Aku bisa atasi!" jawab pria itu dengan percaya diri.

"Oke. Kalau ada perkembangan aku informasikan, thanks." Arion menutup saluran telepon dan sempat termangu seperti memikirkan sesuatu. Lalu pergi dan kembali di mana dia menunggu Utari tadi.

Ternyata proses pemeriksaan telah selesai, dia melihat Utari yang sudah duduk bersama Sela. Ibu Puspa, Eros dan seorang berseragam tampak masih berbincang sambil berdiri. Ketika melihat suaminya datang Utari langsung menghampirinya.

"Dari mana?" tanya Utari seraya melingkarkan tangannya mendekap Arion. Dia menghirup dalam aroma tubuh suaminya yang membuatnya tenang itu. Arion mengusap kepalanya lembut.

"Nelpon. Nelpon Mas Arya. Aku sedang mempertimbangkan apakah kita butuh dia nanti." Arion menatap Utari lekat dan dalam, membuatnya wanita yang sah jadi istrinya itu salah tingkah. Walau sudah enam bulan menikah, Utari sering dibuat salah tingkah atas perhatian sang suami.

"Kalian sudah boleh pulang, proses pemeriksaan sudah selesai. Tidak ada bukti kuat Utari terlibat seperti tuduhan saksi," ucap Eros yang mendekat ke arah Arion dan Utari yang masih saling mendekap.

"Oke, thanks ya Ros. Hmm, Ibu Puspa mau aku antar?" tanya Arion menawarkan.

"Tidak usah, terima kasih tawarannya. Lebih baik kamu segera pulang dan biarkan Utari istirahat," tolak Bu Puspa halus atas ajakan Arion.

"Kamu sampai malam di sini?"tanya Arion lagi kepada Eros yang dijawab dengan anggukan pelan, wajahnya terlihat lelah.

"Lebih baik Sela nginap di rumah, besok pagi akan kami antar balik! Oke?" tanya Arion tampak Utari setuju dengan keputusan suaminya. Sela melihat ke arah Eros yang tersenyum, tanda setuju.

"Kalau begitu kami pulang duluan, ya."

Dalam perjalan pulang, mereka bertiga sibuk dengan pikiran masing-masing. Hening. Lampu jalan yang mulai menyala menerangi kegelapan yang mulai datang menyerang kota tampak begitu melegakan. Sedikit cahaya yang mampu menyelamatkanmu dari kegelapan yang siap menerkam kapan saja. Namun, ketika cahaya lahir menyelamatkan dari kegelapan maka di sana akan ada bayangan yang menunggu, lebih pekat, lebih kelam, dia selalu mengekori, menunggu, kapan mangsanya siap untuk lenyapkan. 

======

Waduh,

Sudah weekend aja nih. Wait, bentar lagi kita bakal nyambut tahun 2020. 

lalu bagaimana dengan 2019 mu apakah sesuai ekspektasi?

Mungkin akan sedikit tersendat untuk update selanjutnya dikarenakan aku harus membuat 40.000 kata dalam kurun waktu 14 hari ini untuk kisah Romance pertamaku.

Terus semangat ya^^

Always Love,

Bii

Psikopat Analog [TAMAT]Where stories live. Discover now