Prolog

1.5K 95 70
                                        

Gadis kecil berusia 10 tahun itu meringkuk di jok belakang mobil. Dia diam-diam masuk ke dalam mobil Ayahnya yang sedang menjalankan tugas. Sebab, sang ibu tidak di rumah dan dirinya ditinggal sendirian.

Suara ledakan dan tembakan terdengar, gadis itu keluar dari bagasi mobil, melihat apa.yang terjadi di luar. Dia melihat asap keluar dari dalam gudang. Bangunan itu seperti mulai terlahap si jago merah. Banyak jejeran mobil polisi juga yang bertugas di sana.

"Ayah. Di mana Ayah?"

Merasa cemas dengan kondisi Ayahnya, dia menyusup masuk ke dalam. Tidak ada yang menghentikannya, sebab, teman kerja Ayahnya juga di dalam. Gudang itu pun sangat jauh dari perkotaan dan perumahan.

Kalau tidak salah dengar, Ayahnya ingin mengepung pabrik sabu-sabu yang berkedok gudang penyimpanan gula pasir.

"Ayah." Gadis itu batuk-batuk menghirup aroma asap dari belakang gudang.

Dor

Dor

"Aaaaargh!"

Matanya melotot kaget, ketika mendengar suara tembakan berulang, disertai dengan suara teriakan.

"Itu kok kayak suara Ayah?"
Gadis itu berjalan ke arah sumber suara. Matanya terbelalak, melihat Ayahnya terkapar lemah dengan luka darah akibat tembakan.

Kedua matanya berair, dia melihat seorang pria memegang pistol dan menatap datar Ayahnya.

"Ayaah!"

Pria itu menatap ke arahnya yang menjerit sambil menangis, sebelum akhirnya dia kehilangan kesadarannya.

****

"Ayah!"

Seorang gadis terbangun dengan napas terengah. Mimpi itu, mimpi itu datang lagi. Mimpi buruk yang harus dia telan sepanjang hidupnya.
Gadis itu menatap nakas, lalu mengambil foto pria berseragam dan memeluknya begitu erat.

"Ayah, maafkan Mora, Ayah. Mora belum bisa menangkap pria yang membunuh Ayah." Gadis itu terisak lirih.

"Mora janji, akan menegakkan keadilan untuk Ayah, dan orang-orang yang menjadi korbannya," katanya. "Meskipun banyak aparat negara yang diam karena mulut mereka disumpal oleh uang, Mora akan berdiri di jalan kejujuran."

Kimora Brittany Aureline, nama seorang gadis yang kini usianya tengah menginjak 23 tahun.

Sudah belasan tahun Ayahnya meninggal, tetapi tidak mendapat keadilan. Aparat kepolisian hanya bilang Ayahnya gugur saat bertugas, tetapi mereka tidak pernah menangkap penjahatnya.

Hanya ada dua orang pria yang ditangkap, itu pun dia yakini sebagai orang-orang kambing hitam yang dikorbankan oleh si pelaku sebenarnya.

"Akan aku pastikan Tuan Xavander mendekam di penjara."

Tangan Kimora mengepal. Kala mengatakan itu. Sudah dari lama, dia bertekad membalas dendam pada orang yang menghabisi nyawa Ayahnya.

"Dia mungkin memang punya kuasa, tetapi kebenaran, pasti akan menunjukkan jalannya."











TBC

Hai apa kabar kalian?

Sorry typo.

Gimana kesan kalian di part ini. Jangan bosen-bosen ya baca cerita ini.

Jangan lupa vote dan komen ya. Biar aku semangat nulisnya.

Love you readers

Dedel

Dealing With The EvilWhere stories live. Discover now