3. Ex

8.3K 326 8
                                    

"LO!"

Pria yang menyapa Dian itu pun menyeringai. "Long time no see, Dian. How are you?"

Dian mendengus. "It's none of your bussiness."

Tiba-tiba saja Rooney bangkit dari duduknya, lalu menatap Dian serta pria yang baru saja datang itu secara bergantian.

"Di, gue balik dulu ya. Thanks for today," ucapnya yang dibalas Dian dengan anggukan ragu. Sedetik setelahnya, Rooney meninggalkan Dian dengan pria itu.

Pria itu duduk di depan Dian, di tempat yang sempat diduduki Rooney. Ia menatap Dian lurus-lurus, mencermati berbagai perubahan pada wajah itu. Namun, Dian yang merasa risih memalingkan wajahnya, berusaha tak beradu pandang dengan pria itu.

"Maaf untuk yang dulu-dulu," ucapnya memecah keheningan di antara mereka berdua. Dian yang tadinya memalingkan muka, menoleh dengan dahi berkerut bingung.

"Hm," balas Dian tak tertarik. Dia tidak mau mengingat-ingat kejadian dulu, kejadian di mana dia sangat bodoh dan mudah ditipu, dengan sosok di depannya saat ini.

"Na, gue cuma--"

"Stop calling me that way. I'm Dian, not your 'Wina' anymore," desis Dian tak suka. Pria itu hanya tersenyum masam, mendengar kalimat pedas yang terlontar dari bibir Dian.

"Maaf untuk semuanya, Dian. Aku tau aku udah jahat sama kamu. Tapi, aku dan Stephanie waktu itu gak ada hubungan apa-apa. Kami cuma--"

"Gue gak peduli." balas Dian acuh dan bangkit. Ia sudah jengah dengan manusia di depannya ini. Aldrich Novan Elvander, pacar pertamanya di jenjang kuliah dulu.

Mereka pertama kali bertemu di gedung fakultas teknik, di mana saat itu Dian masihlah sosok yang polos dan pendiam. Tidak seperti sekarang, yang menjadi wanita karir yang terkenal dalam dunia bisnis.

Dan kalau pun perlu diketahui, Novan-lah orang yang membuat Dian berubah. Berubah menjadi dingin dan tak tersentuh. Membuatnya trauma akan cinta dan berusaha untuk tidak mempercayainya. Sampai kapanpun.

Setelah meninggalkan beberapa lembar uang kertas berwarna merah di atas meja, Dian berjalan meninggalkan meja yang masih diisi oleh Novan. Sungguh, Dian sudah tidak peduli lagi dengan pria itu. Cukup waktu itu saja dia menangis bombay seperti tokoh-tokoh FTV. Dia tidak mau bertindak bodoh seperti itu lagi.

***

"Baiklah Ibu Dian, terima kasih atas kerjasamanya," ucap seorang wanita yang terlihat cantik dengan balutan blazer biru muda itu. Wajahnya tampak oriental seperti keturunan Korea ataupun Jepang. Dia salah satu pemilik perusahaan besar di Indonesia, Aimmaya Wong.

Dian balas tersenyum manis, "yap. Senang bisa bekerjasama dan berkenalan dengan anda, Ibu Maya."

Aimmaya tersenyum canggung lalu mengangguk, "ya, saya juga. Ah, saya ada urusan di beberapa tempat lagi. Jadi maaf, saya tidak bisa berlama-lama disini,"

"Tidak masalah. Terima kasih karena mau berkunjung ke kantor saya," balasnya dan masih dengan senyum kecil.

Di luar ruangan Dian, Aimmaya tersenyum dan menoleh ke pria yang berdiri tak jauh dari sana. Dia berjalan mendekat ke arah pria itu, lalu menarik lengannya.

"Ayo Kak, aku udah selesai," 

Sammy menaikkan sebelah alisnya. "Udah? Yaudah, pulang yuk."

*****

Maaf ya part ini kurang memuaskan dan kurang greget :( aku juga bikinnya kurang 'sreg' dan berasa ada yang kurang gitu... Dan kalian pasti tau dong 2 tokoh baru diatas? Yap, mereka juga main character di cerita baru aku : Need You Now. dibaca juga, ya! Thanks!

The DictatorsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang