Setelah merasa tubuh nya sudah tidak begitu lemas, Dean mengurai pelukan tersebut lalu tersenyum sendu menatap Al dengan air mata yang terus mengalir dengan deras nya.

“Kamu bohong kan?”

Al menggelengkan kepala membuat tangis Dean semakin pecah. Tangan Dean terangkat untuk memukul dada Al, “Kamu jahat” Caci Dean dengan suara gemetar.

Wajah Dean terangkat, menatap Al sambil terus menangis sesegukan. Al menunduk, menatap Dean yang menangis dengan wajah datar nya. Tangan Al terangkat untuk mengusap-usap rambut Dean, memberikan Dean ketenangan. Lalu Al menarik kepala Dean untuk bersandar di dada bidang nya.

“Maaf.”

Dean mendongak dengan kepala nya yang tetap bersandar di dada Al,

“Berapa lama kamu disana?”

Al menggelengkan kepala, "Paling cepat sampai kuliah aku disana selesai.”

Dean menatap Al sendu. Ia tak bisa membayangkan bertahun-tahun tidak bertemu Al. Mengapa Al pergi di saat saat Dean sudah mulai menerima sikap Al? Apa takdir tidak mengizinkan untuk Al dan Dean bersatu? Mereka baru saja ingin memulai, namun ada saja rintangan yang harus dilewati.

Dean bingung, apa ia harus menunggu Al? Tidak mungkin ia menyerah secepat ini. Tangan Dean terangkat untuk mengusap air mata diwajah nya kemudian ia tersenyum,

“Aku tunggu kamu disini, ya”

Al menatap Dean seraya tersenyum tipis, “Jangan.”

Perkataan Al membuat Dean bingung. Mengapa Al tidak memperbolehkan nya untuk menunggu?

“Kenapa?”

Tangan Al terangkat mengusap pipi Dean dengan penuh perasaan. Mata nya terus menatap Dean tanpa ingin mengalihkan nya.

“Terserah kamu mau bilang apa. Pokoknya aku tetep nunggu kamu disini”

“Kamu sayang kan sama aku?” Ujar Al serius.

Dean menganggukkan kepala tanpa mengalihkan pandangan nya.

“Kalo gitu, jangan tunggu aku.”

Air mata Dean terus terjatuh, seperti enggan untuk berhenti. “Aku akan turutin permintaan kamu asalkan kamu kasih alasan yang jelas”

Mereka saling menatap satu sama lain. Al tetap terdiam seperti tidak ingin menjelaskan.

“Kamu kenapa sih, Al? KENAPA AKU
GAK BOLEH NUNGGU? KENAPA?” Teriak Dean kesal karna Al tak kunjung menjawab.

“KENAPA AL?” Lirih Dean dengan tangisan yang semakin kencang sambil kedua tangan nya memukul-mukul tubuh Al. Semakin lama pukulan tersebut semakin pelan. Dean dengan kesal mengusap air mata nya dengan kedua tangan nya sambil menatap Al, “Jangan pernah temuin aku lagi.”

Setelah menyelesaikan kalimat nya Dean berlari dengan cepat meninggalkan Al yang terkejut dengan perkataan Dean tetapi Al tetap diam tanpa ingin mengejar Dean.

Maaf... De. Aku sangat berharap, aku bisa datang kembali kesini.

•••••

Seorang dosen tua didepan sana sedang memaparkan materi perkuliahan, sedangkan Caca merasa gelisah di bangkunya. Bukan karna bangku yang diduduki nya rusak, namun pikirannya tertuju pada sahabat satu-satunya yang ia punya dikampus ini, Dean. Sedari tadi Caca sudah menghubungi Dean, menanyakan alasan ia tidak masuk kelas pak Tri yang saat ini sedang berlangsung. Setiap 5 menit sekali ia selalu menatap layar ponsel nya, mengharapkan ada pesan masuk dari Dean. Perkuliahan sudah berjalan sekitar 1 jam, namun tidak ada tanda-tanda ponsel nya bergetar. Sepertinya Dean memang harus disamperin ke rumah nya, karna jika Caca tidak mengetahui kabar dari Dean saat ini bisa-bisa ia akan tidak bisa tidur nanti malam.

Alhasil perkuliahan kelas pak Tri kali ini, materi yang dipaparkan beliau tidak ada yang menyangkut di kepala nya karna sibuk menatap layar ponsel nya. Hingga pak Tri berpamitan kepada seluruh mahasiswa yang berada di kelas tersebut, Caca masih sibuk menatap layar ponsel.

Tingg...

Berbunyi. Menandakan pesan masuk. Caca sangat antusias, karna kali saja itu pesan balasan dari Dean.

Karen. Layar posel nya menampilkan nama Karen, yang tak lain ialah sepupu jauh nya yang saat ini tinggal di luar negeri.

Karen

"Hallo Ca, apa kabar?🤗"

Caca mengernyit heran, ada apa tiba-tiba sepupu nya ini mengirim pesan pada nya. Padahal ia dan karen  memang tidak pernah chatingan, sebab mereka tidak terlalu dekat dikarenakan karen berada di luar negeri jadi mereka jarang bertemu, sekalipun bertemu pada hari lebaran itupun tidak sempat mengobrol lama.

"Hallo karen, aku baik.
Ada apa?"

Seperti itulah Caca, sifat nya hampir sama dengan Dean, tidak suka berbasa-basi.

Jam sudah menunjukkan pukul 11 siang, ia lapar namun ia urungkan ke kantin karna ada yang lebih penting dari sekadar makanan. Dibawa nya mobil putih kesayangan nya tersebut menuju rumah Dean, tapi sebelum itu ia sempatkan mampir ke minimarket untuk membeli makanan ringan agar perut nya terganjal.

Tingg...

Karen

"Mau infoin. Kalau 2 minggu lagi aku akan tunangan. Kalau kamu ada waktu, datang yaa. Ajak mama dan adik mu juga🤗"

○○○○○○○○○○○○○○○

Hallo semua! Jangan lupa
Vote dan komen nya yaa🤗

Btw mau nanya, mending up pagi/siang/sore/malam?

Btw seharusnya part ini menjadi part terakhir tapi setelah ku pikir-pikir part terakhirnya nanti aja hahaa. Karna masih banyak yang mau aku sampaikan di cerita ini. Jadi tetap disini bersama Al dan Dean yaa guys.

30/12/2019
Sulistiana_

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 07, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Possessive BoyfriendWhere stories live. Discover now