Care #1

12.4K 1.4K 163
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.

.

.

"Jiyoo-ya!"

Aku terkejut bukan main sampai tanpa sengaja mencoret tulisanku sendiri. Aku menghela napas dan memandangi gadis berambut panjang yang baru memasuki kelasku. Dia Cho Aera, sahabatku. Pandangannya sulit diartikan dan sepertinya juga dia marah. Tapi kenapa?

"Kenapa kau masih di sini? Ini super gawat, kau tahu! Kantin mendadak ricuh karena Taehyun menggandeng wanita baru lagi," ujarnya dengan cepat sambil menghampiriku. Nampak gemas karena menemukanku yang hanya menatapnya polos.

"Aku sedang belajar."

"Yak! Tinggalkan buku-buku sialan ini. Aku sudah muak melihat buku tebal ini dan juga muak melihatmu selalu mengurung diri. Ayo keluar!" perintahnya.

Alisku mengerut bingung. "Memangnya kenapa?"

"Taehyun menggandeng perempuan lain dan kau masih bertanya kenapa?!" geramnya. "Kenapa kau masih mempertahankan bongkahan es itu? Apalagi sekarang dia terlihat ingin selingkuh darimu. Apa kau tidak mengerti, huh? Dia sudah tidak lagi mempedulikanmu, Jiyoo!"

"Ya!" bentakku spontan. Mataku bergerak gelisah dan hatiku juga tiba-tiba sesak. Menggigit bibir bawah yang juga mulai merasa gemetaran. Aku mencoba belajar sekarang dan tidak terlalu mempermasalahkan hal itu. Aku tidak masalah jika Taehyun berbuat apapun, itu hak dia. Aku tidak bisa melarangnya kecuali itu memang sudah kelewat batas.

Tapi, aku tak terima kalau Aera mengatakan Taehyun sudah tidak mempedulikanku. Hal itu sukses menyentil emosiku, sungguh. "Dia masih peduli," gumamku—bukan hanya kepada Aera tapi juga untuk diriku sendiri.

Aera mendenggus sinis. "Dari sudut mana dia peduli padamu?"

Mulutku terkantup rapat, tertampar seketika karena mau tak mau membenarkan ucapan Aera. Aku tahu Aera tidak bermaksud menyakitiku dengan kata-katanya yang terkesan keras. Tapi di balik itu dia mencoba membantuku.

"Ayo, kita labrak pacarmu itu!"

"Tidak-tidak," tolakku, saat Aera sudah ingin menarikku keluar kelas. Aku menggeleng cepat.

"Setidaknya lakukan sesuatu supaya Taehyun sadar. Jangan diam terus."

"Biarkan saja," ujarku mencoba tak peduli.

Helaan napas kasar seketika keluar dari mulut Aera. Tatapannya jadi prihatin ke arahku, tapi juga sedikit tak habis pikir. Mungkin dia berpikir kenapa aku tetap diam dan tidak bergerak saat mengetahui pacarku menggandeng perempuan lain—padahal Aera sendiri sudah terlihat muak dan jengkel sampai ke ubun-ubun.

Aku tahu dia mencoba membelaku, tapi aku tak kuasa. Aku tidak mau dikatai posesif karena melarang Taehyun dekat dengan orang lain. Itu haknya. Lagipula Taehyun juga tidak pernah melarangku. Jadi, kami sama-sama memberi ruang untuk bisa bebas.

Care [Kang Taehyun]Where stories live. Discover now