Pagi pagi sekali Reonar Baskara bergegas ke apart Rafael Dirgantara, karna ia sudah melacak semua informasi mengenai Rafael Dirgantara.
Ting tong... Bel apart Rafael berbunyi dengan nyaring.
"bi, coba liat dlu siapa yg datang?" perintah Rafael.
"udah biar Aurel aja kak, bibi lagi beresin dapur"
Lalu Aurelia melangkah dengan gontai menuju pintu apart kakaknya itu.
"selamat pagi tua-" ucapan Reonar Baskara terhenti melihat siapa yang membukakan pintu untukknya.
"pagi, kak Rafael ada didalam silahkan masuk" ucapnya dengan santai
Baskara masih terpaku ditempatnya. Hingga Rafael datang menemui adiknya itu.
"rel, siapa yang dat-" ucapannya terhenti melihat Reonar Baskara berada di depannya ini.
"mengapa kau datang kesini?" ketus Rafael.
Sontak saja Baskara sedikit terkejut mendengar nada bicara seorang bos muda di perusahaan yang megah.
"tenang dlu, tuan muda. Saya ingin mengunjungi mu untuk memperkuat tali persahabatan diantara kita" jelasnya.
"tidak perlu, saya tidak ingin bersahabat dengan siapa pun"
"kak, jangan ngomong ketus gitu ah di depan orang yang lebih tua" lerai Aurelia yang melihat kakaknya marah marah dipagi hari.
"tapi rel, dia tu-" hampir saja Rafael keceplosan mengenai Baskara.
"tuan muda, adik manis mu ini saja tau tentang tata krama dalam berbicara" ucapnya dengan tegas.
"ayo masuk om, tidak baik jika tamu berada di depan pintu berlama lama" lalu melangkah terlebih dahulu, meninggalkan Rafael dan Baskara.
"masuklah, karna adikku menyuruhnya"
Mereka bertiga sudah ada di ruang tamu.
"siapa namamu nak?" ucapnya dengan lembut.
"Aurelia Jhon-"
"Dirgantara" cepat cepat Rafael memotong perkataan Aurelia. Karna Rafael tidak ingin Baskara menanyakan tentang nama belakang Aurel yang berbeda dengannya.
Baskara hanya mengangguk paham saja. Lagian toh dia juga udah tau siapa Aurelia.
"wajahmu pucat, apakah kau sakit Aurel?"
Aurelia hanya tersenyum tipis
"aku baik baik saja"
"apakah kau berboho-"
"kau kesini ingin memberikan beribu pertanyaan pada adikku,tuan?" selidik Rafael.
"aku hanya menanyakan kondisinya saja"
"omong kosong, kau...."
Ingin melanjutkan perkataannya, tiba tiba Aurelia merasakan sakit pada kepalanya
"aww.. Kak"rintihnya sambil memegang kepalanya yang berdenyut.
Rafael secepat mungkin membopong tubuh Aurelia untuk pergi ke rumah sakit.
Meninggalkan Baskara sendirian di apart dan beberapa pertanyaan muncul dibenakknya.
"sakit apa dia? Dan Rafael mengapa begitu sensi?" gumamnya
****
"Dokter, dok tolong adik saya" teriaknya.
Lalu perawat dan suster berlari untuk menangani Aurelia.
30 menit kemudian dokter keluar dari ruang rawat Aurelia.
"tuan, ayo ikut keruangan saya"
Rafael pun mengikuti sang dokter keruangannya.
"jadi begini, adik anda telah mengidap kanker otak stadium 3 menuju 4, kemungkinan untuk sembuh hanya sedikit" terangnya.
Hingga pasokan udara Rafael hilang begitu saja, saat mendengar penjelasan sang dokter.
"apa tidak ada pengobatan yang dapat menyembuhkan adik saya?" tanyanya.
"kami akan mengusahakannya,tuan"
Rafael pun pamit dan berlalu dari ruangan tersebut.
Rafael berjalan menuju ruangan Aurelia di rawat, secara perlahan ia mebuka pintu, lalu bau obat obatan menyeruak kedalam indra penciuman Rafael.
Sedikit teriris hatinya melihat kondisi Aurelia yang tergeletak lemas tak berdaya, ditemani infus ditangannya.
"kakak janji sama kamu rel, buat nyembuhin kamu" lirihnya.
Ia tidak tahan melihat adiknya seperti ini.
******
Dringg... Dringg... Dring bunyi ponsel berdering dan membangunkan si empunya yang sedang asik bermain dimimpi.
"siapa sih pagi pagi udah ngerecokkin tidur gua" gumamnya lalu berdalih mengangkat ponsel tersebut.
Terdengarlah suara seseorang disebrang sana.
"eh bocah! Kapan Baskara itu akan bangkrut?! Ia sudah bergabung di perusahaan kau!" bentaknya.
"berhenti" singkatnya.
"apa kau bilang!? Berhenti! Kau sudah berjanji dengannku bocah!" kesalnya.
"berhenti" lalu menutup telfonnya secara sepihak
Hingga seseorang yang berada disebrang sana mengumpat kesal dengan Rafael.
" bagaimana bisa bocah ingusan itu memberhentikan rencana yang sudah kubuat!" bentaknya hingga gelas yang berada ditanggannya terpental, dan menyisakan kaca yang bercerai berai.
"baiklah! Kau sudah bermain main dengan ku Rafael Dirgantara" geramnya.
"aku akan membuat Aurelia Jhonson lenyap ditangan seorang Michael Jhonson!" ucapnya lalu diiringi tawa bak iblis. Mengerikan huahhhhh:(
******
"Tuan muda, apakah saya boleh tau adikmu itu sedang sakit apa?" ucap Reonar Baskara.
Kini mereka telah selesai dengan rapat kolega bisnis mereka.
"hanya sakit biasa" lalu pergi meninggalkan Baskara seorang diri diruangan meeting.
Reonar Baskara tidak ingin menyerah sampai disini, ia mengejar Rafael untuk menanyakan satu hal lagi.
"Tuan muda, tunggu"
Langkah Rafael pun terhenti saat namanya terpanggil.
"apakah aku boleh menjenguk adikmu,tuan muda?" pintanya.
Rafael berfikir sejenak lalu Rafael mengangguk saja.
"ingat, saya membolehkan anda untuk menjenguk adik saya dan anda harus menjaga batasan" dengan nada penuh penekanan.
"baik, terimakasih tuan muda" senyum Reonar Baskara pun mengembang, karna Rafael mengizinkan nya untuk menjenguk Aurelia.
YOU ARE READING
Introvert (END)
Teen FictionSosok gadis yang suka menyimpan kesedihan dan kesakitannya didalam dirinya sendiri membuat sosok gadis itu menjadi anti sosial Sifat sosok gadis itu belumlah berubah, masih sama keintrovert nya itu yang membuat orang orang didekatnya sulit untuk men...
