Bagian 2 (lost hope)

169 76 20
                                    

"Menyebalkan banget mereka, tapi ya itulah mungkin yang menjadikan hubungan persahabatan yang kami jalin sejak kecil bertahan sampai sekarang, dan nggak ada yang menduga bahwa kelak persahabatan itu rusak karena pengkhianatan seseorang."

***

Sembari menunggu pak Yanto menyiapkan mobil untuk berangkat sekolah, aku menyempatkan waktu untuk menulis sedikit puisi. Hal ini udah menjadi kebiasaan sejak SMP dan berlanjut hingga sekarang.

"Non, mobilnya sudah siap." 

"Iya Pak, tunggu sebentar ya."

Segera aku bereskan semua tulisan tadi, aku nggak mau ada yang mengetahui atau membacanya, aku belum siap untuk menunjukkan semuanya ke semua orang, mungkin hanya kak Nabil aja yang tau dan aku memintanya untuk merahasiakan dari Papa dan Mama.

"Ini semua tulisan kamu La?" Sambil menunjukkan kertas karangan ku.

"Eh kakak dapet dari mana, asal masuk kamar Kyla ya," Segera aku ambil kertas itu dari tangan kak Nabil.

"Kakak kan cuma tanya, lagian tulisannya bagus kok La," Yakinnya dengan menepuk pundak ku.

"Bagus dari mana nya kak, cuma coretan gini," sela ku.

"Udahlah, coba aja tunjukin ke tante Dyah. Orangnya kan suka tuh bikin puisi, siapa tau karangan kamu nanti bisa di terbitin juga."

Tante Dyah adalah adik dari Papa yang bekerja di salah satu perusahaan penerbit buku dan dia juga suka terbitin sendiri karangannya, tapi aku fikir dua kali juga kalau mau tunjukin ke tante Dyah dan akhirnya aku memilih untuk menyimpan semua karangan yang akan aku tunjukkan ke seseorang di jauh hari.

Setelah bicara dengan kak Nabil, aku memutuskan untuk langsung berangkat sekolah, daripada nantinya telat dan dihukum di bawah terik matahari dan akan menjadi tontonan ratusan pasang mata.

"Ayo pak, berangkat sekarang," ucapku pada pak Yanto dan segera bersiap untuk menjalankan mobilnya.

"Siap Non."

Hanya membutuhkan waktu 20 menit untuk aku sampai di sana, dan jam sudah menunjukkan pukul 07.00.

"Wah, hampir telat nih Pak."

"Langsung masuk Non, nanti saya jemput seperti biasanya," jawab pak Yanto dengan menurunkan kaca mobil.

"Nggak perlu Pak, nanti saya mau pergi dulu sama temen-temen, pulang agak telat sama bilangin ke kak Nabil ya," Aku harus menunduk untuk menyeimbangi saat bicara dengan pak Yanto.

"Baik Non, hati-hati di jalan." Dan akhirnya pak Yanto kembali menutup kaca mobil dan kurasa udah terlalu bicara terlalu lama disini.

"Oke Pak."

Aku langsung lari meninggalkan pak Yanto, ternyata gerbang akan di tutup.  Kemudian aku mencari keberadaan anak yang lain, tak lain adalah temen se-geng dan ternyata mereka udah kumpul di kantin.

@Grup chat.

"Di mana nih kalian, kelasku lagi free," Kuawali dengan membuka ponsel yang kemudian mencari keberadaan mereka.

"Lagi di kantin semua, buruan gih ke sini," jawab Tasya kemudian.

"Sepagi ini udah pada di kantin aja?" Inilah mereka, sepagi ini udah menghabiskan waktu di kantin daripada untuk menunggu guru di kelas.

"Buruan La, ada berita terbaru dari orang yang kamu suka," Dan sekarang giliran Sasa yang menjawab dengan hebohnya.

"Eh, bentar dong. Tunggu aku ke sana," Dengan segera aku sedikit berlari menuju arah kelas.

Sesampainya di kelas, temen-temen semua bilang kalau hari ini gurunya tugas di luar kota jadi seharian free tugas, jadinya aku langsung pergi ke kantin buat dengerin berita terbaru yang di maksud oleh Sasa.

"Hay semua," sapaku saat setibanya di kantin.

"Sok kenal La," jawab Helen.

"Pms Len? Jutek amat," Aku mengambil kursi didekat Sasa dan menikmati suasana kantin yang cukup sepi.

"Apaan, kamu mungkin," jawabnya membela diri.

"Bu, pesan Mie goreng plus Siomay sama Es cappucino 1 ya," Demi mendengarkan si Sasa bicara panjang lebar, aku memesan makanan untuk mengganjal rasa lapar.

"Ini pesanan nya, selamat makan ya," Makanan pun datang diantar oleh bu Fifi.

"Makasih Bu, bayarnya nanti ya," Tak ketinggalan, aku menghiasinya dengan senyum lebar.

"Kebiasaan deh Kyla, lupa nanti," sela Helen dengan ketus.

"Eh kenapa si? daritadi jutek amat. Ada masalah sama aku? Bilang aja selesaiin sekalian di sini," jawab ku dengan emosi.

Akhir-akhir ini aku ngerasa Helen udah nggak kayak biasanya, jutek dan sensi banget. Sepeti ada sesuatu yang dia sembunyikan.

"Apaan si Ky, orang biasa aja kok," jawab Helen dengan kembali memainkan ponselnya.

"Udah dong, ngapain pada tengkar si, malu tau diliat banyak anak," sela Zaskia.

"Iya nih, kita kan tadi mau bahas si Fikri," tambah Sasa.

Disinilah awal kisah Fikri yang menjadi gosip seluruh kelas dan berakhir dengan pertengkaran antara aku dan Helen.

"Oh ya, mau bilang apa tadi Sa?" Aku pun bersiap mendengarkan apa yang Sasa ceritakan, dengan sesekali menyantap makanan selagi masih hangat.

"Itu si Fikri, dia bilang mau calon in jadi Ketua OSIS, keren banget tau kalo dia yang jadi Ketua. Bisa-bisa anggota OSIS banyak ceweknya tuh," tukas Sasa dengan bergantian melirik kami.

"Bukannya dia udah ikut Basket sama Karate ya?" jawab ku dengan mengacungkan garpu.

"Dia kan pinter banget buat cowok seumuran dia, padahal biasanya mereka pada foya-foya dengan uang bokapnya," kata Zaskia yang memiliki tipe cowok cukup mandiri dan pekerja keras.

"Fikri nggak kayak gitu ya anaknya!" sela Helen yang tiba-tiba marah dan meletakkan ponselnya.

"Kenapa si Len? kayak nggak terima banget Zaskia ngomong gitu," Sekarang keadaan mulai panas dan pembicaraan santai tadi berubah menjadi suasana tegang.

"Aku mau pergi aja, udah di tunggu temen kelas," Helena kemudian pergi yang sebelumnya membereskan barang-barangnya di meja.

"Aneh tuh anak, kayak nggak terima banget kalau si Fikri di jelek-jelek in, padahal Kyla-nya biasa aja," tambah Zaskia dengan raut heran.

Seiring bertambahnya waktu, Helena mulai berubah dan jarang kumpul seperti biasanya, dan siapa sangka setelah pembicaraan di kantin itu, persahabatan kami mulai renggang dan Helena menunjukkan sifat aslinya.

____________________________________

Part ini udah lewat dalam tahap revisi, untuk kalian yang penasaran dengan kelanjutan kisah Kyla. Bisa langsung tambahkan ke reading list.

Tinggalkan jejak! ❤

Hunting Breath (END)Where stories live. Discover now