17- Menghamili?

Mulai dari awal
                                    

Lelehan keringat mulai membasahi pelipisnya karena matahari yang kian menyengat. Vella menghembuskan nafas, ia sedang menimang-nimang apakah kakinya akan kuat jika pulang berjalan kaki. Vella pun memutuskan untuk mencari tempat yang lebih sejuk, saat akan berjalan kembali tiba-tiba—

Tin..........

Vella terlonjak. Hampir saja keserempet!

Sementara di dalam mobil seorang pemuda yang tadi hampir menabrak seseorang yang ia yakini pelajar terdiam akibat terkejut juga. Ia pun turun dari mobil untuk memastikan orang tersebut baik-baik saja, walaupun ia tahu orang itu hanya akan hampir tertabrak saja tapi ia merasa bersalah. Dan ternyata siswi itu ialah—

"Vella..."

"Yaampun Lano! Hobi banget sih tabrak Vella?"

"Maaf Aku nggak sengaja, lagi pula kendaraan dijalanan ini pada ngebut, kamu jalannya sambil melamun."

"Kok Vella yang salah? Kan Lano yang hampir nyerempet Vella."

Astaga, hati Lano berdebar melihat wajah Vella yang sedang merajuk kepadanya. Gadis dihadapannya ini benar-benar menggemaskan.

"Iya... iya... Vella mau kemana? Harusnya jam segini masih di sekolah dong belajar? Bolos ya?"

"Ih nggak kok, Vella anti bolos-bolos club! Vella mau pulang soalnya di sekolah dipulangkan lebih cepat karena guru-gurunya mau rapat kelulusan."

Lano mengangguk.
"Kalo gitu sebagai permintaan maaf, aku anterin kamu pulang dan nggak boleh nolak!" Ujar Lano seraya menarik tangan Vella untuknya tuntun memasuki mobil. Setelah itu ia pun menyusul masuk ke dalam mobil juga.

Di dalam mobil Vella merasa canggung, ia merasa Lano mencuri-curi pandang padanya sedari tadi.

"Lano nyetirnya yang bener, jangan liatin Vella terus nanti nabrak orang lagi!"

"Emangnya aku liatin kamu ya?"

"Iya..." Jawab Vella cepat.

"Kalo kamu tahu aku liatin kamu— berarti kamu juga liatin aku dong?"

"Enggak ya!" Wajah Vella bersemu merah.

Lano pun tertawa karena berhasil menggoda gadis cantik sang penakluk hatinya ini.

Setelah bersenda gurau bersama Lano, Vella ingat akan suatu hal.

"Um— Lano..."

"Iya?"

"Vella mau minta maaf soalnya waktu itu baru baca chat Lano pas pulang dari mall, Vella nggak tahu seseorang yang Lano ajak itu Vella sendiri."

"Oh tentang itu, nggak apa-apa lupain aja."

"Lano marah nggak?"

"Enggak, asal—"

"Asal apa?"

"Lunch bareng, ya?"

Vella nampak berpikir, jika menolak sepertinya akan sangat tidak enak sekali. Mengiyakan pun bukanlah pilihan yang aman untuknya.

"Gimana?" Tanya Lano seraya menoleh sejenak pada Vella yang berada disampingnya.

"Iya, mau..." Jawab Vella membuat hati Lano berbunga-bunga, jika seperti ini terus yang remaja bukan Vella melainkan Lano.

***

Setelah makan siang yang panjang bersama Lano, Vella masih hanyut dalam obrolan bersama kawan kakaknya ini. Vella seakan lupa dengan segala peraturan yang Kenzo buat.

Vella & KenzoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang