Tiga

32 2 1
                                    


Pagi harinya, mulai rutinitas yang sama, jalan menuju restaurant bareng, breakfast bareng ya gitu aja sampe gue ga bisa lupa sama si kulkas, dan gue berjalan menuju lobby dan reza langsung masuk ke mobil, gue menatapnya bingung

"Kenapa bengong? Masuk!" ucapnya saat jendela mobil terbuka, gue mendekat dan menunduk agar bisa melihat Reza "Pa danu kemana?"

"Ada urusan, buruan cepet!" ucapnya, gue mendengus sebal dan langsung masuk dengan pintu yang gue tutup dengan keras, Reza menatap gue dengan melotot dan dibalas dengan gue garang

"Za, kalau nanti ke semarang lagi, ajak yang lain aja jangan gue" ucap gue saat lampu merah, reza menatap kearah gue lalu menatap lurus kembali "Kenapa emang?" tanyanya

"Gue risih sama si tua itu, ya kecuali ke semarangnya buat kerja sama dengan perusahaan lain, gue bersumpah ini adalah pertemuan gue dan si tua yang terakhir kalinya" ucap gue dengan menggebu – gebu

"Ga akan ada yang goda – goda lo" ucapnya tetapi tatapannya tetap lurus

"Ah, omong doang lo mah, waktu pertama gue ketemu si tua, lo diem aja" ucap gue, dan sedetik kemudian gue memaki diri sendiri yang salah berbicara, reza mengkerutkan dahi nya

"Terus?"

"Maksudnya terus?" tanya gue balik

"Ga jadi, ayo keluar udah sampe" ucapnya, dan keluar lebih dulu dan selalu ninggalin gue, langkahnya cepet banget bagaikan kuda yang dipecut, gue sedikit berlari untuk menyamai langkah dia

Gue tepuk pundaknya, sambil menunduk dan mengatur nafas "Lo....pe—lan, pelan huh, gue cape" ucap gue sambil menatap dia dengan tatapan garang, dia memberikan botol minum kearah gue "Minum" ucapnya

Dan gue langsung minum sampai habis, tampa peduli tatapan dia, gue bener –bener cape gila banget dia

"Mau kemana sih?" tanya gue karena tempatnya bukan kawasan perusahaan yang sedang menjalin kerja sama dengan perusahaan kami

"Ikut aja" ucap nya sambil berjalan lebih dulu, gue mendengus sebal "Jangan cepet – cepet woy" teriak gue

Sesampainya Reza berhenti disebuah rumah bernuansa jawa, dahi gue semakin berlipat – lipat "Rumah siapa ini za?" tanya gue sambil melirik kearah reza dia tersenyum tipis lalu masuk tampa permisi, gue mencegal tangannya "Lo itu ya, ga sopan tau"

"Siapa yang ga sopan?" tanyanya balik,

"Lo lah, siapa lagi, aneh" ucap gue sambil menatapnya sebal, ketika Reza akan menyauti ucapan gue, tiba – tiba pintu rumah terbuka dan gue langsung melepaskan tangan gue yang ada di pergelangan reza, reza tersenyum kearah wanita yang seumuran mungkin diatas mamah, sambil menyalami wanita tersebut

"Assalamu'alaikum bu, sehat?"

"Waalaikumsalam, Ya allah mas, ini beneran kamu? Ko ga bilang ibu, kalau lagi di semarang?"

Ya gue makin bingung, ini wanita didepan gue siapa coba

"Iyaa, maaf mas lupa ngabarin ibu"

"Iyaa" ucap ibu itu, lalu melirik kearah gue, gue yang diliatin begitu semakin salah tingkah "Siapa mas?"

"Ini itu----"

"Asslamu'alaikum bu, saya meymey, bawahan pa Reza " ucap gue memotong ucapan reza dan menyalami ibu nya, ibu itu tersenyum manis "Oh bawahan, saya ibu nya mas reza" ucapnya,

Gue menengan seketika, coba ada yang bisa jabarkan, ketika mantan ngajak ketemu sama orang tua nya, kalian akan beranggapan apa?

Setelah itu gue disuruh masuk sama ibu si kulkas kampret, tapi sebenernya gue pikir pikir lagi setelah putus ko dia lebih banyak ngomong ya ga dingin, berarti gue salah menobatkan dia sebagai kulkas kampret, mungkin kalau kampret doang lebih oke.

"Duduk dulu nak mey" ucap ibu dengan lembut, dan gue hanya bisa tersenyum sambil duduk dikursi yang ada diruang tamu

Rumah nya bagus, rumahnnya zaman dulu tapi enak aja diliat, ga ada kesan horror sama sekali, dan masuk kerumahnya pun nyaman, dingin udaranya, dan kursinya pun jaman kekinian lah

"Za"

"Mey"

Ucap gue dan kampret berbarengan, gue dan dia saling bertatapan

"Eh, lo dulu deh" ucap gue dan reza menggeleng "Cewe dulu"

"Ya udah, lo asli semarang? Ko gue ga pernah tau?" tanya gue

"Lo nya juga ga nanya"

"Iyaa juga sih" ucap gue sambil melihat rumah ini, dan ketika itu ibu reza dateng

"Diminum dulu mas, eh cantik diminum dulu" ucap ibu, gue tersenyum sambil menggangguk

"Makasih bu" ucap gue dan ibu tersenyum lembut

Ini mah, beda 90 derajat, ibunya baek bener dah, anaknya eehh boro – boro dia bisanya bikin jantung gue berdetak lebih kencang

"Tumben kesini mas?" ucap ibu memecahkan keheningan

"Iyaa, mas lagi ada kerjaan disini, dan kebetulan inget ibu, jadi kesini, Ade kemana?" ucap reza

Gue jadi pendengar yang baik, dua orang ini

"Oh, jadi kesini cuman kalau inget aja? Ade biasa jam segini masih dikampus" ucap ibu, ibu langsung melihat kearah gue dan tersenyum, gue jadi panik sendiri

"Kirain ibu, Mas Reza kesini bawa memey itu mau ngenalin calon mantu" ucap ibu, dan gue langsung mengubah duduk gue menjadi lebih tegak dari sebelumnya

"Ibuu"

"Nak mey, mau kan sama Mas Reza? Sepertinya usia kalian juga ga terpaut jauh, usia memey berapa?"

"26tahun bu, hehe"

"Tuh, cocok mas, kamu 30 cuman beda 4tahun, sama seperti ibu dan alm Bapamu, Nak mey mau kan jadi mantu ibu?"

Yaaa tuhaaannnnn, apa yang harus gue jawab... baru aja gue puji kalau ibu itu baik bener, ga kaya anaknya yang bikin gue jantungan mulu, dan sekarang ibunya sama bikin gue jantungan...

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 07, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

You and MeWhere stories live. Discover now