Bab 1

93 3 0
                                    


Memang selalu bertemu dengan mantan setiap hari itu, bagaikan ujian yang tidak pernah usai, dibilang sudah move on tapi kalau ditatap terus menerus juga jadi sulit untuk melupakan, apalagi dia pernah mengisi hari – hari senang maupun sedih kita

Yaaa, itulah yang lagi gue alami, sebelumnya perkenalkan nama gue Meylani Sandra Putri, biasanya temen gue manggil dengan sebutan meymey, gue anak pertama dari 2bersaudara dan adik beserta keluarga gue ada dibandung, sedangkan gue kerja di Jakarta

Gue mengaduk minuman yang ada di hadapan dengan tatapan tidak berselera "Woy, lo kenapa sih?" tanya Riska, temen korib gue dari awal merantau

"Gak"

"Oke, gue tunggu lo cerita aja deh" ucap riska, dan gue hanya mengangguk sebagai jawaban, gue menatap kearah jendela luar dari café ini, disana ada cowok dan cewek mungkin pantas disebut sebagai pasangan, sedang menuju kearah café ini, dan itu memperburuk keadaan hati dan pikiran gue

Gue langsung memakai earphone dengan volume yang amat keras, gue bersenandung, dan ketika ekor mata melihat cowok itu mendekat kearah meja gue, dan itu membuat hati gue ga sehat tapi gue mencoba untuk tenang

Tepat ketika cowok itu didepan meja gue, riska beberapa kali menyengol tangan gue dan dihiraukan oleh gue, dan riska langsung mencabut earphone yang gue pasang ditelingan dengan paksaan, gue langsung melotot kearah riska

Dan riska hanya melalui kode mata, untuk gue melihat kearah depan gue, dan ketika ngeliat

"Masih minum kopi? Dan ini masih pagi, awas lambung nya sakit" ucap Reza

Yaa tebakan kalian semua benar, bahwa Reza adalah mantan gue, kami putus karena gue yang cemburuan dan dia kaya yang ga pernah ada rasa cemburu

"Ya, gue tau" ucap gue ketus

Dan Reza langsung mengidik kan bahu, dan melanjutkan jalannya menuju meja yang udah dia pesan dengan pacar baru nya mungkin, riska mengikuti arah jalannya Reza sampai badannya berbalik kebelakang, dan gue langsung membalikkan badan riska untuk menatap gue

"Lo tuh yaa, kebiasaan. Kalau ngeliatin orang ga kira – kira 180 derajat muter badan lo" ucap gue

"Eh, serius deh, gue masih heran. Kalian kenapa putus coba? Ko Pak Reza masih perhatian ya sama lo?" tanya riska dengan tatapan bingung,

gue membalas dengan wajah malas "Udahlah ngapain masih dibahas? Kalau surat pemberhentian gue di Acc sama si botak, gue pasti pindah ke bandung, tapi sayang si botak ga acc"

"Sensi amat sih bu kalau bahas mantan" ucap riska dengan nada mengejek, dan dibalas dengan pelototan dari gue, dan riska hanya tertawa

**

"Mey, besok kamu bisakan ke semarang? Bareng Reza" ucap Pa Yaya, gue mendengar nama itu saja udah bikin gue ga mood, tapi akhirnya gue mengangguk dengan lesu "Iya bisa pak"

"Bagus, kalian kan satu team di pemasaran, harus kompak yaa" ucap Pa Yaya dengan senyuman 5cm, gue hanya bisa tersenyum tipis

"Informasi nya sudah lengkap di Reza yaa"

"Siap pak"

Setelah itu Pa Yaya pamit untuk masuk keruangannya, dan gue berjalan menuju ruangan team pemasaran, gimana mau move on coba, orang gue satu team, satu tempat kerja, setiap hari selalu saling tatap, kalian jangan mau kaya gue, ini amat sangat menyiksa sungguh

"Habis dari mana mba?" ucap dita, gue melirik sekilas lalu berjalan menuju meja kerja gue "Ruang Pa Yaya" ucap gue singkat sambil duduk dikursi posisinya diruangan ini ada 6 orang, dimana meja Reza paling besar karena dia ketua team dari pemasaran dan tepat sebelah kiri meja Reza adalah meja gue

Gue melihat dari ekor mata, Reza dengan sikap datar nya terus mengetik di computer seolah – olah, kedatangan gue itu ga ada artinya

"Astaga dragon!" ucap gue sedikit berteriak sampai 5 orang yang ada di tempat ini melihat kearah gue, dan gue yang merasa diperhatikan menatap mereka menantang "Ngapain liat – liat gue?"

Dan mereka melanjutkan pekerjaannya, gue menggelengkan pikiran yang tadi, ko gue kaya yang masih berharap sama di kampret Reza yaa.

**

Ketika gue membereskan dokumen dan beberapa peralatan yang berantakan dimeja, sambil melirik kearah jam tangan yang gue pakai ternyata sudah menunjukan jam 9 malam dan diruangan hanya tersisa gue dan Reza

Gue mengambil tas dan blazer sambil berjalan menuju pintu ruangan ini

"Mey" dan langkah gue terhenti sambil membalikkan badan dan bertatapan dengan mata yang bikin gue dag dig dug sampai sekarang kalau boleh jujur

"Ya?"

"Tunggu, kita bareng kebawah nya" ucap reza sambil membereskan meja dan berkas yang ada dihadapannya, gue menghela napas, bayangkan setiap hari selalu begini "gue duluan aja deh ya" ucap gue sambil berjalan menuju keluar

Dan ketika menuju lift terbuka pintunya, Reza menyusul dan kita masuk dalam lift dengan keadaan hanya berdua, kami diam seribu bahasa, terngiang ingatan ketika dulu kalau di lift seperti ini gue selalu menjawil dagu nya

"Besok pergi ke semarang jam 9 pagi sudah dibandara, gue gamau lo telat. Jangan tidur terlalu malam, sesampainya dirumah, langsung tidur" ucap reza, dan gue hanya melihat lurus tampa berniat untuk menatap nya

"Jangan so peduli lagi sama gue, bisa?" tanya gue dengan tetap melihat lurus, dan lift terbuka gue langsung berjalan sedikit berlari menuju parkiran dan masuk ke dalam mobil

Sesampainya gue masuk ke dalam mobil, gue menghela napas beberapa kali dan mengetuk stir mobil "Kenapa lo perhatian saat hubungan kita udah bukan siapa – siapa lagi" ucap gue lirih

Gue menarik seatbelt dan menjalankan mobil berharap besok dan di semarang keadaan hati dan perasaan gue membaik.

You and MeWhere stories live. Discover now