Dua (REVISI)

3K 124 71
                                    




Camelia


Aku menggapai gelas di meja kerjaku, dan itu adalah kopi ke tiga yang telah kuhabiskan. Aku  melihat  jam yang ternyata sudah menunjukkan pukul tiga pagi. Dan membuatku terkejut karena tidak menyadari waktu yang sudah berlalu. Aku  meregangkan badanku yang pegal karena terlalu lama duduk dan sudah waktunya aku tidur. Design baju pelanggan butikku sudah selesai besok tinggal memotong kain bahan. Mataku semakin mengantuk, efek kopi sepertinya sudah hilang, akhirnya mataku menyerah dan masuk ke kamarku, sebelum jatuh tertidur aku memasang alarm supaya nanti pagi tidak terlambat bangun.

"Liaaaa..!! Bangun!!.. Ya ampun nih anak  jam segini belum bangun, nanti Christ Hemswort dipatok ayam!. Liaaaaaa... bangunnnn!!"

Suara teriakan dan gedoran pintu membangunkanku.  Aku berjalan menuju pintu, kepalaku pusing karena tiba-tiba bangun, itu pasti sahabatku Tya yang berteriak membangunkanku dan aku jamin suaranya  pasti terdengar sampai keluar.

Aku membuka pintu sedikit kesal karena tiba-tiba dibangunkan.
"Apa sih Tya... Berisik banget, nggak malu apa sama si Paijo, burungnya mak Fahriza di sebelah?" 

Tya juga memegang kunci butikku. Berhubung  dia sahabat baikku sekaligus orang kepercayaanku, jadi dia bebas kapan saja masuk. Dan keuntungannya bagiku, saat aku bangun kesiangan seperti sekarang, dia sudah membuka butik duluan.

"Ya kali si Paijo denger suara aku, by the way, itu burung resek banget ya, suka ngikutin apa yang kita bilang"  kata Tya sambil menerobos masuk ke dalam kamarku.

"Iya, sama reseknya kayak kamu, emang apa hubungannya Chris hemswort dipatok ayam sama aku yang lama bangun?"  aku merapikan tempat tidurku sedangkan Tya duduk di kursi meja riasku dan dia menatapku gemas.

"Itu namanya jodoh dodol!, kan katanya kalau bangun kesiangan jodoh bisa dipatok ayam" Tya tertawa.

“Bukannya rejeki ya?” tanyaku.

“what ever, udah cepetan mandi, siang ini Ibu Soetedja dan anaknya bakal kemari, barusan dia telepon" kata Tya sambil berjalan keluar dari kamarku.

Aku mengernyitkan dahiku.
"Bukannya punya mereka udah selesai semua? Tinggal antar aja kan?"

Tya berdiri di pintu kamarku dan menhadapku sambil berbicara.
"Kan ada tuh anaknya yang paling besar di Jerman, dia udah sampai di indonesia dan siang ini dia akan datang ke butik untuk diukur, dan Ibu Soetedja minta supaya minggu ini selesai " 

"Ya udah, kamu kasih tau Rio, biar baju seragam anak Ibu Soetedja didahulukannya "

"Okay"

Setelah Tya keluar dari kamarku, aku pun bergegas ke kamar mandi dan setelah selesai mandi, aku turun ke bawah untuk bergabung dengan timku. Kopi tadi malam membuatku hyper, dan pagi ini aku perlu teh sebagai penyeimbang.

"Pagi semua" Aku menyapa timku setelah aku menyeduh tehku.

"Ini udah siang mbak Cam” salah satu anak buahku yang bernama Rio menjawabku sambil tertawa, “tumben bangunnya siang?" dia bertanya padaku.

Rio ini Designer yang baru selesai sekolah dari Italia, dan khusus membuat pakaian pria.

Butikku sekarang ini juga semakin banyak menerima permintaan Jas dan pakaian pria, sedangkan aku hanya fokus untuk pakaian wanita dan seperti keberuntungan, Rio melamar di butikku, dan tentu saja langsung kuterima.

Aku tahu dia mungkin tidak akan lama bekerja denganku, karena dia hanya ingin belajar bagaimana pasar di Indonesia, dan sekarang designer Indonesia juga sudah sampai ke kancah internasional dan sudah mulai diakui. Dan Rio salah satu anak yang berbakat dan tentu saja dia normal, karena tidak semua designer pria itu menyimpang.

"Iya nih.. tadi malam mbak tidur sampai jam tiga, keenakan gambar, eh taunya udah mau subuh aja”
Dia mengangguk-anggukkan kepalanya.

Kami pun mulai bekerja sesuai tugas masing-masing, aku dan Tya banyak diskusi tentang design terbaru dan kami sering mencoba menciptakan potongan-potongan baru.


Namaku Camelia Nadira, aku seorang designer, saat ini aku berdomisili  di Jakarta dan jauh dari keluarga, aku tinggal di lantai dua butikku.

Sekarang aku sudah bisa membeli sebuah rumah toko lantai tiga dengan cara mencicil. Dan aku juga tinggal di rumah toko di lantai tiga, sedangkan butik berada di lantai satu dan lantai dua aku fungsikan sebagai tempat penyimpan barang- barang butik.

Cinta Datang Karena Biasa (Passionate Hope #1)Where stories live. Discover now