Satu (REVISI)

4.4K 126 37
                                    


Abraham

Aku melepaskan mantelku begitu tiba di apartement tempatku tinggal. Aku baru saja tiba dari Aachen, kota tempatku dulu menimba ilmu sebagai seorang mahasiswa. Dosen-dosenku di sana masih sering mengundangku untuk melakukan seminar di kampusku dulu. Pertemuan dengan dosen-dosenku dulu adalah suatu hal yang sangat menyenangkan bagiku.

Aku dulunya kuliah di salah satu kampus terkenal di Aachen, dan mengambil jurusan teknologi. Aachen adalah kota kecil di Jerman yang selalu mempunyai kesan tersendiri bagiku, dan walaupun sekarang aku tinggal di Berlin, salah satu kota metropolitan di Jerman, tetapi Aachen selalu menjadi seperti rumah ke dua bagiku setelah Indonesia.

Aku memeriksa ponselnya, dan ternyata sudah banyak chat di Group keluarga Soetedja, apa lagi kalau bukan membahas pernikahan adik bungsuku Soffy. Ada juga panggilan tidak terjawab dari Ibuku. Aku langsung menekan dial panggilan dan menghubungi Ibuku kembali.

"Halo Bu.. sorry, Abe baru sampai di rumah, dan baru lihat panggilan Ibu”

"Ibu hanya ingin memastikan, kamu itu jadi pulang minggu depan atau tidak?” Ibuku terdengar sedikit kesal padaku itu karena aku sangat jarang pulang ke Indonesia.

Aku tersenyum mendengar pertanyaan Ibuku. Aku sadar sebagai anak tertua, di mana tanggung jawab sangat banyak dibebankan padanya, aku tidak menjalankan bertanggung jawabku untuk menggantikan Bapak yang telah meninggal. Sebaliknya aku memilih untuk tinggal di luar negeri daripada mengurus perusahaan keluarganya.

“Iya Bu, Abe pulang minggu depan”

“Pokoknya Ibu tidak mau tau, kali ini liburanmu harus lebih panjang dari biasanya. Susah sekali minta waktu kamu sama Ibu, nanti kalau Ibu sudah tidak ada lagi, baru kamu nyesal Ab"
Aku tertawa mendengar Ibunya yang sedang merajuk.
"Ibu jangan ngomong gitu ah, kali ini Abe janji akan lama liburannya"

Aku mendengar di seberang telepon, Ibuku menarik nafas seolah pasrah apapun keputusanku.
"Kamu itu, harus nunggu Ibu marah dulu baru nurut, disuruh menikah tidak mau, menetap di sini juga tidak mau, sejak Bapakmu tidak ada, Ibu kesepian di sini Ab"

Suara Ibuku terdengar lirih dan sedih. Aku merindukan wanita yang melahirkanku itu.

"Kan ada Nadya dan suaminya di sana Bu, ditambah dua anak mereka, cucu-cucu Ibu dan Soffy juga ada di sana, jadi sepertinya tidak mungkin Ibu kesepian" kataku sambil terkekeh.

"Ibu mau kamu di sini Abe, Ibu mau semua anak Ibu di sini" Ibuku mulai terisak sedih.

Sebenarnya aku sedikit heran karena tidak biasanya Ibu cengeng seperti sekarang ini, walaupun Ibuku tidak setuju dengan menetapnya aku di Jerman, tapi Ibu tidak pernah terlalu memaksaku untuk pulang. Tapi dua bulan belakangan ini Ibu rajin menelepon dan memintaku pulang.

"Eyang lagi teleponan sama Pak de ya?"  terdengar suara anak kecil menyela obrolanku dan Ibu. Itu suara Refa, salah satu keponakan perempuanku yang berumur lima tahun, putri adik perempuanku. "Refa mau bicara sama Pak de, Eyang” suaranya sedikit merengek.

"Iya, sebentar ya” Ibuku seperti membujuknya. “Ab, ini refa mau ngomong sama kamu"  terdengar gemerisik sebagai tanda kalau telepon sekarang diberikan kepada keponakanku.

"Halo Pak de, Refa kangen deh sama Pak de, Pak de kapan pulang?" suara Refa yang menggemaskan, manja dan lucu  membuat senyumku semakin lebar. Refa mengubah suasana yang baru saja sedikit melankolis menjadi ceria.

"Pak de juga kangen banget sama Refa, minggu depan Pak de udah pulang, Kak Refa mau apa dari Pak de?"

"Refa nggak mau apa-apa, yang penting Pak de cepat pulang" suaranya semakin manja.

Aku selalu rajin melakukan video call kepada keponakan-keponkanku. Jadi meskipun aku jarang pulang, tapi mereka mengenalku karena komunikasi mereka yang tidak pernah putus.

"Oke, nanti kalau Pak de udah pulang, kak Refa janji ya pijetin Pak de"

"Iya Pak de, iya"  Refa menjawab semangat.

"Sekarang, Refa kasih teleponnya sama eyang ya , Pak de mau bicara lagi"

"Eyang .. ini Pak de mau bicara lagi"  terdengar suara lari-lari kecil keponakanku yang sudah menjauh dari Ibuku.

“Ibu jangan sedih lagi ya, minggu depan Abe sudah di sana" aku berusaha menenangkan Ibuku yang sedang bersedih.

"Ya sudah, kamu istirahat dulu, jangan tidur lama-lama"

"Iya Bu..., Ibu juga jangan suka mikir yang aneh-aneh ya" dan aku pun memutuskan panggilan kami.

Namaku Abraham Isaac Soetedja, di usiaku 34 tahun aku masih sendiri dan belum menikah. Aku anak pertama dari tiga bersaudara dan memiliki dua orang adik perempuan. Setelah aku lulus kuliah, aku sempat bekerja di beberapa perusahaan teknologi di beberapa negara di Eropa, sampai akhirnya aku memutuskan kembali menetap dan bekerja di Jerman.

Aku suka tinggal di negara ini dan sekarang aku bekerja di perusahaan otomotif. Jabatanku saat ini sangat bagus dan tentu saja aku sangat menikmati perkerjaanku karena aku menyukainya.

Saat Bapak masih hidup lima tahun lalu, dia selalu memintaku untuk pulang mengurus perusahaan properti dan perhotelan mereka. Tetapi aku ingin mandiri dan tidak berminat meneruskan tradisi keluarga yaitu, mengurus bisnis keluarga, permintaan Bapak supaya aku mengambil alih perusahaan tidak bisa kupenuhi akhir hidupnya.

Dan sekarang bisnis keluarga diurus oleh adik iparku, yaitu suami dari adik perempuanku Nadya.

Aku  menatap ke luar melalui jendela kaca apartement, sambil melihat kenderaan yang berlalu lalang di jalanan kota besar Berlin. Minggu depan adikku Soffy akan menikah. Menurut mitos, saat seorang kakak dilangkahi oleh adiknya dalam pernikahan, si kakak akan susah atau lama menikah.

Tapi aku tidak perduli akan hal itu, bahkan tidak percaya mitos tersebut. Lagi pula aku tidak berkeinginan atau pun memiliki rencana untuk menikah. Sakit hati, kekecewaan dan pengkhianatan dalam hubunganku dengan kekasihku dulu, membuatku tidak lagi percaya dengan yang namanya hubungan dan juga pernikahan.






************************************************************************

Hallo semua, ini cerita keduaku
Cerita ringan, semoga pembaca suka, kritik dan saran sangat diterima untuk cerita saya ini.
💕💕💕💕💕

Cinta Datang Karena Biasa (Passionate Hope #1)Where stories live. Discover now