Desember Keruh | Tapi Tidak Denganmu

316 45 6
                                    

Aku dengar kau begitu bersusah payah.
Berita mengenai peluh keringatmu yang selalu menetes, menggema di telingaku.

Kadang pula aku mendengar kau terpeleset dengan yang namanya tak keberuntungan. Kau meringis perih.

Mendengar keluhanmu yang merinding, bercerita tentang terjalnya jalanmu. Kadang aku ikut berduka.

Dukaku selalu mengulur tangan untukmu, tapi mengapa selalu kau tolak?

Penolakanmu selalu dengan sebuah ucapan yang kadang tak kumengerti. "Aku masih kuat, tak usah. Masukkan tanganmu kembali disaku itu."

Betapa keras kepalanya.

Sampai pada akhirnya kau benar-benar terjatuh ke dasar paling bawah.

Desember keruh, istilah yang kau buat untuk mewakili perasaan kecewamu. Kecewa dengan bulan Desember.

Coba sekarang lihat cermin masa lalumu. Dahulu kau nampak bahagia menyambut bulan itu.

Masa kanak-kanakmu, kau habiskan untuk memuji sang Desember. "Hujan, dingin, sejuk, wah musim yang menyenangkan."

Tapi–kenapa kau sekarang tak menunjukkan tanda-tanda bahagiamu yang dulu?

Aku tahu kau sedang berusaha keras untuk sesuatu.
Aku tahu kau mengorbankan banyak hal untuk sebuah tujuanmu.
Aku tahu kau rela mengurangi waktu tidurmu untuk goals yang sudah kau buat.

Hingga pada akhirnya kau gagal.

Hal yang membuatku lebih sedih adalah kenapa kau berhenti?
Berhenti tentang kerja kerasmu yang dulu.
Berkoar mengenai kegagalanmu dan mengklaim bahwa kau manusia yang gagal.
Bahkan kau lupa Thomas Edison berkali-kali gagal, tapi pada akhirnya dia berhasil. Seorang Albert Einstein yang dianggap anak paling bodoh tak bisa apa-apa, berhasil menjadi sosok ilmuwan terkenal.
Tapi kenapa dengan gagalmu yang masih dihitung dengan jari, kau ingin mundur?

Tak malukah dengan orang-orang diluar sana yang selalu berjuang.
Mereka tahu akan gagal kembali, tapi keinginan kuatnya yang mendorongnya bangkit lagi.

Mereka pernah terpuruk, mereka pernah lelah, bahkan mereka pernah depresi. Tapi mereka semua berbeda denganmu. Bedanya mereka masih bisa bangkit lagi, sedangkan kau hanya terpaku dan memojok pada sudut ruang lalu merutuki diri sendiri.

Hei! Desembermu memang kelabu, tapi tidak denganmu.

Sadarlah bisikan untuk menyerah itu benar-benar bukan sosokmu. Jiwamu adalah jiwa pejuang!

Seberapa banyak kau gagal, seberapa parah kau terluka, seberapa hancurnya hatimu. Jangan menyerah! Istirahat sebentar tak masalah. Menghentikan langkah, jangan!

Saat selangkah kakimu berhenti, berarti kau siap meruntuhkan masa depan dambaanmu.

Keep Spirit!

Aku tahu kau mampu!

Dari manusia tukang sambat
Untuk kamu yang tersesat
❤💐

7 Desember 2019

Delusi Abstraksi (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang