ZuKang

49 1 0
                                    

Bercerita tentang keluarga Raja Api Zuko dengan anaknya, Yue yang baru saja belajar mengendalikan api di sekolah.

Yue berlari kecil menyusuri lorong istana kerajaan api dengan tiga pelayan pribadinya yang ikut mengekorinya. Anak kecil berumur enam tahun itu berhenti ketika dia berhasil menemukan orang tuanya sedang duduk di balkon dengan teh hijau di pangkuannya.

"Papa" Pekik si kecil girang seraya berlari ke pelukan sang Papa a.k.a Aang.

"Hai, Sudah pulang?" Tanya Aang yang diangguki Yue. Segera Aang menyerahkan gelasnya pada salah satu dari tiga pelayan yang mengkuti putri kecilnya, lalu mengangkat Yue ke gendongannya.

Keduanya lalu bertolak ke ruang pribadi keluarga kerajaan untuk rehat di sana. Aang mengambil posisi duduk bersilla dengan Yue di pangkuannya. Belum ada satu menit mereka duduk Yue sudah bersuara lagi, memotong percakapan Aang pada pelayan pribadinya yang ia hendak perintahkan untuk menyediakan air panas.

"Pa, Yue tadi di sekolah belajar pengendalian elemen, tapi Yue sudah bisa mengendalikan api, ma" Ujar Yua dengan nada gembira, pasalnya baru kali ini dia mengendalikan elemen di luar pengawasan keluarganya, alias di mata umum.

"Benarkan? Coba tunjukkan pada, Papa" Pinta Aang seraya memberi isyarata ke pada pelayan untuk mengambilkan seember air untuk jaga - jaga.

Yue yang memang pada dasarnya mewarisi sifat kelebihan tenaga milik sang Papa tanpa pikir panjang loncat dari pangkuan Aang dan beralih ke obor yang menggantung di ruangan seraba merah itu, kedua tangannya terangkat dan berayun, wajah putihnya nampak berkonsentrasi, beberapa bulir keringat mulai bercucurn ketika ia berhasil memisahkan satu percikan api dari inangnya. Wajahnya seketika berpaling ke Aang ketika netranya melihat keberhasilannya sendiri, nampak Aang tersenyum bangga dengan gumpalan air di atas tangan.

"Hati - hati sayang-" "WAAAAA"

Belum sempat Aang menghentikan kalimatnya ia sudah di kejutkan teriakan sang anak yang gagal mengendalikan elemen penghancur tersebut. Percikan api yang yadinya melayang diam sekarang sudah melesat ke arah pintu yang terbuka dengan Zuko yang berdiri di ambang pintu. Cekatan tangan pria tinggi itu segera meraih percikan api tersebut dan menggenggamnya hingga padam.

"Apa - apaan ini?" Tanya Zuko dengan raut menakutkan dan jangan lupa segumpal api yang berhasil ia tangkap.

Yue yang melihat Zuko - a.k.a ayahnya a.k.a suami dari avatar Aang - menampakkan wajah yang menjuku kemarahan tiada tara tanpa pikir panjang lagi segera melompat ke pangkaun Aang dan menenggelamkan wajahnya di dada sang pengendali ke empat elemen seraya sesekali mengintip.

"Jangan bilang ini ulahnya?" Zuko kembali bertanya setelah ia mengambil posisi berlutut di hadapan kedua orang terkasihnya. Nampak Aang hanya tersenyum seribu bahasa.

"Jadi benar ini ulahmu setan kecil?" Tanya retorik Zuko sambil merebut Yue dari pangkuan Papanya.

"Ma- Maafkan aku HUWEEEEEEEE...." Yue seketika menangis, ia takut dimarahi. Bukan karena apa, sang ayah memang memiliki watak aristokrat yang keras.

"Aku tidak akan memarahimu, kesalahan seperti itu sering terjadi pada pemula" Jelas Zuko menenangkan sang putri tercinta.

"Benar, bahkan dulu ayahmu hampir membakarku ketika pertama kali belajar" Aang ikut menimpali perkataan Zuko yang malah mendapat tatapan sinis dari suaminya. Berbeda dengan Yue yang netranya memancarkan keinginan agar Aang meneruskan ceritanya.

"Kapan?" Zuko balik bertanya dengan nada sinis, tidak terima kalau Aang menceritakan kesalahan pertamanya.

"Sudah lah, jangan mengelak, Zuko. Kau hampir membakar ku ketika kau belajar pengendalian dulu, bahkan kau membuat kaki Toph terluka sampai - sampai dia benar - benar tidak bisa melihat" jawab Aang.

"Jadi ayah dulu hampir melukai Papa? Ayah jahat sekali" Yue menatap Zuko dengan tatapan marah yang malah nampak lucu.

"Tidak, papamu ini bohong, raja api itu tidak boleh dan tidak pernah salah dalam pengendalian, tahu!" Zuko membela diri dengan menepis cerita lawas dari Aang.

"Ayahmu memang tidak mau mengaku" Aang tidak ambil pusing, dia malah pergi dengan Yue di gandengannya, disusul Zuko yang masih membela dirinya di sepanjang lorong kerajaan. Nampak beberapa pelayan dan penjaga menahan senyum ketika melihat momen langkah tuan mereka yang agung itu bersikap layaknya anak kecil di hadapan sang avatar.

*

Sekarang Keduanya -- Zuko dan Aang -- duduk di balkon kamar mereka sembari menikmati pemandagan langit malam yang bertabur bintang dan bulan purnama sebagai penerang malam. Aang menjadikan dada bidang Zuko yang hanya berbungkus baju tidur tipi sebagai bantalnya, nayaman, dia suka dengan suhu tubuh si pengendali api yang senantiasa hangat di berbagai situasi.

"Aku memang tidak hampir membunuh mu" Zuko angkat bicara, masih tidak mau kalah.

Aang terseyum simpul.

"Aku hanya ingin Yue tidak merasa terpojokkan karena melakukan kesalahan, lagi pula kau memang benar - benar membakar kaki Toph dan rambut Katara" Jawab Aang seraya mengelus pipi sang raja dengan teelapak tangannya yang halus.

Wajah tegas Zuko perlahan meredup dan berganti menjadi melembut selepas mendengar penjelasan dari Aang, kadang dia bingung kenapa bisa ada seorang sesempurna Aang bisa terlahir ke dunia ini? Dan demi segala roh agunng, dia juga menjabat sebagai pangeran kerajaan api dan pendamping hidupnya.

"Aku benar - benar merasa beruntung memiliku" Gumam Zuko mencium pucuk kepala plontos Aang.

"Aku juga" Balas Aang.

"Aang, aku kadang merasa pangling ketika mengingat kau menerima lamaranku enam tahun lalu dan memutuskan meninggalkan Katara dengan Jet. Bukan karena apa yah, Aang, maksudku kau adalah avatar yang agung yang malah memutuskan untuk menikah dengan ku yang notabene mantan musuh dan pendosa besar ini" Ujar Zuko yang membuat Aang menegakkan tubuhnya, lalu berpaling ke arahnya. Tangan yang lebih kecil menggenggam tangan yang lebih besar.

"Karena sebetulnya aku sudah mencintaimu jauh sebelum itu, aku sudah mencintaimu ketika kau memutuskan untuk melepasku ketika di tempat suku air utara dulu. Dari sana aku mulai menyukaimu dan menaruh harapan kalau nanti kau akan menjadi temanku, kalau beruntuk menjadi pendampingmu" Imbuh Aang dengan wajah teduh yang selalu berhasil menyihir Zuko tiap kali menatapnya.

"Memang aku menjadi temanu kok... teman hidupmu" Timpal Zuko terkekeh dan menempelkan jidatnyapada jidat bertato Aang. Sedangkan tangannya yang menggenggam tangan suaminya itu perlahan mengendur seingga menciptakan ruang rumpang di antara telapak keduanya lalu ia memunculkan percikan api berwarna yang perlahan membesar dan membentuk bola meingkar sebelu akhirnya kembali menghilang seiring menjauhnya jarak di antara kedunya.

"Aku benar - benar tidak pernah se - besyukur ini pada roh leluhurku karena sudah menunjukmu sebagai pendamping hidupku" Zuko menangkup wajah teduh Aang dengan kedua tangan hangatnya.

"Pun aku" Balas Aang dengan senyum yang terpatri selalu di wajah mudanya.

Keduanya mendekat hingga bibir merah tipis Aang bertemu dengan bibir kissable Zuko, lalu saling melumatlah mereka dengan lumatan kasih dan cinta, tidak ada nafsu di dalamnya, hanya rasa cinta dan kasih yang meluap bersama dengan tiap lumatan mereka.

*

"Aku benar - benar tidak bisa membayangkan 'keperawanan' Aangku tersayang dilahap habis oleh orang mesum seperti zuko" Ujar Katara yang diangguki oleh Toph dan Jet. Mereka bertiga berniat mengunjungi pasangan kerajaan api itu untuk mengadakan makan malam tengah malam sembari menonton teater yang sedang di adakan di alun - alun kota kerajaan. Tapi, bukannya menonton teater, mereka malah menonton adegan mesum sepasang elemntal tersebut secara langusng.

"Aku bersyukur karena buta" Ujar Toph dengan senyum mengejek pada kedua temannya.

"Aku tahu kalau kay juga sering melakukan hal seperti ini dengan Sokka, Toph" Timpal Katara dengan mata masih menatap lurus ke depan, dia tidak perlu menoleh ke arah kakak iparnya itu untuk mengetahui bahwa di wajah manis Toph sekarang sedang terdapat gurat merah tomat.

Jet hanya menyengir yang malah mendapat tinjuan dari toph.

"Aku akan menunggu di luar" Ujar Toph meninggalkan tepat kejadian dengan kaki yang menghentak ubin marmer.

The End.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 30, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Tulisan GabutWhere stories live. Discover now