Z3

96 8 4
                                    

Masa SMA jika tidak berbicara tentang kisah roman di sekolah rasanya tidak lengkap. Aku ingin bercerita tentang seseorang di angkatanku sekarang yang cukup menarik perhatianku sejak awal mengenalnya. Mengetik dua kalimat ini saja, jantungku rasanya berdebar kencang. Sebelum kumulai, aku ingin menegaskan bahwa aku sedang dalam tahap move on darinya.

Tentu saja, bisa ditebak jika dia lebih kecil dariku alias berondong. Beda umur kami cukup jauh pula, hampir terpaut dua tahun. Bisa dibilang dia adalah seseorang yang sangat mendekati tipe pria yang selama ini kuidamkan, namun sayangnya dia adalah seseorang yang tidak bisa kumiliki. Mengapa? Karena pertama, ia lebih kecil dariku. Kedua, ia sepertinya bukan seseorang yang tertarik untuk menjalin hubungan serius dengan orang lain. Ketiga, ia sudah menyukai gadis lain walaupun tidak nampak jelas. NAMUN AKU JELAS MELIHAT ITU DI MATANYA, KETIKA IA MENATAP GADIS ITU!!!!!!

Tapi, aku sangat bersyukur kepada Tuhan.

Tuhan memberikanku dua kali kesempatan untuk dapat dekat dengannya. Sebenarnya bisa mengenalnya lebih dekat sebagai teman saja, aku sudah sangat puas, namun Tuhan memberiku kesempatan lebih.

Dia adalah seseorang yang selalu kusebutkan namanya di dalam doaku. Aku selalu berdoa kepada Tuhan, jika kami berjodoh, dekatkanlah kami, namun jika tidak, bantulah diriku untuk segera melupakannya. Awalnya aku tidak benar-benar menyukainya, hanya sebatas mengaguminya karena dia mirip sekali dengan tipe idealku. 

Namun entah mengapa, mungkin karena terlalu sering bertemu dengannya ditambah lagi dengan bumbu-bumbu dari orang sekitarku yang mengatakan aku menyukainya, aku menjadi benar-benar menyukainya. Aku sangat menentang perasaanku padanya dikarenakan umurnya yang lebih kecil dariku, oleh karena itu aku selalu menghindari perasaanku padanya.

Aku benar-benar menyadari perasaanku padanya, ketika ia dalam masalah. Entah mengapa aku tak bisa menahan diri untuk tidak mengkhawatirkannya, aku tahu terdengar menjijikan. Aku sendiri juga tidak mengerti mengapa aku bisa se-alay ini, aku terus menolak perasaanku. 

Sampai pada akhirnya, aku melihatnya menahan emosi dengan memaksakan senyuman kecil yang miris sekali. Aku jatuh. Hatiku seolah remuk ketika melihatnya seperti itu, rasanya aku ingin menangis saat itu juga. Sekarang aku mengerti alasan orang mengatakan jika jatuh cinta membuatmu menjadi bodoh. Karena aku benar-benar menjadi pribadi yang bodoh setelah menyukainya. Bisa dibilang istilah kekiniannya adalah bucin, budak cinta.

Setelah itu, aku mencoba berdamai dengan hatiku dan mengakui bahwa aku menyukainya. Dan sampailah pada saat Tuhan memberikanku kesempatan pertama. Ada suatu hal yang sangat kutakuti untuk kulakukan awalnya, namun ia terus meyakinkanku bahwa hal itu tidak perlu kutakuti dan ia akan ada di sampingku saat aku melakukannya. 

Benar saja, setelah kulakukan hal itu tidak terasa mengerikan sama sekali dan aku sangat bersyukur dia ada di sampingku untuk meyakinkanku. Aku ingin berteriak sekeras mungkin, mengatakan bahwa aku menyukainya ketika ia di sampingku. Namun kuurungkan niatku karena ini bukanlah drakor.

Lalu untuk kedua kalinya, terjadi karena ketidaksengajaan. Entah bagaimana, Tuhan menempatkan kami dalam satu ruangan. Terjebak bersama. Astaga, ya Tuhan! Jantungku seolah mau berhenti karena berdegup terlalu cepat. Aku tidak tahu harus mengatakan apa, karena aku sangat bahagia! Yang kuingat hanyalah ketika ia menjagaku di dalam ruangan itu dan melakukan hal-hal yang membuatnya terlihat seratus kali lebih keren dari biasanya. Sejak saat itu, kami menjadi lebih dekat satu sama lain. Namun, tentu saja dalam konteks teman. Tidak lebih.

Mungkin Tuhan ingin aku merasakan bagaimana mendebarkannya romansa di SMA, maka aku pun didekatkan padanya. Namun, mungkin juga dia bukanlah jodohku sehingga pada akhirnya aku harus patah hati ketika menyadari ia telah menyukai gadis lain yang tak lain adalah temanku. Dan di sinilah aku sekarang, sedang berusaha keras untuk move on darinya. 

Segala cara telahkulakukan, seperti tidak mempedulikannya ataupun berusaha terlihat cuek di depannya. Namun ternyata move on tak semudah membalikkan telapak tangan. Aku juga tidak memiliki niatan agar dia mengetahui perasaanku padanya,aku takut ia akan menjaga jarak dariku dan bahkan sebagai teman pun tak lagi bisa kami jalani nantinya. Hebat rasanya, dulu kami begitu dekat sampai bisa menjahili satu sama lain. Namun sekarang berubah drastis menjadi dua orang asing yang tak saling bertatap muka jika tidak ada percakapan yang penting. 

Tuhan Tahu Yasmine Kuat 2Where stories live. Discover now