11. Sikap Palsu 1

3K 366 75
                                    

Kamar bernuansa hijau segar itu berantakan. Beberapa benda yang harusnya tertata rapi di meja rias, jatuh berhamburan di lantai. Kacau. Hanya terdengar suara tangis pilu dari Natalie yang meringkuk di samping tempat tidur.

Dias sudah beberapa kali mengetuk pintu kamar tersebut, tetapi anak semata wayangnya tidak mau membukakan pintu. Sampai ia sendiri bingung harus berbuat apa. Sebagai seorang Ibu, Dias pun merasakan kekhawatiran tentang Natalie.

Sekali lagi, Dias terkejut saat suara benda dibanting dan pecah terdengar dari dalam kamar. Wanita berhijab itu mengetuk pintu cepat.

"Nat, sayang, buka pintunya!! Jangan berbuat aneh-aneh lagi, Nata!" Dias banjir air mata mendengar teriakan menyayat hati dari anaknya. "Nata! Buka pintunya!"

"Astagfirullah." Pintu di depan Dias kedengaran dilempari barang oleh Natalie. Wanita itu mengelus dadanya pelan. Ia menoleh ke samping kanan-kiri, bingung sekaligus makin khawatir.

Merasa tak ada pertolongan lain yang bisa ia dapatkan, Dias pergi keluar rumah. Berlari sepanjang jalanan komplek perumahan, bergegas ke rumah adik iparnya yang kebetulan berada satu wilayah.

"Rezky!! Rezky!!"

Wanita berhijab itu berteriak keras memanggil anak si pemilik rumah. Hanya menggedor gerbang kayu secara keras sampai anjing di balik gerbang tersebut menggonggong.

"Rezky!!"

Dias mundur selangkah melihat gerbang dibuka dari dalam. Lelaki yang tampak mengenakan celana jeans panjang dan kaos oblong mengernyit bingung melihat Dias panik luar biasa. Belum sempat ia bertanya ada apa, tangan Rezky sudah ditarik keluar gerbang. Tentu lelaki yang belum sempat mengenakan sandal itu hanya bisa mengikuti sambil terengah.

"Tante, ada apa? Gas rumah bocor??"

"Nata, Rez. Dia ngamuk lagi. Kamu harus tolongin dia sebelum Tante kehilangan dia seperti dulu, Rez!"

Seketika Rezky melepas cekalan Dias, ia berlari mendahului Dias yang hanya bisa berlari kecil di usia tuanya. Lelaki berkaos oblong itu langsung memasuki rumah Dias menuju kamar Natalie. Menggedornya beberapa kali sampai suara benda dibanting terdengar dari dalam.

"Nat!"

"Pergi!!"

"Kalau lo mau mati, nggak gini caranya!" Rezky berusaha mendobrak pintu. Lengannya sampai sakit tetapi lelaki itu terus mencobanya.

Percuma.

"Rez?! Mau ke mana?!" Setelah sampai di rumahnya, Dias melihat Rezky pergi menuju dapur. Wanita itu semakin menangis dan kembali menggedor pintu kamar Natalie.

Kedua mata Dias melotot saat Rezky kembali datang membawa sebuah besi panjang. Otomatis Dias mundur melihat Rezky berniat menghunuskan besi tersebut ke handle pintu. Sekali, dua kali, sampai tiga kali, handle besi tersebut baru mau rusak dan seketika pintu terbuka lebar. Rezky menyerobot masuk. Ia menggeram sakit saat kedua kakinya terasa perih memijak lantai. Rezky tetap melanjutkan langkahnya meskipun darah mulai mengotori lantai kamar Natalie. Dipeluknya wanita yang berniat melemparkan botol obat nyamuk ke sembarang arah.

"Nat, sadar, Nat!!" bentak Rezky tidak diacuhkan Natalie.

"Nata!!"

Seketika tubuh Natalie lemah. Hanya mengenakan underwear dan kaos polos, Natalie menangis keras dalam pelukan Rezky.

Segera Rezky mengangkat tubuh Natalie ke atas tempat tidur. Ia menoleh begitu melihat Dias berniat masuk menyusulnya.

"Tante, keluar!"

• A Believer •Where stories live. Discover now