3. Gorgeous Kanya

3.4K 420 78
                                    

Bodoh. Iya, Kanya memang super bodoh karna tidak punya malu. Ungkapan perasaannya semalam jadi momok menghantui yang mampu membuat Kanya mewek semalaman. Kini, dia harus bertingkah seakan-akan tidak terjadi apa-apa, Kanya kembali melakoni peran happy virus di AEON. Dia menekan rasa malunya saat bersitatap dengan Edo, meskipun kecanggungan memukul pertahanannya keras.

Seperti pagi ini. Kanya berangkat ke kantor tepat waktu. Dia mulai menyesuaikan diri dengan apa yang harus dia kerjakan. Menyusun rundown, memeriksa skrip berita, sampai masuk ke ruangan on air lebih dulu untuk menentukan shot-shot kamera studio. Kanya berusaha menjadi poin plus di mata banyak orang. Bahkan, kegialaannya kadang digunakan untuk menghibur para crew yang memang butuh hiburan. Ya ... meskipun kadang kegiatan itu membuat Kanya merasa dirinya seperti badut.

"Rundown," ucap suara seseorang mengagetkan Kanya. Dia berbalik dan sedikit tersentak melihat Edo sudah berdiri di belakang.

Lelaki itu sama sekali tidak menatap Kanya. Dengan gerakan pelan, Edo mengambil beberapa lembar kertas di genggaman Kanya kemudian membacanya. Kanya sendiri sedikit merasa salah tingkah. Bingung karena sejak masalah semalam, Edo sama sekali belum menegurnya.

Edo mengembalikan susunan rundown tadi dan baru menatap Kanya. "Ada banyak berita yang masuk untuk besok, baca skripnya, buat rundown hari ini juga," perintah Edo diangguki Kanya pelan.

Ah, nggak, pikir Kanya berontak. Dia tidak boleh jadi Kanya yang lemah, yang hanya bisa bersedih setelah tahu orang yang disuka tidak menyukainya juga. Seketika bibir Kanya mengembang lebar, memperlihatkan barisan gigi ratanya dan mengangguk mantap.

"Oke, gue buat!" Setelah mengucapkan itu sampai membuat Edo sendiri kaget, Kanya pergi menuju gerombolan kamerawan.

Tatapan wanita itu memicing saat menangkap basah Natalie mengamati interaksinya barusan bersama Edo. Wanita yang hari ini kelihatan mengenakan rok span ungu terong beserta blazer yang senada, sedikit menatap Kanya aneh. Baru saat Kanya mengepalkan tangannya pada wanita itu untuk memberinya support, Natalie mau tersenyum kepadanya.

Ini namanya sudah jelas, Kanya tidak buta untuk melihat adanya hubungan serius antara Edo dan Natalie. Entah hubungan seperti apa itu.

"Terserah lah, belum ada janur kuning di depan rumah Edo," gumam Kanya lirih sekali.

"Key, udah sampe sini aja. Nggak kesiangan?" sapa Eko tiba-tiba. Kanya hanya menatap lelaki itu sekilas dan kembali mengarahkan beberapa kamerawan untuk memilih shot terbaik dalam berita live pagi ini. Yang lagi-lagi, dibawakan oleh Natalie Soedibyo. Bedanya pagi ini wanita itu tidak sendirian, ia ditemani oleh news anchor lainnya yang kebetulan berjenis kelamin lelaki. Tampan, pikir Kanya saat menatap siapa anchor lain yang akan menemani Natalie.

Kedua mata Kanya membola saat anchor teman Natalie itu berjalan mundur dan hampir menarik kabel tebal kamera. Spontan Kanya melangkah lebar menuju lelaki tersebut dan mendorong tubuhnya agar berjalan maju.

"Lihat-lihat jalannya! Ambruk semua berabe!" gerutu Kanya sedikit keras, membuat beberapa pasang mata, termasuk Edo dan Eko ikut memperhatikan.

Anchor teman Natalie tadi segera berbalik dan meminta maaf. Awalnya tidak ada niat untuk berkenalan, tetapi lelaki itu sudah buru-buru menjulurkan tangan kanannya, mengajak Kanya jabat tangan. Dan untuk pertama kalinya, Kanya kembali merasakan gemetar aneh yang tiba-tiba datang selain saat dia bersentuhan kulit dengan Edo.

Beberapa kali Kanya mengedipkan mata berusaha sadar.

"Agam," ucap news anchor teman Natalie yang juga tampan seperti Edo.

• A Believer •Onde histórias criam vida. Descubra agora