2. Confession

3.9K 411 72
                                    

Gara-gara kalimat 'cuma teman' yang diucapkan Edo kemarin, Kanya jadi kesiangan untuk berangkat kerja di hari pertamanya. Wanita gimbal itu berlari dari parkiran AEON TV dengan kaki telanjang. Di kedua tangannya penuh membawa sepasang heels warna merah bata dan juga tas leopard.

"Sial! Haduh, jam berapa ini?!" bisik Kanya sesak napas.

Larinya cepat memasuki lobi, asal menyerobot masuk dan tidak lihat-lihat. Badannya tidak sengaja menubruk seorang staff yang berniat memasuki lift. Karena staff itu tadinya membelakanginya, Kanya jadi bisa pura-pura bukan dia yang menubruk. Wanita itu justru nyelonong memasuki lift tanpa ada niatan membantu si staff yang tersungkur di depan lift, celingukan bingung siapa orang gila yang sudah menabraknya dari belakang.

"Kampret! Masih pagi juga ini perusahaan dah ada setannya, lewat asal srempet nggak pake permisi," umpat staff tersebut membuat Kanya mendelik.

Kenapa gue identik banget sama panggilan setan?!

Lift ingin menutup, tetapi staff tersebut buru-buru bangkit dan ikut masuk. Di dalam hanya ada Kanya dengan staff yang masih mendumel tidak jelas. Lelaki itu lagaknya kesal bukan main setelah diserempet setan yang sebenarnya ada di belakangnya.

Enggan untuk mengaku dan minta maaf, Kanya lebih memilih pura-pura buta dan menahan napasnya sampai lift terbuka di lantai sembilan belas. Dalam hati, dia mengumpat karena staff yang menaiki lift bersamanya juga turun di lantai yang sama.

Sesaat sebelum keluar, staff tersebut menoleh kepada Kanya, ia meneliti Kanya dari ujung kepala menuju kaki kemudian ke kepala lagi.

"Anak baru?" tanya lelaki tersebut membuat Kanya nyengir kuda.

"Hehehe, iya."

"Oh, hati-hati, ya. AEON banyak setannya, suka nyerempet manusia gara-gara telat masuk kerja."

Kanya meneguk saliva susah payah. Senyum kudanya hilang dan dia lesu seketika setelah mendengar sindiran staff tadi. Kanya ditinggal begitu saja. Merenungi kebodohannya yang paripurna. Apa susahnya meminta maaf setelah menubruk seseorang yang tak dikenal? Kanya justru bersikap seolah-olah dia buta dan tidak tahu menahu tentang kejadian staff yang tersungkur di depan lift.

Tubuh Kanya terlonjak saat pintu lift ingin menutup kembali. Buru-buru dia keluar dan pergi ke mejanya sebelum Edo tahu dia terlambat. Tidak lupa, Kanya memakai heels merah bata hadiah dari kakak tertampannya sebagai bentuk rasa bersalah setelah menolak dirinya dari Anderson Group.

Begitu pantatnya berhasil duduk di kursi putar, Kanya mengembuskan napas lega. Mengipasi bagian lehernya yang gerah setelah melakukan aksi lari-lari.

Beruntung Edo tidak tahu kalau dia telat, coba kalau tahu, mau cari alasan apa dia nanti?

Tetapi, kelegaan itu tidak berujung lama setelah Kanya menaruh tas leopard-nya di atas meja. Kedua mata ber-eyeliner itu membola. Diambilnya sesobek kertas warna kuning yang sengaja ditempel di atas meja baru Kanya. Di situ, ada sekalimat tulisan tangan yang Kanya hapal betul dari siapa.

Jam masuk kantor: 7.15. Poinmu berkurang.

Kanya melirik ke jam tangan di pergelangannya. Jam 8 pagi kurang dua menit.

"What the cyin! Apa-apaan, sih. Emangnya tempat ini sekolah? Pake acara poin berkurang segala."

Diremasnya sesobek kertas warna kuning tersebut sebelum dia lempar ke tong sampah sebelahnya. Kanya mulai mengikat rambut yang gimbalannya sudah berkurang satu lagi. Kanya gerah, sepuluh AC menyala di lantai sembilan belas rupanya masih kurang untuk mengusir kegerahan tubuhnya.

• A Believer •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang