Bab 16

49.7K 1.9K 11
                                    

Dara POV

Semua masih terasa kayak mimpi, Zevan memintaku jadi miliknya dan menceritakan semua masa kelamnya. Ini sungguh di luar bayanganku. Aku ngga mengingkari, kalo aku juga ingin jadi miliknya. Aku membiarkan diriku egois kali ini, merasa bahagia sama hubunganku dengan Zevan walau pasti ada yang tersakiti karena hubungan kami.

Zevan masih menungguku mengatakan sesuatu untuk permintaannya barusan, bibirku masih belum bisa mengeluarkan kata-kata apapun. Aku cuma bisa memberinya senyuman dan mengangguk yang langsung disambut dengan pelukan hangatnya.

"Terima kasih Dara," bisik Zevan tulus ditelingaku.

"Aku janji, aku bakal secepatnya membatalkan pertunangan ini." Janjinya dengan bersungguh-sungguh. Aku hanya mengiyakan sambil kembali menyibukkan diri dengan membuka bungkusan sandwich lagi. Saat ini mukaku pasti memerah lagi deh, Zevan melirik usil padaku.

"Kok mukanya merah sih?" ledeknya. Benar kan? Dia pasti meledek mukaku. Aku teringat kalo Zevan ini adalah orang pertama yang kuterima untuk jadi pacarku. Ada beberapa cowok yang pernah memintaku jadi pacar mereka, tapi selalu kutolak dengan alasan aku hanya mau serius bekerja.

"Apaan sih? Aku laper nih, jangan ganggu!!" sewotku kembali melempar Zevan dengan sebiji anggur.

"Muka kamu ini lho, merah banget. Kamu mikirin apa?" dia memegang kedua pipiku dengan tangan besarnya, membuatku tak bisa mengalihkan mukaku lagi.

"Ngga ada. Kepo!!!"

Zevan masih terkekeh pelan, mengambil Ipod dari dalam tasku dan besandar di sebelahku. Memejamkan kedua matanya masih dengan senyuman di mukanya. Kupandangi wajah tampannya yang sempurna untukku. Alisnya tebal, bulu mata yang panjang lurus, tulang rahang yang terukir indah dan hidung mancungnya yang menawan. Aku selalu terpesona melihat wajahnya ini, yang selalu bisa kututupi dengan baik. Kali ini kubiarkankan diriku untuk sekali lagi terpesona tanpa berusaha kututup-tutupi. Aku menghabiskan sandwichku dan mengambil sebelah headset yang dipakai Zevan, ikut mendengarkan lagu-lagu kesukaanku bersamanya. Menikmati siang cerah di tempat yang indah ini. Menikmati kebersamaan ini.

***

Alan menatap Zevan yang baru tiba dengan setelan kantornya lengkap dengan tas kerjanya, sangat kontras dengan dia juga Andra dan Nino yang berpakaian santai. Zevan melempar jas yang tadi dia sampirkan di bahunya dan langsung tepat mengenai cowok berwajah oriental itu. Dia langsung duduk di samping Nino dan membuka tas kerjanya, mengeluarkan beberapa berkas dari sana. Alan dan Andra yang duduk di samping mereka hanya memandang acuh seakan tak memperhatikan mereka. Nino menandatangani berkas yang disodorkan Zevan tanpa membacanya terlebih dahulu. Dia percaya penuh pada sahabatnya itu. Perjanjian bisnis yang mereka lakukan malam ini akan membawa dampak yang baik bagi perusahaan mereka. Perusahaan Nino yang bergerak dalam bidang pelayaran akan sepenuhnya memfasilitasi perusahaan Zevan yang bergerak di bidang properti dan juga konstruksi. Setelah selesai, Zevan memandangi berkasnya dengan senyum puas.

"Bersulang untuk batalnya pertunangan Zevan!!" teriak Alan sambil bediri dan mengacungkan botol beernya. Zevan, Andra dan Nino ikut berdiri dan bersulang bersamanya.

"cheeers!!!" sorak keempatnya serempak.

"Lo kapan mau ke Spore lagi?" tanya Andra, kini mereka sudah duduk dan menikmati suasana Silver Moon yang ramai.

"Mungkin bulan depan. Bulan ini gue absen dulu, akhir-akhir ini rada berkurang sakit gue."

"Bagus lah. Udah punya obat sendiri kan lo sekarang?" tebaknya lagi karena melihat Zevan yang raut wajahnya semakin hari semakin ceria. Zevan sekarang adalah Zevan yang dulu dia kenal. Cowok itu sudah kembali kekepribadian sebenarnya.

Did I Love My Maid (Silver Moon series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang