05. AURORABOREALIS • KINGSTON VS DALTON

Comenzar desde el principio
                                    

Borealis menoyor kepala George. "Otak mesum lo dikurang-kurangin, deh."

"Nggak bisa, Bos, udah bawaan lahir."

"Woi, Sean, lo kenapa? Diem diem kayak emak emak abis kejambretan," ucap Ganendra yang sejak tadi melihat Sean terdiam.

"Di mana-mana kalo abis kejambretan itu tubir bukan diem, dasar ongol-ongol," ucap George.

"Gue cuma ngerasa aneh sama Aurora," ucap Sean.

"Aneh gimana?" tanya Borealis.

"Dari mana dia tau Leon anak Dalton."

"Gue nggak mikir sampai situ! Apa dia antek-anteknya Theodoric?" geram George.

"Yang kita tau, inti Dalton nggak akan turun tangan kalo nggak berhadapan sama anggota geng besar." Sean menghela nafas. "Apalagi Leon, dia termasuk inti dari Dalton, inti Dalton nggak bakal muncul tanpa ada sebab."

"Lah, lo pikir Alister anggota geng apa? Geng ibu-ibu PKK komplek lo." Seperti biasa celetukan itu keluar dari mulut Ganendra.

"Lo mikirnya kejauhan Sean, lo nggak inget, Leon itu siapa? Dia mantan Edeline, dan sekarang Edeline pacar gue. Pacar Borealis Gareth Alison, ketua Kingston. Dia pasti mau bales dendam sama gue, lewat anak-anak Kingston," ucap Borealis

"Bukan itu maksud gue."

Borealis menepuk bahu Sean. "Lo tenang aja, setelah ini nggak bakal ada yang luka cuma karena masalah pribadi gue."

"Lo ngg-"

"Gue bakal urus ini."

Borealis berjalan menuju pintu.

"Lo mau ke mana, Bos?" tanya Ganendra.

"Bertindak. Sebelum ada korban selanjutnya," jawab Borealis.

"Tapi, lo masih punya Kingston, kenapa harus pergi sendiri," sahut George.

"Karena ini masalah gue."

"Lo Ketua Kingston, bagian dari keluarga kita, masalah lo ya masalah kita."

Mereka berempat berjalan mendekati Borealis. Bahkan Alister dengan susah payah ikut berdiri juga.

"Kita Kingston, satu langit yang sama, satu pijakan yang sama, dan satu solidaritas yang tidak akan berbeda," ucap ke empatnya.

Borealis membalikan badannya dan kemudian tersenyum. Beruntungnya dia memiliki Kingston selama hampir 3 tahun ini.

🌈🌠

Kedua kubu tengah berhadapan disebuah jalanan sepi. Dengan kedua pemimpin pasukan ini yang tengah bersitegang.

"Ada apa kawan lamaku, ada apakah gerangan?" ucap seorang cowok dengan jaket berlambangkan Dalton itu.

Dia Theodoric Nakamaru. Cowok berkulit putih berambut pirang keturunan Jepang itu adalah Ketua Dalton.

Dalton. Rival terbesar Kingston. Geng SMA Tanujaya, yang hampir keseluruhan anggotanya berbadan besar dan berotot.

"Dan lo masih nanya tujuan Kingston kesini mau apa? Lo amnesia? Lo buta?" geram Borealis, tapi masih dengan logat santai.

"Gue masih nggak ngerti, Tuan Borealis."

"Bangsat lo!"

"Waduh santai dong, jangan kasar gitu."

"Mau lo apa sih! Gue santai aja lo cari perkara, gimana kalo gue nggak santai!"

"Ya, lo pikir aja sendiri, katanya anak SMA Pangeran, SMA yang ternama, masa tolol."

Disambut gelak tawa anggota Dalton.

"Anjing lo!" umpat Borealis.

Bugh!

Satu pukulan mendarat tepat diwajah Theodoric, membuatnya tersungkur ketanah.

"Brengsek lo!" umpat Leon, anggota Dalton.

"Yang brengsek siapa! Cowok kok main pake senjata," ledek George.

Tak kalah ramai, suara tawa anak-anak Kingston menggelegar.

"Bangsat!"

Leon berlari dan langsung menghantam George. Berikutnya terjadi perkelahian antara dua geng besar itu.

Kingston dan Dalton.

Geng besar yang bermusuhan sejak Borealis dan Theodoric menjadi pemimpinnya. Bukan karena tanpa sebab, tapi Theodoric pernah dikeluarkan dari SMA Pangeran karena pertarungan hebat dengan Borealis yang akan dijadikan ketua Kingston ketika kelas 10.

Dan mulai saat itu Theodoric bersumpah akan mengibarkan bendera perang dengan Kingston. Dan di sinilah. Dalton. SMA Tanujaya. Menjadi saksi kebangkitannya.

"Kalo bukan karena gue, lo nggak bakal jadi ketua Kingston kayak sekarang!" ucap Theodoric.

Satu tendangan mengenai dada Borealis.

"Dan gue nggak pernah merasa menggunakan jasa lo untuk jadi ketua Kingston!"

Satu bogem mentah mengenai perut Theodoric.

Leon menatap Theodoric dan Borealis.

"Dasar! Nggak ada gunanya lo berdua!" gumam Leon.

Leon mengamati Borealis. "Apa kelebihan lo sih bangsat, sampai Edeline mutusin gue demi lo!"

Leon mengambil pisau lipat disaku jaketnya dan berniat menusukan pada tubuh Borealis yang sedang membelakanginya. Tapi, baru satu langkah tiba-tiba.

Bugh!

Sebuah pukulan mengenai tangannya, membuat pisaunya terlempar jauh.

"Lo nggak bakal dengan mudah melakukan hal busuk itu selama masih ada kita disini!" bentak Sean.

Leon tersenyum miring.

"Dasar babunya Borealis!"

"Banyak bacot lo!"

Belum sempat Sean memukul Leon, dia sudah dihajar anggota Dalton yang berbadan besar.

"Sampah tetep sampah," gumam Leon.

Leon mencari pisaunya. Namun, nihil tidak dia jumpai pisau lipatnya itu. Tidak habis akal Leon mengambil kayu disisi jalan.

"Lo bakal mati, Borealis!"

Leon berjalan mendekati Borealis dan semakin cepat ketika sudah dekat.

Bugh!

Sebuah pukulan kayu tepat mengenai punggungnya. Bukan. Borealis tidak mengenakan seragam, dia mengenakan jaket Kingston. Lalu siapa yang Leon pukul?

"Bangsat lo, Leon!" teriak Malvin langsung menyambar rahang Leon.

Mendadak perkelahian itu terhenti dan semua mengamati seseorang yang tersungkur di jalan dengan seragam putih abu-abu berlogo SMA Pangeran.

"Brengsek," lemah Sean yang masih tergeletak.

***

Aurora Borealis [SELESAI]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora