disini gw baru tau, kalau rumah ini dulu di huni oleh Mbah waktu kecil, mbah sendiri rupanya adalah anak ke 2, dan selama ini gw gak pernah kenal dengan saudara si mbah, namun malam ini, gw tau, bila saudara mbah Nang rupanya adalah seorang wanita tua, namun sayangnya, beliau 

memiliki masalah dengan kejiwaanya. 

sejujurnya, gw gak deket sama mbah Nang, karena di antara cucu2 nya, gw yg jarang sekali ngobrol, namun malam ini, mbah Nang menceritakan semuanya.

rupanya, kejadian ini pernah terjadi sebelumnya, dimana satu generasi pernah lahir 2 Mbarep Tunggal, namun sayangnya, 

satu di antara mereka harus kehilangan akal sehatnya, karena tidak sanggup menahan beban yg ada di pundaknya, disinilah mbah Nang takut hal itu akan terulang kembali, sejujurnya, Bapak masih menolak terlebih ketika de No memberitahu bahwa gw dalam bahaya yg lebih besar, 

bila berurusan dengan penghuni pabrik saja sudah mendapat masalah sebesar itu apalagi bila berhadapan dengan TIANG KEMBARNYA, bila tidak gila, maka gw pasti mati, bahkan de No mengatakan, perbandingan menghadapi TIANG KEMBAR seperti membandingkan ujung kelingking- 

dengan segumpal daging.

namun, alasan sebenarnya gw di bawa kesini, karena bebauan di sekitar sini dapat menyamarkan bau di badan gw yg kata de No ibarat Pandan yg sudah di rebus.

sementara pak Lek gw yg lain, pergi menyusul wanita yg pernah menyelamatkan gw, 

namun sayangnya, wanita tua itu, sudah meninggal tepat setelah kunjungan terakhir gw, meninggalnya sendiri murni karena usia, dan mendengar itu de No akhirnya mencoba dengan caranya sendiri, gw di minta untuk hanya berdiam di dalam kamar dimana, samping kanan kiri- 

hanya ada bambu, namun yg gw inget adalah, di kamar itu, bebauan kemenyan sangat menyengat, dan tepat di malam berikutnya, de No membawa masuk seorang wanita tua, beliau adalah mbak yu dari si mbah, begitu melihat gw, yg gw inget, dia hanya diam, matanya kosong lalu duduk - 

tepat di depan gw yg merinding melihat tingkah lakunya.

de No mengatakan, bahwa, harus ada yg di lakukan sebelum gw bener2 siap buat nutup semua ini, di lain hal, pak haji Sanaah yg sebelumnya di cari ibuk, rupanya sudah pindah rumah, padahal, beliau adalah wali gw 

sontak malam itu, gw cuma mendengar, mbak yu menangis dan tertawa di dalam kamar, berdua dengan gw, namun firasat gw, bahwa di dalam kamar, gw gk sendirian melainkan 2 jin kembar itu juga ada disana. 

namun, bukan itu yg bikin gw merinding, melainkan pada jam2 tertentu, mbak yu nyinden dengan bahasa jawa yg gk bisa gw pahami, namun suarany halus dan melengking, anehnya, dari luar kamar, seolah ada pegiring karawitan yg membuat gw seolah2 tau, bahwa mereka bukan manusia 

gw belum pernah mendengar seseorang bersyair diiringi alunan musik yg begitu kental dengan nuansa mistis karena satu yg gw inget adalah, dada gw berdetak lebih cepat, bulukuduk gw beridiri, karena Mbak Yu tiba2 menyeringai dan tetap bersyair dengan suaranya yg melengking 

"Dia bukan mbak Yu" kata gw, dan dengan mata kepala gw sendiri gw semakin takut saat dia menari layaknya penari jaipong di depan gw, berlenggak-lenggok di dalam kamar yg sempit itu, sementara gw mulai menangis, Mbak Yu seperti menikmati suasana itu. 

MBAREP TUNGGAL (KELUARGA JAWA)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن